Rabu, 05 Juni 2013

Meet Le' Paimo


2012. Suara kereta masih menemai sepanjang perjalanan Jakarta-Jogja. Saat itu masih banyak pedagang lalu-lalang menawarkan aneka jajanan, sekarang sudah tidak lagi. lembaran majalah kuning itu masih berada di pangkuan, dalam artikel ada tulisan dari seorang yang belum saya kenal. Saya lupa waktu itu ia menjelajah bersama Tantyo bangun di Perancis kalo tidak salah. hanya foto punggungnya yang terlihat, wajahnya ga nampak. Dia adalah Bambang Hertadi, pesepeda asal Indonesia.

Tujuan pulang ke Jogja kali ini adalah mengikuti pelatihan caving yang sudah saya rencanakan jauh hari. 2 Minggu meninggalkan pekerjaan di Jakarta memang tidak mudah, tapi keinginan untuk melengkapi pengetahuan alam liar sebagai pondasi nanti menjadi lebih penting menurutku saat itu. Caving, salah satu kegiatan alam liar yang memang harus saya pelajari lebih lanjut. kesempatan kali ini tidak saya sia-siakan, saya tinggalkan keramaian jakarta saat itu.

Pelatihan 2012 saya bertemu dengan banyak temen-temen Mapala dari seluruh Indonesia. kegiatan dimulai, dari awal technical meeting diberitahu program yang harus diikuti selama pelatihan. Dan, inilah yang mau saya ceritakan terkait seorang pesepeda yang hanya terlihat punggungnya di artikel national geographic traveler itu. salah satu pelatih fisik saat itu adalah lek paimo, saya belum tau banyak tentang dia. Jam setengah lima kami sudah dibangunkan untuk latihan fisik, mata masih berat. enggan memang, kami berkumpul pukul 5.30, menghitung denyut nadi. setelah pemanasan kami disuruh berlari. Yang memimpin kami adalah seorang dengan kain penutup kepala, tubuhnya kecil, namun tatapan matanya tajam. Dia ga mengenalkan siapa dia seperti instruktur caving disini. 

Kami berlari beberapa kilo, kemudian masih ngos-ngosan kami melakukan olahraga pagi dipimpin olehnya. push up dan yang lainya berpuluh-puluh push up, sampai ratusan sepertinya dilakukan selama kegiatan. Pikir saya udah tua kuat juga ini orang, masa saya kalah lari. masih muda nafaas udah ga jelas. Nah, tiba saatnya ketika malam akhirnya saya tahu siapa dia sebenarnya. setiap malam kami diberi materi tentang caving dan kegiatan penjelajahan. Saat itu, orang yang saya kenal nama aslinya Bambang Hertadi itu memberikan materi manajemen perjalanan. 

Dia ceritakan pengalaman-pengalamannya. kemudian tiba di satu cerita, saya seperti pernah mendengar cerita itu. ternyata dia orang yang ada di Majalah. oh ternyata. yang paling saya ingat adalah ketika lek paimo bercerita tentang bagaimana ia bisa membaca tanda-tanda alam, seperti diberitahu oleh alam bahwa sesuatu akan terjadi padanya. hmmmm mungkin tak semua orang bisa seperti itu.

Jum'at 31 Mei 2013. di Bentara Budaya Jakarta ada sebuah acara diskusi tentang penjelajahan sepeda dari national geographic traveler. Pembicaranya adalah lek paimo. saya mengetahui acara ini malam sebelumnya bahwa baru tahu ada event tersebut. Langsung saja atur jadual agar bisa mengikuti diskusi itu.

Di acara tersebut benar-benar tidak mengenal satupun yang datang. Saya memang sempat berpapasan dengan mbak Aristi didepan tapi mau menyapa ga enak, mungkin dia lupa :). Mbak aristi juga salah satu pembicara saat itu. karena tak ada yang kenal kemudian nyari tempat sepi untuk merokok sebentar. kemudian masuk toilet, di toilet sempit saya berpapasan dengan orang yang memang ingin saya temui. seorang pesepeda dan pendaki yang menjadi instruktur fisik caving. orang yang tak bisa lepas dari radio kecil yang pernah saya tanya sebagai teman perjalanan. Lek Paimo, ketemu lagi di sebuah toilet sempit di sudut Bentara.

Acara share cerita berlangsung cukup cepat, dialog yang tercipta memberikan pengetahuan bagi saya yang awalnya hanya menggunakan sepeda sebagai alat transportasi kalau sedang males. Dari diskusi saya mengetahui bahwa lek paimo akan menjelajah gunung di Iran. Mumpung ada orangnya saya minta tanda-tangan darinya dihalaman 7 buku membelah pegunungan andes yang ditulis olehnya. satu buah kaos ijo toska yang sebenarnya kekecilan juga saya ambil sebagaikenang-kenangan, kaos yang sering dipake juga oleh lek paimo.
 
Bertemu dengan orang yang pernah memberi inspirasi memang selalu seperti itu, ketika mau bertanya malah bingung. hanya bisa terpesona mendengar apa yang ia ceritakan. tapi bisa mendengarkan cerita-cerita yang penuh resiko itu selalu menyenangkan kawan. sayangnya dia cerita sedikit, memang terkesan kaku karena diatas panggung kali.