Minggu, 23 Agustus 2015

Sedikit catatan dari kota tape, Bondowoso

"Tiba-tiba saya teringat omongan seorang teman ketika menyaksikan pohon jati yang menguning kemudian daunnya berguguran. "Kasihan ya pohonnya pada mati" kalau teringat cerita itu jadi bingung sendiri, apakah dia tidak tahu proses meranggas tumbuhan? Sudahlah, itu hanya cerita sebagian kecil dari teman-temanku yang selalu menyenangkan untuk diingat.

Jalanan masih menanjak dengan pohon jati di kanan kiri aepanjang jalan di perbukitan arak-arakan, Wringin. Kecepatan kendaaraan kami tak lebih dari 20km perjam. Rambu-rambu peringatan agar tak melaju dengan kecepatan tinggi sering kami jumpai. Memang kendaraan tidak bisa melaju dengan cepat di daerah ini kecuali beberapa motor yang dinaiki oleh siswa sma yang beberapa kali terlihat sangat cepat.

Rute itu merupakan rute yang harus dilalui dari Surabaya ketika kita akan menuju Bondowoso. Pemandangan dari Probolinggo yang kita lihat banyak tembakau. Kemudian masuk landscape perbukitan dan pantai. Adajuga pemandangan pantai Bentar, kemudian PLTU Paiton yang terlihat megah.

Tujuan kami adalah kota tape Bondowoso, untuk meliput potensi daerah, sekaligus hari jadi kabupaten Bondowoso dan juga EXPO kementerian desa.

Setelah melewati tanjakan dengan beberapa bentangan landscape yang menarik, bonus rasa was-was selama tanjakan, kami sampai di Bondowoso. Saya hitung perjalanan menempuh waktu kurang dari 5 jam.



Bondowoso, salah satu kabupaten di Jawa Timur yang ternyata tidak memiliki garis pantai. Tapi Tuhan itu adil, tanpa wisata pantai, Bondowoso memiliki potensi yang sangat indah, bahkan menjadi salah satu yang terindah destinasi wisata yang dimiliki Indonesia. Siapa yang tidak mengenal kawah Ijen, dengan fenomena blue firenya yang telah mendatangkan wisatawan dari belahan dunia ini. Sudah, karena kemarin sayapun tidak sempat ke kawah ijen, jadi saya tidak mau, tidak akan, dan tidak bisa menuliskan lebih panjang lagi.

Salah satu yang menarik bagi saya selama berada di Bondowoso adalah sebuah monumen yang berada persis di depan alun-alun kota Bondowoso. Namanya monumen "gerbong maut" dari namanya sudah cukup terdengar menyeramkan.

Dari Bondowoso sejarah kelam cerita kolonial pernah menjadi saksi pada agresi Belanda ke 2. Dengan semangat untuk tetap mempertahankan kemerdekaan ratusan pejuang yang akhirnya harus pasrah untuk kalah karena pengkhiantan salah satu warganya. Banyaknya pejuang yang ditahan, membuat penjara di Bondowoso kepenuhan. Para pejuang yang ditahan harus segera dipindahkan ke Surabaya, dalam perjalanan menuju surabaya itulah, dalam gerbong barang, cuaca panas, dan tidak tercukupinya makanan, ratusan pejuang yang dipaksa dipindahkan dalam gerbong yang menjadi tempat terakhir.

Peristiwa itu menjadi salah satu peristiwa sejarah dari Bondowoso dimana dari tanah jawa timur, Bondowoso, rakyatnya berjuang untuk tanah airnya.

Bondowoso dengan cuacanya yang sejuk menjadi semakin menarik dengan jajanan khas daerahnya. Tape, makanan yang berasal dari ketela ini menjadikan Bondowoso mendapat sebutan sebagai kota tape. Perjalanan di Bondowoso memang belum membuat saya puas, masih banyak tempat yang sebenarnya harus dikunjungi, masih banyak makanan yang seharusnya bisa dinikmati. Lain waktu saya harus bisa menikmati Bondowoso lebih dalam lagi.

me & team

Nonton Ike Nurjanah, ndangdutan

Monumen Gerbong Maut

Kerajinan kuningan khas Bondowoso