Jalan-jalan ke Bandung, mau apa, kemana tak ada siapa? Sampai akhirnya kupencet nomer yang sudah terlalu lama tersimpan di Phones book tapi belum pernah dihubungi. "Saya ke Bandung hari ini mas." tanpa persiapan hanya ada waktu, tenaga dan sedikit uang saya meluncur sendiri dari Cawang menuju Kota Kembang. Ini hanya sepenggal catatan kecil jalan-jalan tanpa tujuan, tidak ketempat wisata yang enak-enak dan memanjakan mata dan imajinasi, melainkan ke tempat yang ternyata mampu membuka kacamata realitas dari Bandung. inilah sepenggal cerita dari bandung dengan realitasnya.
Berbekal informasi dari teman-teman. Luqman dan Fery, Prima Jasa menjadi pilihan bus yang akan membawaku ke Bandung melalui tol Cileunyi. Jarak Cawang menuju pull Prima jasa harusnya bisa ditempuh dalam waktu 10 menit namun karena kesalahan naik angkot di halte Cawang, perjalanan memakan waktuhampir 2 jam, untungnya saya masih saja menikmati Jakarta meskipun macet. Area nyasar bisa digunakan untuk menghapal Jalan di Jakarta ini, jadi ingat ungkapan paman saya, kalo gak nyasar gak bakal tahu arah yang bener.
Di Prima jasa tanpa menunggu lama, saya langsung naik bus AC ekonomi dengan harga 26.000. Saya rekomendasikan bis Prima Jasa ini, pengalaman pertama bisa membuktikan kepuasan konsumennya. Dalam bus saya bertemu dengan bapak-bapak yang ternyata memiliki hobby jalan-jalan, Australia sudah diuat khatam olehnya. Pesen darinya "mumupung masih muda nikmati saja mas, kalo sudah punya prioritas gak bisa kemana-mana, karena keterbatasan waktu."
Dari tol ciluenyi saya turun di jalan Mohamad Thoha, kita tinggal ngomong saja ke Kondektur mau turun dimana. Kalo saya dan semoga temen-temen yang lain mau ngikuti, ternyata turun di jalan Moh Toha lebih deket rutenya menuju Bandung Kota, tidak ribet naik angkotnya. cukup satu kali naik angkot bisa langsung turun di Tegalega.
Setelah dari Tegalega, kemudian nyari angkot menuju ke jalan Ahmad Yani di tempat meeting Point Sanggar Story Lab Bandung. Setelah hampir berputar-putar dengan ankutan kota selama satu setengah jam akhirnya sampai juga di Jalan Mangga dimana StoryLab bermarkas.
Akhirnya Ketemu juga dengan idola saya di blog kompasiana yang ternyata sedang absen sampai saat ini. di Mas Nur ku temukan obrolan bertajuk ralitas, he's the one film maker in kompasiana. Entah beberapa kali saya membatalkan janji bisa bertemu dengannya, berbicara sambil ngopi. Dan akhirnya terwujud juga perbincangan malam itu, kopi malam itu, curcol malam itu, serta kekonyolan malam itu di Malam Minggu Story Lab.
Satu cangkir kopi dan berbatang-batang rokok telah menemani kami dan seisi Story Lab, juga yumie yang asin tapi enak. Sebuah realitas dari keaadan terbentuk di malam itu meski kecil tapi itu merupakan realitas yang sudah terbentuk dan akan terbentuk menjadi lebih baik lagi. Terimakasih buat teman-teman Story Lab, apapun yang ada di Mas Nur akan saya tunggu.
***
Bandung, malam itu sudah semakin dingin. Ini malam Minggu di Bandung, di setiap perempatan Dago banyak sekali penjual bunga dan pengamen yang berkelompok. Ini yang membedakan Bandung dengan kota lainnya, Kota Kembang, pantesan ada saja penjual bunga di sudt-sudut jalan. Disetiap sudut jalan beberapa warung hampir semuanya sudah dipenuhi oleh muda-mudi Bandung. Saya merasakan baju yang dikenakan sudah tidak bisa memberikan kehangatan tapi cerita dari Bandung ini membuat saya bisa merasakan kehangatan lain yang bisa saya rasakan dan sanggup menghilangkan rasa dingin itu.
"Kita berhenti disini saja, sepertinya menarik disini." Cikapayang, Dago 5 Juni 2010 pukul 11.00 pm. Saya dengan barudak Bandung Ipey Geboy Kasep menikmati salah satu sudut ramai di Bandung. Ipey datang setelah menjemput di markas Story Lab, dengan motor Mionya saya diajak muterin kota kembang ini. lagi-lagi hawa dingin yang terasa bisa dikalahkan oleh keterpesonaan pandangan di setiap jalan di Bandung. Setelah berputar-putar tanpa tujuan, di persimpangan Cikapayang ini akhirnya kami menikmati malam di Bandung di temani sedikit sisa minuman kalengan bergambar bintang merah.
Beberapa kali pemandangan seperti film gangster terekam dalam pandangan saya, anak-anak yang mengaku punk mereka berlarian menghhindari kejaran Polisi. Di depan karya Instalasi typographi D.A.G.O rombongan anak-anak yang bermain skater dan BMX tak peduli dengan adegan kejar-kejaran itu, begitu juga beberapa orang di tempat itu dan saya yang hanya tersenyum menyaksikan itu semua.
Klimaks dari kejadian gangster malam itu adalah ketika ada rombongan pengendara motor yang membuat ribut di tengah persimpangan jalan Cikapayang, sebuah samurai terlihat dengan jelas berayun-ayun menunjukan keberanian yang salah tempat. Sungguh pemandangan yang biasanya hanya saya saksikan di film. Ternyata berita tentang Gang motor itu memang benar adanya, tapi sepertinya saya menganggap itu hanya beberapa orang saja. Seperti perkumpulan motor di depan kami yang terlihat rukun duduk sambil bersenda gurau, bahkan mereka memberikan tempat kepada rombongan tour yang akan berfoto di area Cikapayang. Dan lagi-lagi orang disekitar Cikapayang menganggap kejadian itu sudah biasa terjadi di Bandung, wow apa yang sedang terjadi sebenarnya, orang bermain sammurai kok biasa.
Setelah adegan gangster tersebut kami memutuskan untuk berpindah lokasi menikmati Bandung. sekre Mapala Universitas Islam Nusantara menjadi pilihan malam itu oleh Ipey. Giriraya, sebuah komunitas Pecinta Alam Uninus memberikan banyak cerita dan kawan-kawan baru. Kehangatan terjalin saat itu hingga tidak terasa Pagi menyadarkan bahwa saat itu saya berada di Bandung.
***
Dingin benar-benar sangat terasa di pertigaan Cianjur menuju Cipanas, "ini artinya kita sudah deket dengan Puncak." wow tidak sabar juga bisa menikmati dinginnya puncak Cipanas. Dalam perjalanan saya sedikit mendapat hiburan yang menyenangkan selain gerimis yang menemani dari Bandung-Cimahi hingga Cianjur, tak henti-hentinya gerimis menyiram aspal yang sudah basah sedari sore. Hiburan menyenangkan lainnya adalah ketika berada di Pinggiran kota Cianjur. Sebuah neon box dari jarum super itu ternyata bisa membuat saya tertawa sendiri melihat model-model dalam iklan tersebut. Djarum super versi World Cup 2010 menampilkan model berupa binatang khas Africa Selatan, namun yang sanggup menarik perhatian adalah pas bagian burung onta. Mungkin bagi temen-temen yang sudah menyaksikan film Prince of Persia akan mengalamin nasib yang sama denganku. tertawa melihat adegan burung Unta sedang beradu cepat dengan jokinya yang lucu.
Pasti semua akan tertawa ketika scene dimana pangeran Dastan dan Putri Tamina terjebak disituasi yang sangat konyol di daerah hitam perbudakan. Dari situlah saya baru tahu bahwa ternyata ada balapan burung unta. Lucu, konyol dan terlihat kasihan juga melihat ekspresi burung terbesar didunia ini. Setelah mendapat adegan balap burung itu akhirnya penasaran saya terbayar setelah membaca beberapa artikel mengenai keunikan burung unta di beberapa situs.
Puncak semakin dekat, dingin juga semakin terasa. Motor hanya bisa bertahan 40 km/jam dibeberapa tanjakan. Jalan yang terlihat licin juga membuat Ipey melambatkan laju Mionya. Ini pengalaman pertama saya di Cipanas, melihat perempuan-perempuan cantik di setiap warung. Wah ada yang mirip Song Hye Kyou bahkan sejenak ada juga yang mirip Suzan Cofeey. Kalo duit kita banyak baru kita mampir kesana.... hahaha obrolan konyol diatas Mio yang kedinginan. Di Warung depan parkiran masjid besar akhirnya saya, Fery dan Bebi(tambahan teman perjalanan) mampir sejenak menikmati dinginnya Cipanas. saya pernah bilang bahwa ingin sekali menikmati jagung di CIpanas, ternyata sama saja. Hanya teringat kaliurang yang sudah lagi tidak dingin.
Jakarta we're coming. Setelah dua hari ini menikmati hari bebas dengan berjalan-jalan di Bandung. Bertemu Rindu dengan realitas yang sejenak terbuka. Terimakash buat mas Nuraziz, saya selalu menunggu saat itu. Bertemu dengan temen-temen Mapala Giriraya Uninus, semoga camping di Kepulauan Serbu terlaksana kawan, Salam Lestari buat semua. Serta menikmati dingin Cipanas bersama teman. Dan segala apa yang sempat dan telah terekam di setiap pandangan sudut kota Bandung dan Cipanas.
Kita bisa menikmati apabila kita tahu dimana kita berdiri saat itu dan percayalah bahwa tidak ada tempat yang membuat kita merasa tidak nyaman.Tetap melangkahkan kaki untuk menikmati Nusantara yang katanya indah ini, lakukanlah meski itu hanya sedekat jangkauanmu hingga kita benar-benar merasakannya. From Bandung with Realitas.
Gugun 7
Djakarta. 070610
masih di Pinggir Rel Cawang
dikancani lagune Mocca - Do What You Wanna Do.
masih di Pinggir Rel Cawang
dikancani lagune Mocca - Do What You Wanna Do.
***
aha pertamax :D hehehe
BalasHapusaku selalu suka cara mas gugun menyampaikan cerita, begitu hidup dan mengena... yah mumpung masih muda kudu keliling nusantara, semoga terlaksana ;)
Bisa aja nih neng Sash, besok kapan-kapan kalo temen2 Giriraya ada yang main ke Jogja tak kenalin aja ke kamu... biar tambah banyak temen-temen Mapala ya... asik2 orangnya...
BalasHapusdor dor dor.................
BalasHapuskunjungan pertama.,.,.,.
Merapat cah bagus
BalasHapusaku blum pernah ke Bandung Hiks hiks hiks
BalasHapusMampir bos Cow, nyari yang adem-adem lho.
BalasHapus