Suatu sore diantara sendekala sewaktu diangkringan saya bertemu dengan bapak-bapak yang awalnya hanya diam saja duduk disebelah saya. Awalnya dia hanya lirak-lirik kesaya sampai akhirnya bapak itu bertanya tentang sesuatu yang tidak mampu saya jawab.
"nyambet damel teng pundi mas?"
lha, coba bayangkan....... gimana sudah bisa terbayang jika ditanya oleh seorang bapak-bapak menggunakan bahasa krama seperti itu. (disini saya tidak lancar berbahasa krama alus) Saya hanya senyum-senyum sendiri, mau ngaku mahasiswa muka sudah tidak mencukupi lagi, tidak seperti mahasiswa yang sekarang ini gaul dan mbois. sebenarnya mau tak jawab freelance, itu lho pak kerja bebas.
Penjelasan yang juga membuat saya bingung menerangkan bahwa saya itu freelance. Freelance Graphic Designer, freelance video maker, freelance nopo mawon pak. Ngaten pak, asline dalem badhe njawab. tapi merubah kata-kata itu menjadi krama alus, saya tidak sanggup. jreng-jreng-jreng pembicaraan selanjutnya hanya ngalor ngidul, menggunakan sepenuh pengalaman saya sewaktu belajar krama inggil untuk ngobrol dengan bapak yang ternyata pemain musik pukulele alias kencrung dalam keroncong.
Sebenarnya saya tahu apa yang bapak itu bicarakan, tetapi kamus besar krama alus saya masih belum cukup untuk komunikasi dua arah dengannya.
Sampai sini dulu masalah saya dengan bahasa orang tua saya ini, sambil mempelajari krama alus sedikit demi sedikit biar nanti bisa digunakan jika berhadapan dengan calon mertua.
"nyambet damel teng pundi mas?"
lha, coba bayangkan....... gimana sudah bisa terbayang jika ditanya oleh seorang bapak-bapak menggunakan bahasa krama seperti itu. (disini saya tidak lancar berbahasa krama alus) Saya hanya senyum-senyum sendiri, mau ngaku mahasiswa muka sudah tidak mencukupi lagi, tidak seperti mahasiswa yang sekarang ini gaul dan mbois. sebenarnya mau tak jawab freelance, itu lho pak kerja bebas.
Penjelasan yang juga membuat saya bingung menerangkan bahwa saya itu freelance. Freelance Graphic Designer, freelance video maker, freelance nopo mawon pak. Ngaten pak, asline dalem badhe njawab. tapi merubah kata-kata itu menjadi krama alus, saya tidak sanggup. jreng-jreng-jreng pembicaraan selanjutnya hanya ngalor ngidul, menggunakan sepenuh pengalaman saya sewaktu belajar krama inggil untuk ngobrol dengan bapak yang ternyata pemain musik pukulele alias kencrung dalam keroncong.
Sebenarnya saya tahu apa yang bapak itu bicarakan, tetapi kamus besar krama alus saya masih belum cukup untuk komunikasi dua arah dengannya.
Sampai sini dulu masalah saya dengan bahasa orang tua saya ini, sambil mempelajari krama alus sedikit demi sedikit biar nanti bisa digunakan jika berhadapan dengan calon mertua.
sy jg ndak bisa.. boro2 sing alus, kasar aja ra iso :(
BalasHapusoh begitu to..
BalasHapusOpo ne iki ika keikaan. basa lampungmu nganti medhok
BalasHapus