Saya kembali menemukan jalan yang telah lama tertutup, jalan itu dulu telah lama saya tempuh. Jalan yang sangat saya hafal dari setiap tikungan maupun jalan mana yang buntu, sekarang saya mulai merasakan jalan itu lagi. Merasakan jalan yang belum rata, jalan yang masih berkerikil tajam, jalan yang memiliki banyak genangan, jalan dengan bunga di setiap pinggirnya bahkan jalan dengan air jernih yang berada tepat disampingnya. Jalan itu telah lama tertutup, jalan yang ingin saya lalui. Jalan yang bisa membawaku pulang dengan rasa bangga. Melalui jalan itu saya bisa melihat senyuman dari orang-orang, teman, sahabat, keluarga, guru. Senyuman dari seseorang yang tak pernah melewatkan namaku dalam setiap doanya. Melalui jalan itu saya bisa merasakan pandangan orang yang melihatku dari ujung rambut hingga kaki dengan ketidak percayaan. Di jalan itu pernah kurasakan tepukan pundak dari seorang kawan juga tamparan keras dari seorang sahabat. Jalan yang dulu ingin saya lalui kembali terlihat didepan mata. “saya ingin melaluinya, kembali melaluinya.”
Sulit juga memulai tulisan dengan prolog yang agak puitis, maunya ngomong apa jadinya seperti apa. Berikan saya beberapa lembar halaman kosong saja untuk bisa menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan saat ini. Kamu percaya dengan ‘kebetulan’, seperti itulah. Seperti kebetulan, kebetulan yang memang sudah lama saya persiapkan dengan tenang.
Pertama saya akan bahas judul yang saya tulis diatas, seperti judul film saja ‘tiga hari untuk selamanya’ film yang disutradarai Riri Riza dan dibintangi Adinia Wirasti dan Nicholas Saputra. Tiga hari itu hari yang sangat cepat, tiga hari itu semuanya berlalu begitu saja, tiga hari itu saya menemukan tenaga lagi, tiga hari itu saya bertemu sesuatu yang baru, tiga hari itu adalah workshop film dokumenter yang diadakan oleh Ina Frontier.
Sebelumnya saya ingin menceritakan pertama kali tau informasi workshop tersebut. Malam minggu sepertinya tepat 9 hari sebelum workshop itu berlangsung, di IVAA Indonesian Visual Art Archive ketika saya menghadiri bedah buku dari Krishna Murti tentang New Media Art. Dari acara tersebut saya mendapat flyer tentang acara tersebut, kemudian saya minta keterangan dari teman saya Surya dia aktif di FFD jogja jadi pasti dia tahu seluk beluk tentang film dokumenter . Jawaban yang dia kasih memberikan keyakinan untuk saya agar harus mengikuti workshop tersebut walaupun investasinya mahal juga menurut saya. Saya berterimakasih buat IVAA untuk informasinya walau secara tidak langsung, tapi matur nuwun karena mengundang acara kemarin jadi saya tau ada informasi ini.
Wrokshop ini berjudul Intensive Workshop – memproduksi film dokumenter yang menjual – bersama Nick Deocampo, Garin Nugroho, Gunawan Kusmantoro dan Dicky Sofyan.
Hari ke-1Workshop Film Dokumenter yang saya ikuti kemarin memberi banyak hal. Pertama saya bisa kembali mendapatkan teman-teman baru, yang pasti ilmu baru dan pengalaman seru yang akan beratus-ratus halaman jika diceritakan. Dari tadi ngomong workshop, tapi belummengenalkan pembicara dalam workshop tersebut. Nick Deocampo, Garin Nugroho, Gunawan Kusmantoro dan Dicky dari Ina Frontier. Mereka adalah orang-orang yang mengisi workshop ini menjadi menarik. Hari pertama kami para peserta workshop dikenalkan kembali mengenai esensi film dokumenter . Sesi ini diisi FULL DAY oleh Nick Deocampo (orang ini sangat hebat, lain hari saya akan tuliskan khusus profil buat dia) dia mengenalkan kembali film dokumenter . Creativity interpretation of reality - John Grierson, mengambil istilahnya om Grierson mas Nick memberi keterangan kepada peserta workhop pagi itu. Adalagi pengertian lain dari film dokumenter yaitu, real time, real people in real time in real situation & in real events.
Hari itu workshop diisi dengan pemahaman peserta terhadap “idea”. Bagaimana kita bisa mencari ide, mendeskripsikan ide itu menjadi bahasa visual yang menarik. Dari seluruh peserta yang ada kebanyakan mereka memberikan ide mengenai isu global yang sedang semarak dan selalu panas untuk diikuti. Beberapa diantara mereka ada yang memberikan ide tentang Yahudi, Gender, Boundaries(bener gak ni nulisnya) Feminisme, organic pestisida, religious, street child, kebudayaan, adventure. Untuk ide saya yang terlintas saat itu adalah “hujan” tema saya sepertinya yang paling kecil diantara beberapa tema yang diajukan teman-teman perserta. Mas Nick diam saya bisa melihat kerutan diantara di tengah mata kanan dan kirinya ketika mas disky menerjemahkan ide saya, coba saya bisa bahasa inggris dengan fasih ya. Dari beberapa tema entah kenapa tema saya ini yang sering banyak ditertawakan, kenapa hujan, apa yang bisa ditampilkan oleh hujan, apa yang ingin disampaikan. Padahal ada beberapa tema yang juga ringan. Ah biarkan saja soalnya hujan ingin menyampaikan pesan itu baru kepada saya.
Dari workshop hari pertama itu saya menemukan kata yang benar-benar baru. “Diagesis – Imagine, sebuah pengertian tentang dunia imaginasi. Lain kali saya akan mencari tau lebih tentang hal ini. Dalam film dokumenter kita harus mengerti representation dari cerita yang akan dibuat, mas Nick Deocampo memberikan strategi dalam film dokumenter , Plan strategy. Dimulai dari Theme tentu saja seperti yang telah saya sampaikan diatas, banyak sekali tema seperti juga yang telah saya sebutkan seperti juga tema hujan lho. Tema yang ingin disampaikan itu tentang apa, what is about? kalo film saya akan bercerita tentang hujan. Yang kedua Story, cerita apa yang ingin disampaikan. Yang ketiga adalah Character, who story, siapa yang akan menjadi jalan cerita. Karakter tidak saja manusia, yang jelas bisa berarti sebagai subjek dalam cerita yang akan dibuat, seperti Hujan karakter dalam film yang akan saya buat. Yang keempat adalah Structure, bagaimana struktur film yang akan kita buat nantinya. Kalo untuk struktut akan lebih baik dibahas dengan sendirinya. Yang kelima adalah Process/Method, ini juga harus diterangkan sendiri. Dan yang terakhir adalah Audience Impact, untuk apa film ini dibuat nantinya kalau tidak untuk ditonton, jadi audience impact merupakan tujuan dari film ini dibuat. Menjelang akhir mas Nick Deocampo memberikan tugas untuk membuat story line dengan tema yang sudah kita buat tadi dalam presentasi.
Hari ke-2Hari kedua kita ada Garin Nugroho yang sudah banyak orang kenal dengan karya-karyanya yang selalu menarik untuk diikuti. Dihari ketiga itu kami mendapat banyak info seperti elaborasi dari tema yang sudah kita buat. Elaborasi dalam naskah yang nantinya akan membantu. Selain itu mas Garin juga memberikan informasi yang akan selalu saya ingat, ia menjelaskan tentang Shoot, ya just shoot. Dalam sebuah shoot ada tiga element yang harus ada kalo gak ada gimana ya, elemen dalam shoot adalah, Informasi, Dramatic, Estetik. Dia juga menceritakan bagaimana kita harus menghormati karakter dalam film yang akan kita bikin. Dihari kedua ini peserta diperlihatkan sebuah film dokumenter dari mas garin yaitu Free Jazz, sebuah permainan music yang disandingkan dengan Borobudur, sangat cantik dan manis melihat Borobudur ternyata memiliki arti yang indah tidak hanya sebuah relief-relief yang saya juga belum tahu artinya, sangat menarik dan kreatif idenya ya. Kok bisa ya.
Ditengah acara hujan datang, temen-temen peserta yang lain langsung melihat kearahku. Begitu juga mas Nick yang langsung menyuruh saya untuk mengambil gambar hujan diluar. Kesempatan itu tidak saya sia-siakan, langsung saja saya mengambil kamera mas Nick ditemani oleh mas Aris untuk mengambil hujan yang sedang turun diluar. Oh hujan begitu berartinya kau, hingga kau turun disaat yang tepat.
Sepertiga hari workshop digunakan untuk produksi dari storyline yang sudah kami buat, untuk saya karena sudah mengambil gambar hujan siang tadi jadi untuk produksi tidak mendapatkan kesempatan lagi. Seluruh peserta dibagi menjadi beberapa tim. Ada Tim Street Child, Tim Banana Vendor, Tim Boundaris, Tim wayang, Tim Aksara, Tim Pustakawan, Tim Monkey Man, Tim Pestisida dan tentu saja tim Adventure yang saya ikuti dengan Mas Doni. Seluruh peserta saling bantu membantu dalam produksi ini, sangat menyenangkan ada yang sampai ke UIN jauh juga, tapi percayalah kawan perjuangan itu tak pernah sia-sia.
Malam hari setelah makan malam hasil bidikan peserta dipresentasikan, semua sangat bangga dengan karyanya masing-masing. Setelah itu mas Nick memberikan analisisnya, ketiga film yang mendapatkan apresiasi paling banyak adalah dari Tim Jakarta (tadinya Monkey Team nih), Tim Adventure dan Tim Banana Vendor. Wah saya sangat salut dengan analisa yang begitu dalam dari mas Nick untuk sebuah satu shoot, analisa semoitika, analisa komposisi semua diterangkan dengan sangat menarik malam itu. Tidak ada yang bagus dan jelek malam itu, saya yakin semua itu karena setiap shot yang kami bikin adalah keyakinan yang ada dalam diri kami bahwa kami mampu membuat film.
Hari kedua ini sepertinya sangat singkat tapi sangat-sangat menyenangkan, soalnya dihari kedua ini kami para peserta workhop sudah semakin dekat dan mengenal.
Hari ke-3Hari ketiga diisi dengan sesi Director, penyutradaan, bagaimana seorang sutradara membuat setiap shoot dalam film dokumenternya memiliki nilai estetis, informative dan dramatis. Kali ini peserta duduk di lantai, mas Nick memperagakan bagaimana menjadi seorang sutradara film dokumenter yang baik. Peserta dikasih tahu bagaimana sinematic element sebuah film dokumenter . Shot, Cut, Camera Movement dan Effect, ada empat elemen yang biasa digunakan dalam pembuatan film.
Pada sesi ini mas Nick memberikan contoh teknik Cuting dari film Stanley Kubric 2001:a spacey oddisey film yang sangat saya ingin tonton dari semenjak baca majalah film. Kemudian mas Nick lebih banyak memberikan komposisi kamera dari mulai size komposisi pada gambar seperi Close up, Long Shot, Medium Shot. Angle kamera(low angle dan High angle). Juga kamera movement(teknik Pan, Tilt, dan Track)
Setelah sesi dari mas nick selesai, sehabis makan siang peserta di beri informasi mengenai market film dokumenter oleh mas Gunawan Kusmantoro juga Mas Nick yang tak kenal lelah. Dalam market dokumenter mas Gunawan lebih kepada televise, ini juga karena beliau pernah bekerja di stasiun tv yang baru kehilangan tanda bintangnya. Kemudian mas nick juga menambahkan bagaimana proses sebuah film dokumenter dari tahap ide, pra produksi +produksi + pasca produksi, kemudian lewat distribusi film untuk kemudian menjadi sebuah tontonan yang menarik seperti di Festival, School, Media TV(apalagi ya saya lupa) tidak lupa mas Nick menambahkan peran Internet dalam distribusi sebuah film.
Workshop tiga hari ini ditutup dengan kesan-kesan peserta tentang workshop ini, kebanyakan dari peserta memang memberikan acungan jempol kepada pembicara kami, Mr. Nick Deocampo atau Mas Nick teman-teman memanggilnnya, setiap peserta memberikan tanggapanya. Sebenarnya saya juga ingin memberitahukan kesan saya, tapi ya sudah tetap sama kok kesannya. Yang jelas saya tidak puas sampai disitu, tidak puas karena masih banyak ilmu lainya yang belum saya dapat. Saya akan terus mencari ilmu lain lagi sampai tidak perlu lagi ada kata puas. Dan saya orang yang tidak pernah puas.
Sebelum acara bubar kita ramai-ramai nonton acara berita di TV, soalnya mas Doni bilang bahwa akan memasukan workshop ini diacara berita sore di TVRI. Sebelumnya peserta tidak banyak yang tau bahwa liputannya akan ditayangkan, sialnya katanya mas Doni akan memasukan saya pas waktu dikali eh ternyata?
Buat Ina Frontier dan all crew panitia terimakasih atas kesempatannya, jangan bosen untuk mengadakan acara serupa ya, tapi dengan tutor yang sama seperti mas Nick boleh diatasnya tapi jangan sampai dibawah mas Nick. Many tahnks to para pengisi Nick Deocampo, Garin Nugroho, Gunawan Kusmantoro, Dicky Sofyan. Teman-teman peserta I Love You Pull. Kapan Kita Bikin Film.
Salam
Gugun Junaedi