
Tiba-tiba perahu yang kami naiki mulai bergoyang dengan
cepat, menuju ke tengah ombak semakin meninggi. Saya yang duduk di ujung
perahu, perlahan mundur ke belakang. Kamera strip saya ikatkan ke
lengan biar aman. Padahal tadi waktu masih di dermaga, cuaca sangat
bersahabat. Langit biru, angin yang sepoi ga sekencang ini. Akhirnya
kapten perahu memutuskan untuk mampir dulu ke pulau Liwungan.
Tranplatasi terumbu karang dilanjutkan nanti setelah angin mereda.
Kamipun tak menyia-nyiakan ketika berada di pulau kecil ini. Pulau
Liwungan menjadi salah satu destinasi ketika wisatawan berada di area
teluk Ladda dan Tanjung lesung. Ini hari ke -4 pengambilan gambar untuk
eagle documentary series episode Tanjung Lesung. Ga terasa memang,
padahal saya masih ingat bagaimana Lutfi masih duduk di perahu
mengenakan vest orange, sedang diskusi dengan pak Arif, salah satu
narasumber kami. Melihatnya berbicara dengan pak arif di atas perahu
yang bergoyang karena ombak, dan saya seperti melihat orang yang dulu
sangat saya cinta. seperti itulah dia, yang membuat saya jatuh cinta.
 |
Sebelum cuaca semakin tidak baik, dan langit semakin mendung. |
Ini produksi program dokumenter ke-2 tahun ini untuk kami,
kalo saya masih beberapa menjadi editor project dokumenter temen.
Produksi kali ini merupakan special project eagle documentary series.
Tentang Tanjung Lesung, satu dari 10 destinasi wisata prioritas
pemerintah untuk dijadikan magnet wisatawan dalam dan luar negeri. Bagi
saya Tanjung Lesung sangat indah di beberapa spotnya. Jenis atraksi
wisata yang beragam dan juga aktifitas yang menyenangkan. Memang
membutuhkan duit banyak untuk bisa menikmati Tanjung Lesung tapi kita
masih bisa menikmati spot indah lain dengan menggunakan jasa wisatawan
setempat, lebih hemat. Yang masih disayangkan adalah, harga makanan di
desa nelayan sangat mahal, warung makannya ga sesuai sekali, dianjurkan
untuk melihat harganya. Mending nambah dikit terus makan di restoran
tanjung lesungnya.
 |
Senjata produksi kali ini |
Dua hari pertama kami habiskan untuk mengambil footage
atraksi dan keindahan Tanjung Lesung. Vila dan hotelnya yang mengesankan
tidak lupa kami ambil. Untung saja kami mendapatkan cuaca yang kami
inginkan, dan sunset yang menawan. Ada juga gambar gunung krakatau yang
terlihat dari hotel.
Hari berikutnya kami berencana ambil tranplatasi terumbu
karang. Seperti yang saya tulis diatas, rencana berubah karena cuaca dan
kami tetap menikmatinya. Inilah untungnya kerja sambil bermain, jadi ga
kerasa. Meski kerasa dikit kecemasan kalau hujan trus ga dapat gambar.
Hari keempat kami gunakan untuk mengambil gambar desa
wisata cikadu, yang didalamnya terdapat perajin batik. Di sana kami
mengambil kelompok ibu-ibu dari kelompok seni yang saya lupa namanya.
Pengambilan berlangsung lancar meski sedikit terkendala audio dari mesin
penggiling padi.
Hari ke lima adalah hari terakhir kami suting, memang tak
sesuai jadual, masih ada hari keenam. Tapi karena ada suatu sebab yang
bisa bikin malu dan trauma serta tak mau saya ceritakan maka suting
berhenti di hari kelima. Hari itu kami mengambil footage profile dari
sepasang wisatawan di tanjung lesung. Meski kaki bergetar, tubuh terasa
panas. Suting di villa berlangsung lancar.
Inilah sedikit cerita dari produksi kami untuk eagle
institute indonesia. Produksi kali ini saya merasa belum cukup puas
dengan kondisi di lapangan. Tapi, kami tetep senang setelah melihat
hasil tayangannya. Terima kasih untuk semua tim di kedoya, editor mas
darwin nugraha dan aris. Dan, tentu saja untuk director, penulis,
sekaligus istri yang selalu ada di setiap produksi.
 |
ini bossnya |
 |
Pilot yang bareng kami, Awal |
 |
Yeah, happy di atas dua roda. |
 |
Poster pertama |
 |
Favorit |
 |
Perajin Batik khas Banten |