Selasa, 30 Agustus 2011

episode: Nasionalisme?

I love Indonesia, I proud to be Indonesian.

Belum pernah saya mengalami perasaan yang sangat dalam dengan kata satu ini, namun seringkali nasionalisme itu muncul dengan sendirinya jika ada moment tertentu yang secara tiba-tiba seperti lagu bangun pemuda-pemudi, yang siap menyisingkan lengan baju untuk Indonesia tercinta ini.

pertama yang bener2 saya rasakan adalah ketika piala AFF kemarin dimana sebuah bola bisa menyatukan beragam elemen masyarakat. dan ini bener-bener membuat saya yang kadang terlalu ragu dengan nasionalisme ikut terbawa arus kemerahansaat itu. Dari tukang becak sampai sang jenderal angkat tangan setinggi-tingginya untuk kemenangan dan kebanggan Timnas saat itu. dan,sampai sekarang dukungan terhadap timnas Indonesia itu masih menjadi nasionalime dalam daftar pertama saat ini, sayang, ini belum benar terasa untuk kegiatan olahraga yang lain jadi merasa sepakbola menjadi anak emas saat ini.

Selanjutnya adalah ketika saya berada sangat dekat dengan masyarakatnya. Seperti ketika ngobrol dengan nelayan pinggir pantai yang tidak tahu kondisi politik di negeri ini, tidak tahu bahwa tarif dasar listrik naik dan tiba-tiba merasa membayar listrik kok sebegitu mahalnya atau di sebuah lokasi yang sangat memuja bahwa air disini sungguh mahal. bahkan ketika merasa bersama orang-orang yang menganggap bahwa makanan adalah yang utama bagi mereka. Entah kenapa menyadari bahwa disekitar kita ternyata mash banyak orang-orang yang tidak merasakan apa yang bisa kita rasakan. kesejahteraan hanya untuk orang yang punya 'kekuatan'. jika dalam kondisi itu rasanya panas sekaligus pasrah bahwa Indonesia membutuhkan kita untuk merubah itu, kita anak muda yang seharusnya bisa mengubah itu. untuk yang satu ini saya belajar banyak dari teman lama yang tidak pernah saya temui Soe Hok-gie yang pernah bilang bahwa ...dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat....

dekat lebih dekat dengan mereka

Selanjutnya adalah ketika saya berada ditengah harta karun Indonesia, bentangan alamnya meski saat ini belum bisa menjamah harta karun itu seperti yang dikatakan orang bahwa Indonesia itu sangat indah kawan! Bangga memiliki tanah air yang sangat indah ini,hingga rela mengantongi sampah ketika melihat bungkus snack yang berserakan sembarangan di sebuah pantai yang jernih ini.


Tiiit, pernah ada message masuk. siapa yang cepat menjawab pertanyaan ini bisa dapat hadiah menarik. Siapa pencipta lagu Indonesia Raya. saya didepan laptop saat itu, google bersiap mencari jawaban untuk itu, kemudian saya urungkan niat itu. mencoba mengingattentang wawasan nusantara, sejarah yang pernah diajarkan dan saat ini mulai perlahan diulang kembali. Ironi sekali memang, pertanyaan seperti itu tidak bisa dijawab waktu itu. kemudian muncul pertanyaan kedua, gambar yang tertera dalam uang pecahan 5000 adalah seoaran pandai sikek, siapa yang bisa memberi penjelasan apa dan darimana asalnya. ting-tong saya bingung dengan pertanyaan itu. Teman saya ketika itu menjelaskan, ini bukan tentang hadiahnya lho, tapi bagaimana mengenal Indonesia. hal-hal seperti itukan sangat dekat dengan keseharian kita.

Akhirnya nasionalisme saya sempat luntur, saya ragu dengan Negeri ini yang penuh dengan bahasa korup. disini bicara nasionalisme disana mengalihkan nasionalisme demi tujuan yang lain. pusingkan jika kita mengingat seperti itu, TNI, POLRI yang seharusnya terkesan menjadi pelindung malah bisa menjadi sebaliknya.

Adalagi, pernah ditantang oleh teman saya yang pernah saya dibilang olehnya, payah tidak punya rasa nasionalisme. saya ditodong denganpertanyaan, mau gak angkat senjata ganyang malasia. ini saat ketika garis batas NKRI akan direbut kembali olehnya. Saya bilang, saya tidak mau, tidak setuju. makian, celaan itu pernah mampir kepada saya karena saya dianggap tidak nasionalisme. yah, saya mengalah saja. Kemudian saya sengaja memberikan informasi tentang kondisi di daerah dimana lintas batas negara atau pulau-pulau terluar disana jarang sekali merasakan kata sejahtera, merdeka. Sejahtera merasakan Indonesia ini, saya bukanya skeptis untuk indonesia dengan hal ini. lihatlah, untuk alasan apalagi saudara kita yang berada jauh disana tidak bisa atau belum bisa merasakan kesamaan hak seperti kita.

Banyak berita tentang dis-integrasi NKRI, Papua Barat, pulau sipadan, Timor leste. ya, saya lebih suka daerah tersebut bisa damai dengan sendirinya tanpa ada keresahan ataupun kekurangan tapi saya lebih suka bila mereka bisa merasakan itu bersama NKRI kesejahteraan bagi rakyatnya.

Apalagi ya, dan saya sebenarnya orang yang tidak bisa mengukur tingkat nasionalisme. seperti kata teman saya yang sering mengucapkan bahwa nasionalisme itu tidak hanya sebatas bibir. lakukan itu dan buat sebuah perubahan untuk Indonesia tercinta ini.Dan juga saya orang yang masih suka selingkuh dengan Indonesia ini, saya tidak 100% cinta Indonesia. Saya cinta masakan Indonesia tapi saya juga mencintai McD bahkan hokben. saya cinta kopi arabica dari Toraja atau Aceh tapi saya juga mencintai ngopi di Dunkin serta ngomong kebarat-baratan. Kemudian apakah mencintai Indonesia sudah bisa disebut nasionalisme dengan menyingkirkan apa yang tak berbau Indonesia. saya masih menyingkirkan hal seperti, dan lebih baik jangan bicara seperti mending bicara yang lain. ini nasionalisme sisa kolonialisme kali ya...

Sudah dulu meracaunya, sampai saat ini saya masih belajar nasionalisme sejati itu seperti apa. Sebuah tindakan nyata yang ingin selalu saya lakukan dan itu ada 5. 1. Ketuhananan Yang Maha Esa. 2, kemanusiaan yang adil dan beradab. 3, persatuan Indonesia. 4, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. 5, keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

kebangkitan nasional yang melahirkan nasionalisme berasal dari kalimat bersatu kita teguh bercerai kita runtuh


note: gambar koleksi lupa download dari mana. itu karena i love Indonesia, I proud to be Indonesian.

Sabtu, 06 Agustus 2011

episode: Sebuah Fantasi

Cahaya namanya, rambut ikal memanjang hitam pekat mengalahkan rambut para bintang iklan shampo anti ketombe di tv. Saat ini dinikmatinya kopi susu atau bahasa gaulnya coffee late special bikinannya, sebuah secangkir kopi ritual yang selalu ia lakukan menjelang hujan di sore hari.

Cahaya, 20 tahun lalu dia merupakan bayi kecil yang ditinggalkan seseorang di pinggiran jalan depan rumah tetanggaku. Saat ini dia telah berubah menjadi gadis ternama karena menang undian 1 Milyar dari merk sabun yang selalu ia kenakan dari SD

"Seharusnya saat ini saya bisa menjadi apa saja." dia berkata padaku yang masih tak percaya anak didepan ini milyader baru karena sabun mandi.

Tidak pula ada mobil mewah atau benda mewah lainya sebulan ini saya perhatikan disekitar rumahnya. Dikemanakan uang segepok itu, apa masih kepikiran buat membeli kembang pete buat berkebun dipekarangan samping kali milik keluarganya.

"Uang segepok mau diapakan kalo disempen melulu?" kata bijak yang saya dengar dari Cahaya. bukan barang mewah yang ia inginkan,apalagi keluarganya sudah berkecukupan dengan keadaannya.

"Sebuah Fantasi, saya mau membeli sebuah fantasi. Tapi tidak mengerti dimana saya membeli fantasi tersebut."

"memang apa fantasimu."