“Film Indonesia mengalami sejarah baru” sepertinya ini yang mau penulis sampaikan. Dari dekade 90-an sampai dengan era milenium baru ini perfilman Indonesia sedang mengalami pasang surut, hal ini bisa dilihat dari kuantitas film yang hanya mencapai 6 – 7 film pertahunnya dan juga tidak diadakannya Festifal Film Indonesia (FFI) selama 12 tahun setelah tahun 1992 FFI terakhir kali diadakan. Hal itu dikarenakan tidak adanya film yang masuk dalam FFI tersebut.
Sejarah dimulainya era baru perfilman Indonesia boleh dikatakan dimulai sejak para sineas muda diantaranya, Mira Lesamana, Riri Reza, Nan T Achnas dan Rizal mantovani di tahun 1996 yang prihatin melihat kondisi perfilman Indonesia saat itu melakukan kerjasama dengan membuat debut film Kuldesak. Dari situlah mulai bermunculan inovasi baru dalam dunia perfilman kita, Petualangan Sherina, Ada Apa Dengan Cinta serta Tusuk Jaelangkung adalah film-film fenomenal disaat itu bahkan sampai sekarang. Inovasi seperti itulah yang menandakan perfilman Indonesia mulai bangkit kembali sejak tahun 90-an.
Selain beberapa hal yang telah disebutkan diatas, ternyata ada satu hal yang juga mendukung kemajuan perkembangan perfilman Indonesia, selain juga peran media massa baik elektronik maupun cetak dengan para wartawannya yang selalu peduli dengan kemajuan perfilman Indonesia. Adalah media global internet yang juga banyak membantusejarah lahirnya kembali perfilman Indonesia. Internet kembali membuka pemikiran-pemikiran, ide-ide baru dalam memajukan perfilman Indonesia. Selain juga membuka dunia demokratisasi dalam banyak hal, internet jugalah yang melahirkan beberapa kritikus film (wartawan yang mengulas film, resensi film) yang berbakat lewat media global ini.
Lalu apa yang menarik dari internet, sejauh mana internet bisa mendukung kemajuan perfilman Indonesia. Kekuatan dan kelebihan apa yang dimiliki internet sebagai media informasi demokrasi tanpa batas khususnya untuk dunia perfilman Indonesia.
***
Untuk melihat sejauh mana internet membantu mendukung perfilman Indonesia menjadi lebih baik kita akan melihat salah satu contoh yang sangat jelas. Adalah situs layarperak.com. di layarperak.com banyak sekali informasi mengenai perfilman baik film local maupun manca. Di layarperak.com lah seperti telah penulis sebutkan diatas yang telah melahirkan kritikus-kritikus film terbaik diindonesia, berkat para penulis-penulis berbakat itulah perfilman Indonesia menjadi semakin lebih baik.
Setidaknya kita telah punya Eric Sasono seorang kritikus film yang selama dua tahun berturut-turut mendapatkan penghargaan terbaik dalam ajang FFI 2005 dan 2006. berkat tulisannya mengenai Gie sebuah film karya Riri Reza (Miles Production) dan Berbagi Suami karya Nia Dinata (Kalyana Shira Film) Eric Sasono yang juga penulis scenario film Brownies mendapatkan penghargaan tertinggi untuk Kritik Film di FFI. Agar tidak terlepas dengan tema tulisan ini kita akan mebahas hubungan kritikus film dengan internet. Sudah jelas bahwa Eric Sasono menggunakan media internet sebagai media penyebaran informasi tulisan-tulisannya tentang film. Aratikel-artikel yang ditulis Eric Sasono dimuat di layarperak.com sebuah portal mengenai perfilman.
Lebih lanjut kita akan mencoba sedikit mengenal tentang kritik film. Kritik film merupakan salah satu bentuk macam berita. Awalnya kritik film adalah generasi penulisan dari sebuah pagelaran, dulunya wartawan menulis untuk mereview tentang pagelaran atau sebuah pementasan kesenian, para wartawan itu menulis apa saja yang terjadi dalam pagelaran tersebut dari kekurangan sampai kelebihan, story, dari pagelaran tersebut dan apa saja yang menyangkut dengan pagelaran tersebut. Dari situ para wartawan mulai melebarkan sayap dengan menulis tidak hanya untuk sebuah pagelaran atau pementasan melainkan juga karya seni yang lain seperti sebuah patung atau lukisan, dan akhirnya mereka juga mulai meresensi sebuah buku dan film. Seperti itulah sedikit informasi mengenai awal mula kritik film lahir dan masuk jajaran jurnalistik. Karena dalam menulis kritik film diperlukan keahlian khusus seperti halnya bidang kedokteran, pendidikan, ekonomi serta social politik ini membuat kritik film mempunyai tempat tersendiri.
Kritik film jugalah yang membuat perfilman Indonesia menjadi lebih bagus, karena dengan tulisan-tulisan dari seorang kritikus film, film itu bias kelihatan bagus dan jeleknya. Dan sebagai media yang bebas berekspresi para kritikus film banyak yang menggunakan internet sebagai medianya. Dari media internetlah lebih tepatnya layarperak.com yang banyak berperan. Karena dengan media itu seorang kritikus film bisa berekspresi dengan demokratisasi tanpa batas.
Kita juga akan melihat beberapa pemanfaatan internet lainnya dalam memajukan perfilman Indonesia. Sedikit catatan diatas mengenai layerperak.com bisa menunjukan pemanfaatan internet yang cukup baik, lalu juga ada beberapa situs local yang tak bisalepas dari peren situs-situs tersebut yang menjadikan media baru dalam perfilman Indonesia. Salah satunya adalah komunitas-dokumenter.org, situs ini menjadikan wadah berdiskusi, menulis resensi atau kritik film dan berbagai informasi mengenai perfilman khusunya untuk film documenter. Juga ada situs www.konfiden.or.id di situs ini kita bisa mendapatkan informasi mengenai film-film independent. Situs ini memang dibuat setelah melihat keprihatinan para pembuat film indie yang belum banyak memiliki tempat, maka melalui situs ini film indie seperti memiliki tempat tersendiri untuk pendistribusian film-film indie. Situs ini juga menyediakan beragam informasi, diskusi mengenai film independent. Selain beberapa contoh diatas masih ada banyak lagi situs-situs atau bahkan milis-milis tentang film.
Internet juga digunakan oleh Production House untuk mempromosikan film-filmnya. Strategi yang digunakan adalah membuat situs resmi untuk filmnya. Kita mengambil contoh film 9 Naga yang dibuat oleh PH Sinemart dan Reload Pictures, PH tersbut membuat situs 9naga.com disitus tersebut ditampilkan synopsis, cast and crew serta apa saja yang berkaitan dengan film 9 Naga. Lewat situs resminya sebuah film bisa menarik minat para penonton setelah mengunjungi situs tersebut. Dan juga situs seperti itu dibuat agar para penikmat film bias mendownload langsung seperti wallpaper, poster maupun thriller bahkan original soundtracknya.
Seperti itulah sedikit catatan mengenai internet dalam membantu perkembangan perfilman di Indonesia. Menjadi salah satu bagian dalam perkembangan film Indonesia untuk menjadi lebih baik tentunya internet sebagai media untuk berekspresi masih harus terus dimanfaatkan dengan baik, tidak dengan asal-asalan dalam mebuat sebuah artikel atau kritik film untuk dipublikasikan lewat internet. Karena di Indonesia masih banyak dibutuhkan kritikus film yang bisa membuat perfilman Indonesia menjadi lebih baik. Dan tentunya selalu berpegang teguh dengan kode etik yang selalu berlaku dimanapun.
Akhrinya penulis mengucapkan terima kasih kepada Eric Sasono atas tulisan-tulisannya yang selalu berat dan serius serta Garin Nugroho atas inspirasi-inspirasinya, juga portal-portal film didunia maya ini. Dan pastinya pak Dosen yang membuat mehasiswanya berpikir gamblang Dody P Sunardi yang selalu penuh dan rame kelasnya selama semester lima malah kelas paling penuh. Dan juga segala sumbang saran dan kritik pedasnya, tegus-sapa agar tulisan ini menjadi berguna dan mengenai sasarannya saya terima dengan lapang disertai dengan ucapan banyak terima kasih.
Semoga bermanfaat. Salam 7. Get Spirit Local Movie.
Yogyakarta, 2007
Untuk memenuhi tugas mata kuliah jurnalistik online
Dosen pengampu : Dodi P Sunardi
Gugun Junaedi / 04.1.20220.00345