Saya mulai menuliskan ini ketika sebuah lagu dari Ebiet G
Ade terdengar penuh makna di setiap liriknya. Judulnya Berita kepada Kawan.
Tapi, saya tidak akan menceritakan lagu tersebut. Lain tempat jauh dari meja
tempat laptop saya terletak di Selatan Jakarta, jauh di timur Indonesia. Tempat
di mana terdapat sejarah yang semoga saja banyak orang tahu dan menyadari bahwa
kolonialisme bermula dari tempat itu, ini menurut pengetahuan saya sebenernya. Jadi, perhatikan baik-baik dengan tidak
terlalu serius tulisan saya ini.
Tahu apa yang dipikirikan anak kost di setiap akhir bulan
seperti ini. Tidak perlu pusing memikirkan jawabannya, karena jawabannya sudah
bikin pusing. Dulu sekali apalagi pas jaman sekolah, setiap akhir bulan
“uang”menjadi masalah yang dianggap serius bagi saya. Selember uang seribuan
menjadi sangat berarti waktu itu. Selembar uang seribu yang lusuh bisa
mendapatkan indomie rasa ayam spesial di warung depan, tentunya yang mentah.
Selembar uang seribuan yang kadang gambar kapiten Patimuranya bisa tersenyum
sinis pada saya “anak muda, apa sebenarnya yang kau risaukan. Segitu aja
kemampuanmu hah!” nah, kalau sudah seperti itu, kalau ilusi, imajinasi liar
muncul tiba-tiba dari selembar uang seribuan. Pasrah, karena ga bisa ngelakuin
apa-apa lagi “Tenang pakKapitan, saya anak muda yang tidak menyerah begitu
saja!” Tirakat, mungkin kata yang menjadi alasan terbaik dalam kondisi akhir
bulan.
Daripada berperang dengan ilusi pak Kapitan, selembar uang
seribuan tadi saya balik. Tersenyum sendiri, ..... lama ga bisa nulis (hampir beberapa menit) membayangkan
gambar yang terdapat di uang kertas seribuan.
Saya yakin, 7 kali yakin. Bisa dibuktikan 7 dari 8 orang
ketika ditanya gambar apa yang di balik Kapitan Patimura itu apa, tidak ada
yang bisa menjawab dengan cepat. Ini yang tadi saya ceritakan di awal, saya tidak
bercerita soal lagu pak Ebiet yang suka bikin galau, atau kondisi akhir bulan
meringis karena tipis.Adalah gambar di uang seribuan yang menarik buat saya
tulis.
Pulau Maitara dan Tidore. Silahkan kalau mau petunjuk di
Google dulu, apa itu dua pulau tersebut sampai dijadikan gambar untuk uang
seribuan. Pastinya ada yang spesial dari pulau kecil tersebut. Di awal pembuka
tulisan ini sempet saya tulisbahwa di tempat inilah kolonialisme berawal. Di
tempat inilah yang telah mengundang penjelajah
yang akhirnya memonopoli perdagangan apa yang terdapat di pulau tersebut.
Penjelajah dari spanyol, Portugis, dan Belanda datang ke pulau ini. Aroma
ciptaan Tuhan yang ada di tempat ini telah memanggil para penjelajah itu.
Ok, sudah. Saya kurang jago untuk cerita soal sejarah, jadi
saya hanya ingin bilang bahwa apa yang terdapat di uang seribuan itu ternyata
menyulut, membakar, emosi saya. “apa mungkin saya bisa berada di sana?” dari
balik uang seribuan itu ternyata gambar Kapitan Patimura sepertinya
mendengarnya “Kamu bisa anak muda, nothing imposible in this world!”, “Terima
kasih pahlawanku, saya tidak akan membuat ini hanya omongan belaka, saya akan
kesana!”
Akan kukumpulkan kisah saya nanti jika sudah berada di sana.
Dan, mungkin akan saya pasang lagu dari pak Ebiet dengan liriknya yang kadang
bermakna itu. Berita kepada Kawan. Tapi saya berharap seorang teman akan
menemaniku duduk di sampingku, tidak seperti kata pak ebiet yang ga ada
temennya duduk sendirian menatap kering rerumputan. Mungkin kalau ada telegram J koma akan kukabarkan temanku di sana dengan telegram biar romantis
agar menunggu dengan sabar kedatanganku nanti titik Kemudian akan saya ceritakan bahwa ada uang seribuan di
mimpiku titik