Kamis, 11 September 2014

Catatan dari Sukamantri #1: Kembali Lagi

Pagi itu saya sudah menyiapkan satu backpack yang berisi perlengkapan kemping, meski itu hanya kantung tidur dan jaket. Untuk jaket saya bawa jaket double layer, walau ga digunakan tapi persiapan untuk dibawa siapa tau dingin sekali. Selain itu saya bawa celana ganti 1. Selebihnya untuk logistik, karena di tempat yang akan dikunjungi masih terdapat warung, jadi saya tidak membawa peralatan masak. Hanya satu buah cangkir untuk join kopi sama temen-temen dari tenda ke tenda di sana.

Meeting point kami di stasiun Bogor pukul 9 pagi. Sesampai di stasiun saya bertemu dengan beberapa teman lama yang sudah lama tidak berjumpa dengan mereka, termasuk ada mas Anwar Sembalun yang ternyata ikut acara ini. Seperti biasa kami ngobrol ngalor ngidul dulu sebelum berangkat bersama menuju Sukamantri, bumi perkemahan faovorit. Sebelum berangkat saya bersama Jimmy mengisi perut dulu di stasiun, jimmy memilih untuk dibuat bekal saja, saya karena sudah lapar memilih langsung makan sambil ngobrol dengan Jimmy yang habis ikut event trail running di Rinjani.

Ini adalah kali kedua saya ikut acara yang diselenggarakan oleh temen-temen dari komunitas pecinta alam warna-warni atau KPAWW. Sebelumnya saya ikut acara pertama di gunung bunder, sama seperti acara kali ini yaitu diklat ceria tentang kegiatan luar ruang.

Dari informasi 'kak' Rudy peserta kali ini cukup banyak, seru sepertinya dengan peserta lebih dari 60 orang ini yang siap bertukar cerita. Kami dibagi beberapa kelompok untuk pemberangkatan, kalau dulu kami menggunakan truk TNI, kali ini angkot kecil hijau yang merintih ketika di tanjakan sebagai pilihan. Angkot yang suka sangar di jalan raya Bogor ini, nantinya akan terdengar merintih ketika melalui tanjakan yang sebenarnya belum seberapa menuju sukamantri ini. 

Dalam angkot saya lebih memilih diam, sambil berkenalan dengan teman-teman baru yang saya hanya ingat dua orang nama dari beberapa yang saya kenal. Dalam angkot tersebut sebelum berangkat ada 2 orang yang saya cukup kenal. Ian dan Rini, mereka datang bersama satu anak kecil, keponakan mereka. Karena potongan rambut saya baru, saya memilih diam dan ternyata mereka juga ga sadar bahwa orang yang ada di ujung tempat duduk adalah orang yang pernah mereka kenal. Moment yang lucu, karena saya sering sengaja diem dengan penampilan rambut yang baru. Banyak memang beberapa teman yang tidak mengenali saya dengan potongan rambut ini. Kalau dulu orang lebih kenal dengan Gugun yang gondrong, sekarang sudah berubah menjadi plontos.

Dalam perjalanan kami banyak mengobrol, salah satunya mengenai film The Secret Life of Walter Mitty. Film yang sangat saya suka, simple, challanging dan menghibur, itu menurut saya.

Angkot sudah mulai merintih perlahan setelah melewati portal dan kandang sapi. Di depan, angkot yang lainnya juga terlihat sedang berhenti. Mungkin saja sudah ga kuat merintih, jadinya lebih memilih berhenti.

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki, ya lumayan karena kami mulai jalan kaki dari 300 meter sebelum tugu kujang sampai ke bumi perkemahan. 

Tenda demi tenda mulai terlihat didirikan, masing-masing mencari lokasi yang nyaman. Senang rasanya berada di lokasi ini lagi setelah sebelumnya punya kenangan pahit, tapi tidak dengan lokasi ini, melainkan gara-gara lokasi ini diserang negara api saya dan teman-teman terkena dampak yang meluluhkan ego dan psikis kami... hahaha lupakan! 

Semilir angin, sedikit membuyarkan lamunan saya dengan tempat ini. Teriakan ibu warung yang terdengar cukup keras mengalahkan gesekan ranting yang tertiup angin. Habitat penghuni asli sukamantri belum terlihat ataupun terdengar suaranya, monyet-monyet nakal itu mungkin sedang tidur siang santai sebelum dibangunkan karena perut mereka yang mulai lapar.

Hari ini cukup cerah, lapang. Meski hanya di bumi perkemahan paling tidak saya bisa sejenak melupakan rutinitas di Jakarta yang mulai banyak. Di sini, di tempat ini di mana alam bisa menghiburmu meski hanya sejenak. Sukamantri.



Bersambung...

....."kita harus taat pada aturan untuk selamat. Kita naik gunung bukan untuk sesuatu yang kita tidak inginkan. Sudah banyak beberapa bulan belakangan 'pendaki gunung' yang akhirnya meninggal. Bahkan air kencingpun bisa menjadi alat survival, itu terjadi ketika di di Gunung Ciremai......"
-manajemen perjalanan itu penting, sepenting nyawamu!
====================
credit to pic in this story: