Rabu, 09 Agustus 2017

Merayakan Kemenangan di Tahu Campur Ojo Lali, Tebet, Jakarta Selatan

 Kami sepakat untuk makan malam tahu campur hari itu. Yak, tahu campur, makanan yang berasal dari Jawa Timur ini bisa dibilang menjadi salah satu makanan favorit saya. Ceritanya makan malam ini untuk merayakan dipilihnya tulisan Lutfi sebagai salah satu yang terbaik dalam lomba penulisan catatan perjalanan di Asean Literary Festival yang ke 4 di Jakarta. Dia sangat bahagia mendapatkan namanya berada di poster pengumumannya. Apalagi para pemenang dengan tulisan terbaik akan dibukukan. Jadi malam itu kami merayakan dengan makan tahu campur.

Karena sudah terlalu sering makan tahu campur yang ada di Pejaten, kami berencana untuk mencoba nasi campur yang ada di Jalan Dr. Saharjo , Tebet - Jakarta Selatan. Kalian mungkin sudah terbiasa bergoyang lidah dengan tahu campur, potongan tahu yang beradu dengan kikil, tetelan sapi yang kemudian dilembutkan dengan gurihnya kuah kaldu yang meresap dalam, ditambah kressnya daun selada yang masih segar, dan pecahnya racikan petis spesial yang luber di rasa, maka nikmat mana yang bisa kau dustakan ketika lidahmu bergoyang dengan cita rasa makanan khas Jawa Timur ini.


Sampai sana kursi terlihat penuh, kami mendapatkan tempat duduk baris panjang yang sudah banyak terisi pengunjung. Saya memasan Tahu campur ditambah dengan telur dadar. Sedangkan Lutfi memesan tahu tek. Saya memperhatikan beberapa pengunjung yang makan di situ dengan alunan pengamen biola (siapkan uang untuk pengamen jika makan di jalan Saharjo, karena terlalu banyak pengamen) Beberapa pengunjung terlihar memesan dobel tahu campurnya, juga ada yang makan tahu campur dengan nasi.
Makanlah dengan bersih
Untuk porsinya masih kalah dengan tahu campur yang ada di Jati Padang, kemudian saya coba kuahnya. sebelum dicoba saya coba aduk dulu, tidak begitu kental alias encer. Kalah 3 step dibawah dari tahu campur Jati Padang. Seladanya terlihat segar dan mi kuningnya kenyal, nilai aman. Tetelan, kikil sapi dipotong besar tapi gampang dikunyah, nilai lebih lagi. Tahunya juga enak, apalagi tahu yang digoreng dalam tahu teknya, saya icip sedikit punya lutfi. Untuk petisnya kurang begitu yahud, apalagi beberapa minggu lalu saya baru pulang dari Surabaya jadi nyobain masakan dengan rasa ringan seperti ini, kalah jauh. Dan, untuk tambahan telur dadarnya saya rasa kurang greget, mungkin yang bikin terlalu terburu-buru karena banyak tamu, jadi ngaduk sebentar trus goreng deh. Nilai semuanya adalah 7. Tetap Tahu Campur jati Padang yang utama, kedua yang di jalan arteri pondok indah, ketiga ini, keempat yang di komplek kopasus Cijantung. Kami makan berdua dengan minum habis 52.000 masih murah.

Paling tidak malam itu kami mengulang rasa, keindahan rasa masakan jawa timuran melalui petis. Meski ringan dirasa, tapi cukup mengobati perut dan lidah yang ingin bergoyang. Perayaan selanjutnya menunggu ada momen menggembirakan lagi dari kami, selamat istriku untuk menjadi salah satu yang terbaik dalam lomba penulisan Asean Literary Festival, event yang keren diisi penulis-penulis keren dan kamu jadi juaranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita buat semua ini menyenangkan.