Jumat, 21 Maret 2014

Tim Ngangkang (2): Ngariung di Bandung



Bandung, pagi itu lumayan cerah. Kami sampai sebelum pukul 8. Bertemu dengan seseorang yang menunggu di ciwalk (bukan citos square) namanya ciwok yang lokasinya di cihampelas :) . Tujuan awal melakukan agreement dengan sesuatu. Kami sarapan bubur ayam, ada juga yang sarapan lontong sayur. Selesai sarapan dan ketemu dengan orang yang menunggu, kami langsung menuju ke titik point.
Team Ngangkang
Team Ngangkang

Tanpa mandi, tanpa pake minyak wangi. Eh Jawir sama Imet pake minyak wangi, kalo kata Mpoy minyak wangi yang dipake ntu bikin nafsu. Aku coba mencium dikit aroma, ternyata sama saja seperti minyak wangi yang lain... wangi J secara ga punya minyak wangi. Duduk santai, ngopi, ngerokok, mata ngantuk karena di perjalanan ga bisa tidur nyenyak.

Kami berangkat ber-10. Mencoba mengingat dari kursi belakang: jawir, Imet, Widya, aku. Kursi tengah ada: Adit, Wiwi, Andhin, Mpoy. Kursi Depan ada Om Sukrib sekeluarga, 3 orang. Berangkat selepas subuh dari Cibubur. Sayang um Joe ga bisa ikut, padahal dijamin seru. Tapi ya ga bisa ninggalin acara(kawinannya mang Kisut dari Sioux)

Rencana demi rencana sesuai dengan rencana meski ada rencana lain yang berubah. Kami bertemu dengan salah satu figur pendaki yang masih luar biasa sampai saat ini. Dengan umur beliau yang lebih dari 2 kali umur sekarang saya, terlihat masih begitu semangat dan yang pasti murah senyum dan tak sungkan berbagi pengalaman yang luar biasa. 

Cerita Cerita
Berbagi cerita

Ketemu dengan idola
Rombongan kedatangan temen OANC, reza aka Leetechun. Kemudian, pas makan siang datang mang Boughil dan istrinya yang sudah isi 2 bulan, siap jadi bapak mang Boughil. Semakin seru jalan-jalan di Bandung. Gerimis, hujan tak menghentikan obrolan kami di depan toko. Ketambahan kopi dan rokok yang menemani obrolan kami membuat semakin seru.

Imet, Widya, Reza aka Letechun, and 7

Mang Boughil dan Istri
Di dalam toko, satu tim sedang berdiskusi masalah yang tak terlalu jadi masalah, karena kami semua tau masalahnya, dan itu mungkin bukan sebuah masalah, karena kami semua juga merupakan masalah. Tetapi semua masalah tak ada yang perlu disalahkan, karena semua ..... 

Akhir yang tetap menyenangkan kami kembali ke Jakarta. Jawir dan Imet menetap untuk mencari mangsa di Bandung. Perjalanan yang kami pikir cukup melelahkan namun tetap menyenangkan berubah menjadi semakin menyenangkan ketika truk mogok di km 95 tol cipularang. Menyenangkan jika semua dirasakan. Kami kembali berdiskusi tentang acara, tentang plan, tentang semua pemberontakan, tentang semua kebaikan yang nantinya semoga tercipta di Gathnas. Di Pinggir tol, di pinggir jalan yang rata-rata orang memacu kendaraan lebih cepat dari metromini yang ngebut. 

Truk di KM 95
Tidak pernah ada masalah yang menyusahkan. Mogoknya truk menjadikan kami tak resah ataupun gelisah, kami tetap tertawa dan kami tetap bersama. Meski kami harus mengabaikan rencana di hari minggu tapi itu tak masalah J. Berjam-jam kami habiskan menunggu derek datang. Berjam-jam kembali kami menunggu truk dibedah seperti orang mau melahirkan di bengkel sampai sore menjelang, sepanjang menunggu truk dibedah oleh 4 orang m. Truk kembali beraksi di jalanan di Minggu sore syahdu J kembali menuju Jakarta dengan banyak cerita yang nanti bisa disampaikan kembali. 

Tim Ngangkang kembali ke dunianya masng-masing, ada yang langsung bekerja, ada yang langsung tertidur, ada yang masih mencari soham, ada yang membangun kastil. Let it go team. Let it go and let it be karena ga ada yang gagal dalam tugas dan tak perlu pulang ngangkang rencana hari itu.
 
....... masih bersambung........


Rabu, 19 Maret 2014

Tim Ngangkang (1): A Little Stories



“Lebih baik pulang ngangkang daripada gagal dalam tugas.” Tanpa cela Mang Ekost meberikan kalimat itu sebagai bentuk kerja keras tim panitia penyelenggara Gathering Nasional Kaskus OANC yang ke-4. Kalimat itu muncul ketika kami, seluruh tim panitia melakukan miting bersama di lokasi yang nantinya dijadikan lokasi acara GathNas. Sukamantri, Februari 2014 Kami berkumpul membahas detail acara sampai sedetail-detailnya. 

diskusi dari pendaki oleh pendaki untuk pendaki

pantang pulang

makan es duren di meja yang sebenernya no.7
sampe jam setengah lima lebih 7 menit, 7 detik.
 Awalnya ga menyangka juga setelah akhirnya secara tidak resmi dijadikan salah satu tim panitia ngangkang ini. Awal yang kebetulan atau memang begitu jalannya. Ceritanya itu bermula dari Selatan Jakarta. Setiap jumat malam memang di salah satu tempat tongkrongan temen-temen OANC, tempat yang ramah sekaligus parah,dan banyak sampah, tempat um Joe Item di Lenteng. Tempat yang lebih terkenal dengan sebutan HTC, sampai akhirnya baru tau kalo HTC itu merupakan kepanjangan dari Haji Tohir Club. Haji Tohir merupakan jalan tempat tongkrongan itu berada, menurutku sih jalan Menteng karena di GPS nama jalan Haji Tohir indak ada. Di Malam jumat itu beberapa teman sudah berkumpul, kebanyakan panitia yang sudah resmi menjadi tim, sedangkan saya hanya ingin main ke HTC karena biasanya di sana emang menyenangkan sekaligus ramah dan parah orang-orangnya dan yang pasti ditambah sampah. Obrolan ngalor-ngidul sudah biasa di sana, sampai ada ajakan untuk membantu tim dokumentasi dan publikasi acara.

Tanpa resmi, tanpa minta persetujuan, tanpa tanya kesibukan, tanpa nanya apa malam minggu saya pacaran, tanpa nanya mau ga jadi tim panitia. Katanya palu sudah diketuk menjadikan saya sebagai kordinator publikasi dan dokumentasi. Itupun setelah saya tau bahwa di Trit official ada id kaskus ane di trit tersebut. Sempat nanya sama wak Jawir ane bantu ngapain, katanya hanya dokumentasi acara saja, sedangkan di kepanitiaan ada tulisan publikasi, itu bukan hanya sekedar ambil gambar. Perencanaan membantu promo itu bagian publikasi, dan waktu untuk membuat itu tidak mudah dengan perencanaan yang ga jelas, soalnya takut bentrok dengan kerjaan, malam minggu, dan sebagainya. Tanya lagi sama om Sukrib, katanya santai aja tugasku hanya pas acara aja, bantuin ambil gambar.

Ok, itu mudah. Tapi, berbeda jalannya di tengah jalan ketika saya sering berkumpul, berdiskusi lebih intens untuk membahas acara tersebut. Melihat keseriusan teman-teman panitia, bahasa kerennya semangat teman-teman panita. Bayangkan lho kami rapat untuk kelancaran ini dari masuk tenda pukul 17.00 sampai pukul 5 pagi kita masih diskusi GathNas ini. entah kami pulang pukul 11 siang esok harinya dan yang dibahas semuanya detail acara tersebut. Akhirnya, saya memberanikan aja membuat teaser yang lebih banyak daripada teaser yang awalnya hanya acara tersebut, teaser para pengisi materi acara saya siap buatkan. Bagi saya membuat film sudah seperti teman dekat yang mau diajak susah maupun senang, jadi mudah saja membuat teaser tersebut, itu pikiran waktu itu.

Teaser pertama merupakan dokumentasi tim yang cek lokasi sekalian diskusi yang dari sore sampai pagi itu. Kemasan sederhana yang harapannya bisa membuat orang yang menonton tertarik ikut acara ini. OANC negara sendiri, jadi bagaimana membuat guyonan negara OANC masuk dalam teaser ini. Memang sebelumnya sempat nanya di grup panitia kalo teaser terebut mau dibuat apa. Yah, ga ada yang ngasih ide. Spontanitas memang menyenangkan jika kita sudah menyiapkan pendukung momen tersebut. Akhirnya kisah cinta salah satu soham yang jadi seleb di OANC coba diangkat. Jawir, Andhin, dan Dadin yang menjadi pemeran. Mungkin karena emang soham beneran jadi cerita dalam teaser tersebut terjelas natural, piss. Tidak lupa selain cerita kisah cinta soham, ada juga lokasi acara yang diambil biar kelihatan tempat acara oleh calon peserta. Cari gambar yang ijo yang menyenangkan dan menenangkan, mudah-mudahan dapat.
Teaser ke-2 merupakan video tentang salah satu pengisi acara di Gathnas 4 Bogor, Yayasan Sioux Indonesia. Yayasan yang apa yan menyebutnya, mereka temen-temen yang tertarik dengan ular. Ular, yang saya ingat dan saya tau ular itu ya begitu, bisa nggigit bisa nglilit bisa tersenyum, mungkin sih. Sioux Indonesia menjadi salah satu pengisi acaradi Gathnas. Mencari hubungan antara SIOUX Indonesia dengan OANC ternyata tidak mudah untuk jadi konten video. 

Akhirnya setelah mengingat-ingat hubungan ular dengan berkegiatan alam bebas yang saya dapat adalah untuk survival dan bahaya. Yang pertama tidak disarankan, setelah nanya ternyata sioux indonesia juga tidak mendukung ular sebagai salah satu bahan pangan ketika dalam kondisi survival, karena bisa saja ada makanan lain yang bisa dimakan dari alam. Kecuali, memang tidak ada ketemu yang lain dan ketemu ular. Jadi, saya mencoba menghubungkan ular dalam bahaya objektif ketika berkegiatan alam bebas. Diskusi sebentar dengan mang Kisut yang menjadi narasumber, akhirnya ketemulah STOP. Salah satu tips dari sioux ketika ketemu ular. Silence, Thinking, Observe, Prepare itu yang sebaiknya dilakukan jika kita bertemu dengan ular. Konten kecil dalam video berdurasi lebih dari dua menit itu cukup memberikan informasi, selain gambar-gambar uler yang sebenarnya pas ambil gambar saya merasa tertekan melihat ular-ular itu hampir semuanya agresif. Bahkan ketika ambil gambar, sempat dililit juga, pertama kalinya bersentuhan dengan ular sebesar itu dan ternyata ya ga sampai parah kok. Malah pengin dibawa salah satu ular tersebut, biar menjadi teman di malam minggu di kos.

Seperti itu dulu, video berikutnya sedang dalam pembuatan. Profil Serz dan profil kang Bongkeng(salah satu figur pendaki yang ada di list catatan khusus di buku kecil saya) bertemu dengan mereka menjadi pengalaman yang menyenangkan apalagi bertemu dan berkumpul dengan tim panitia GathNas 4 kali ini. Ternyata kalo dulu jadi peserta dan sekarang jadi penyelenggara baru tau rasanya kenikmatan dan keganasannya. Tapi, enjoy semuanya dalam tim, karena kami memilih lebih baik pulang ngangkang daripada gagal dalam tugas! 

Wilujeng Sumping Akang Nyai


....masih bersambung.....