Kami mendaki gunung bukan tanpa alasan, namun jika seorang
teman sekali lagi bertanya tentang alasan kenapa naik gunung maka saya akan
menjawab “berjalanlah bersamaku maka akan kau temui alasan itu, mendakilah
bersamaku maka kau akan mengerti alasan itu.”
Gunung memberikan arti seperti memaknai sebuah perjalanan
hidup. Setiap langkah yang dilalui, setiap halangan yang dijalani, atau ketika
harus berhenti karena kondisi yang tidak memungkinkan. Lelah dan lemah kembali
berfikir kenapa harus naik gunung hanya untuk merasakah lelahnya tubuh ini
memikul berat beban ransel. Tapi, kita tetap menjalani. Dengan sekuat tenaga
menapaki langkah yang kian berat untuk berada di tempat yang kita inginkan. Merasakan
kebahagiaan yang tidak dapat dirasakan di kota, di kamar yang nyaman, ketika
semua kebutuhan dan keinginan kita terpenuhi namun tidak ketika kita berada di
gunung. Sebuah tempat yang selalu menempa dan mempersiapkan kita untuk lebih
hati-hati agar bisa mendapatkan kesenangan yang kita inginkan.
Saya senang ketika mendengar gesekan batang pohon, meski
kadang suara itu begitu menakutkan. Saya senang merasakan hembusan angin yang
membelai tanpa kita meminta, meski kadang angin yang dingin itu seperti ingin
menyekap dan membunuhku. Saya senang melihat halimun yang tiba-tiba datang,
meski sebenarnya itu membuatku khawatir karena pandangan yang semakin tidka
terlihat. Saya senang melihat hutan yang rimbun dengan lumut yang menyapa
dengan warna hijaunya, meski kadang itu begitu menyeramkan. Saya senang ketika
berada di puncak sebuah gunung, karena sebuah perjalanan tidak akan sia-sia.
Pangrango selalu memberi kenangan tersendiri. Ini sudah
kelima kalinya saya bersilaturahmi ke gunung ini dan baru dua kali bisa berada
di puncaknya. Bukan puncaknya sebenarnya yang saya tuju, melainkan sebuah
tempat yang selalu mengajak semua keinginan untuk bisa berada di tempat
terebut. Mandalawangi, orang lebih mengenal sebagai lembah kasih Mandalawangi
berkat puisi dari seorang tokoh yang memang tanpa sepengetahuannya mengajak
saya untuk ke Mandalawangi. Dia adalah Hok-Gie,seorang pendaki gunung.
Mendaki kembali Pangrango adalah tentang sebuah janji. Janji
dimana itu harus ditepati. Janji yang seharusnya memang sedang dijalani.
Bersama beberapa kawan akhirnya kami kembali mendaki Pangrango. Apoey, Ayoe,
Djal, Imet, Sachi, dan Surya. Terima kasih kembali menemani perjalanan kali
ini.
Berterimakasihlah, bersyukurlah. Mandalawangi dengan segala
janji.
Satu persatu impian itu menjadi begitu nampak di depan mata. Kabut yang memberi jarak itu telah memberikan kenangan. Bersama teman, keringat, kabut, lelah dan ujung mimpi, semua itu menyatu di Lembah Kasih Mandalawangi. Dingin yang menusuk tak dapat menggantikan pandangan kabut tipis yang perlahan menyelimuti Mandalawangi, pesan demi pesan seorang kawan yang selama ini ingin saya temui telah terjawab.
Untuknya yang telah memberi arti dalam setiap langkah, impian, aku telah berjalan beriringan meski tanpamu. Seorang teman yang pernah bilang jangan rasakan sakitmu, lelahmu sebelum tujuan itu tercapai.
#episodetu7uh - Passionate journey
Tenda kami |
Imet & Sachi into the wild |
Djal GM looking for step |
Pangrango dengan medan merayap |
Super sekali kawan, double carrier |
Double Carrier |
Soham |
ouh, jawaban untuk alasannya mmh....
BalasHapusjadi ingin pergi
Jadi kepingin naik lagi. Ayok Mas Gun! :)))
BalasHapus