Minggu, 13 Juni 2010

Lebih Dekat dengan Soe Hok Gie.

Tidak pernah sebelumnya bisa berada ditempat ini, melihat tempat yang pernah menjadi persinggahan jasadmu. Diiringi sepasang kupu-kupu putih aku melihat prasasti itu, berharap ada ketenangan yang engkau rasakan disana. Soe Hok Gie, aku telah datang. Namun, belum semua janji ini terpenuhi hingga pada saat hari nanti aku bisa menemukan dirimu yang lain di lembah kasih Mandalawangi.

Minggu pagi saya telah bersiap untuk bisa mengunjungi salah satu tempat yang harus dikunjungi selama di jakarta ini. Tempat pertama kali seseorang yang selama ini memberikan jawaban yang selama ini masih saya cari di semayamkan sebelum akhirnya dibongkar kembali karena penggusuran. Apakah harus setragis itu dia merasakan kegelisahan hingga tempat jasadnya pun harus berpindah. Namun karena penggusuran pada tahun 1971, menjadikan salah satu keinginan Soe Hok Gie terwujud, menyatu dengan bukit Mandalawangi. Mandalawangi merupakan salah satu lembah yang berada di gunung pangrango, Pangrango menjadi salah satu gunung favoritnya untuk melepas kepenatan yang ada di jakarta. Bersama teman-temannya ia sering berada di lembah Kasih begitu Soe menyebutnya disalah satu puisinya tentang Mandalawangi yang juga menjadi salah satu puisi Scoring film Gie karya Riri Riza.

Nisan Soe Hok Gie berada di dalam komplek museum Taman Prasasti yang ada di jalan Tanah Abang I. Tidak sulit untuk menemukan tempat bersejarah di abad 17-20 itu. Saya menuju tempat itu menggunakan transportasi Busway dan turun di halte Museum Nasional, dari museum nasional saya berjalan kaki ke utara dengan jarak kurang dari 2 km. Memang sangat melelahkan tapi patut dicoba, karena daerah tersebut begitu rindang. Ojek juga menjadi pilihan alternatif dari halte Museum Nasional untuk menuju Museum Taman Prasasti itu.

Didepan kita sudah disambut oleh beberapa tiga buah prasasti yang abstrak menurut saya ini karena saya memang tidak memahami prasasti itu, dan dua buah meriam yang didalamnya berisi sampah yang berasal dari orang kurang kerjaan. Tiket masuk ke dalam Taman Prasasti cukup murah. Dengan harga Rp. 2000, kita bisa menyaksikan prasasti yang berasal dari abad 16. Kebanyakan saya perhatikan merupakan Prasasti yang di buat oleh Belanda. Memasuki Taman pilar-pilar berjejer dengan rapi, kita seperti langsung dibawa ke abad 16 saat itu.

Inilah salah satu lintasan sejarah yang pernah terjadi di Indonesia ini. Namun sayang, tidak berbeda dengan beberapa tempat vital yang ada di negeri indah ini. Tempat sejarah inipun tak luput dari tangan jahil Vandalisme. Lihatlah betapa karya monumental yang sangat berharga itu menjadi tampak seperti patung jalanan yang sering ditemui di pinggiran jalan. Ah, sudahlah untuk hal itu saya tidak mau berkomentar apalagi tidak jauh dari tempat berdiri saat itu juga terdapat beberapa kelompok orang yang dengan sengaja membuang sampah dengan sembarangan. Ditempat ini juga terdapat dua peti jenasah sang proklamator kita, sayang saya tidak sempat melihatnya langsung.

Museum Taman prasasti bisa menjadi pilihan diwaktu luang untuk menikmati kicauan burung dan rindangnya tumbuhan yang berada disitu, saking rindangnya tidak salah kalo membawa lotion anti nyamuk, karena banyak sekali nyamuk disini.

Memang dari awal tujuan saya adalah untuk mencari nisan prasasti Soe Hok Gie yang pernah di semayamkan disitu. Setelah hampir 30 menit mencari-cari akhirnya sayapun menemukannya. Lihatlah ia begitu sendirian ditemani daun-daun kering yang jatuh. Saya jadi teringat betapa Soe Hok Gie pernah menulis hanya di terangi lampu kecil dan banyak nyamuk mengganggunya, namun ia tak pernah keberatan dengan keaadan itu. Ditempat itupun nyamuk begitu banyak karena memang Taman Prasasti ini banyak sekali tumbuh-tumbuhan. Dan tempat itu tidak terawat, mungkin jika masih ada yang menyampaikan pesanmu sepertinya kamu juga tidak perlu sebuah prasasti untuk mengenalmu dengan indah dan mewah.

Saya duduk sambil memandangi Prasasti nisan itu, beberapa batang rokok saya habiskan hanya untuk mencoba lebih mengenal anak-muda yang selalu memberi inspirasi ini. Aku sedikit membayangkan bagaimana anak muda sepertinya yang mampu berteriak lantang dengan segala tindakannya menentang ketidak adilan, meski seringnya ia sendiri yang merasakan ketidak adilan.

Soe Hok Gie hari ini saya datang ke tempatmu, besok saya akan mengunjungi salah satu sahabat baikmu yang masih menyimpan beberapa puisimu. Kemudian saya juga akan mengunjungi tempat di mana abu kremasi jasadmu ditaburkan, di Mandalawangi saya akan coba lebih mengenalmu di antara bunga-bunga Edelweis di Pangrango. Sudah sangat dekat kaki ini melangkah karena semagatmu. Seperti katamu "Dunia itu seluas langkah kaki.. Jelajahi dan jangan pernah takut melangkah, hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya." ijinkan saya untuk lebih dekat denganmu. semangatmu, dan mimpimu.








Senin, 07 Juni 2010

From Bandung with Realitas

Jalan-jalan ke Bandung, mau apa, kemana tak ada siapa? Sampai akhirnya kupencet nomer yang sudah terlalu lama tersimpan di Phones book tapi belum pernah dihubungi. "Saya ke Bandung hari ini mas." tanpa persiapan hanya ada waktu, tenaga dan sedikit uang saya meluncur sendiri dari Cawang menuju Kota Kembang. Ini hanya sepenggal catatan kecil jalan-jalan tanpa tujuan, tidak ketempat wisata yang enak-enak dan memanjakan mata dan imajinasi, melainkan ke tempat yang ternyata mampu membuka kacamata realitas dari Bandung. inilah sepenggal cerita dari bandung dengan realitasnya.

Berbekal informasi dari teman-teman. Luqman dan Fery, Prima Jasa menjadi pilihan bus yang akan membawaku ke Bandung melalui tol Cileunyi. Jarak Cawang menuju pull Prima jasa harusnya bisa ditempuh dalam waktu 10 menit namun karena kesalahan naik angkot di halte Cawang, perjalanan memakan waktuhampir 2 jam, untungnya saya masih saja menikmati Jakarta meskipun macet. Area nyasar bisa digunakan untuk menghapal Jalan di Jakarta ini, jadi ingat ungkapan paman saya, kalo gak nyasar gak bakal tahu arah yang bener.

Di Prima jasa tanpa menunggu lama, saya langsung naik bus AC ekonomi dengan harga 26.000. Saya rekomendasikan bis Prima Jasa ini, pengalaman pertama bisa membuktikan kepuasan konsumennya. Dalam bus saya bertemu dengan bapak-bapak yang ternyata memiliki hobby jalan-jalan, Australia sudah diuat khatam olehnya. Pesen darinya "mumupung masih muda nikmati saja mas, kalo sudah punya prioritas gak bisa kemana-mana, karena keterbatasan waktu."

Dari tol ciluenyi saya turun di jalan Mohamad Thoha, kita tinggal ngomong saja ke Kondektur mau turun dimana. Kalo saya dan semoga temen-temen yang lain mau ngikuti, ternyata turun di jalan Moh Toha lebih deket rutenya menuju Bandung Kota, tidak ribet naik angkotnya. cukup satu kali naik angkot bisa langsung turun di Tegalega.

Setelah dari Tegalega, kemudian nyari angkot menuju ke jalan Ahmad Yani di tempat meeting Point Sanggar Story Lab Bandung. Setelah hampir berputar-putar dengan ankutan kota selama satu setengah jam akhirnya sampai juga di Jalan Mangga dimana StoryLab bermarkas.

Akhirnya Ketemu juga dengan idola saya di blog kompasiana yang ternyata sedang absen sampai saat ini. di Mas Nur ku temukan obrolan bertajuk ralitas, he's the one film maker in kompasiana. Entah beberapa kali saya membatalkan janji bisa bertemu dengannya, berbicara sambil ngopi. Dan akhirnya terwujud juga perbincangan malam itu, kopi malam itu, curcol malam itu, serta kekonyolan malam itu di Malam Minggu Story Lab.

Satu cangkir kopi dan berbatang-batang rokok telah menemani kami dan seisi Story Lab, juga yumie yang asin tapi enak. Sebuah realitas dari keaadan terbentuk di malam itu meski kecil tapi itu merupakan realitas yang sudah terbentuk dan akan terbentuk menjadi lebih baik lagi. Terimakasih buat teman-teman Story Lab, apapun yang ada di Mas Nur akan saya tunggu.

***

Bandung, malam itu sudah semakin dingin. Ini malam Minggu di Bandung, di setiap perempatan Dago banyak sekali penjual bunga dan pengamen yang berkelompok. Ini yang membedakan Bandung dengan kota lainnya, Kota Kembang, pantesan ada saja penjual bunga di sudt-sudut jalan. Disetiap sudut jalan beberapa warung hampir semuanya sudah dipenuhi oleh muda-mudi Bandung. Saya merasakan baju yang dikenakan sudah tidak bisa memberikan kehangatan tapi cerita dari Bandung ini membuat saya bisa merasakan kehangatan lain yang bisa saya rasakan dan sanggup menghilangkan rasa dingin itu.

"Kita berhenti disini saja, sepertinya menarik disini." Cikapayang, Dago 5 Juni 2010 pukul 11.00 pm. Saya dengan barudak Bandung Ipey Geboy Kasep menikmati salah satu sudut ramai di Bandung. Ipey datang setelah menjemput di markas Story Lab, dengan motor Mionya saya diajak muterin kota kembang ini. lagi-lagi hawa dingin yang terasa bisa dikalahkan oleh keterpesonaan pandangan di setiap jalan di Bandung. Setelah berputar-putar tanpa tujuan, di persimpangan Cikapayang ini akhirnya kami menikmati malam di Bandung di temani sedikit sisa minuman kalengan bergambar bintang merah.

Beberapa kali pemandangan seperti film gangster terekam dalam pandangan saya, anak-anak yang mengaku punk mereka berlarian menghhindari kejaran Polisi. Di depan karya Instalasi typographi D.A.G.O rombongan anak-anak yang bermain skater dan BMX tak peduli dengan adegan kejar-kejaran itu, begitu juga beberapa orang di tempat itu dan saya yang hanya tersenyum menyaksikan itu semua.

Klimaks dari kejadian gangster malam itu adalah ketika ada rombongan pengendara motor yang membuat ribut di tengah persimpangan jalan Cikapayang, sebuah samurai terlihat dengan jelas berayun-ayun menunjukan keberanian yang salah tempat. Sungguh pemandangan yang biasanya hanya saya saksikan di film. Ternyata berita tentang Gang motor itu memang benar adanya, tapi sepertinya saya menganggap itu hanya beberapa orang saja. Seperti perkumpulan motor di depan kami yang terlihat rukun duduk sambil bersenda gurau, bahkan mereka memberikan tempat kepada rombongan tour yang akan berfoto di area Cikapayang. Dan lagi-lagi orang disekitar Cikapayang menganggap kejadian itu sudah biasa terjadi di Bandung, wow apa yang sedang terjadi sebenarnya, orang bermain sammurai kok biasa.

Setelah adegan gangster tersebut kami memutuskan untuk berpindah lokasi menikmati Bandung. sekre Mapala Universitas Islam Nusantara menjadi pilihan malam itu oleh Ipey. Giriraya, sebuah komunitas Pecinta Alam Uninus memberikan banyak cerita dan kawan-kawan baru. Kehangatan terjalin saat itu hingga tidak terasa Pagi menyadarkan bahwa saat itu saya berada di Bandung.

***

Dingin benar-benar sangat terasa di pertigaan Cianjur menuju Cipanas, "ini artinya kita sudah deket dengan Puncak." wow tidak sabar juga bisa menikmati dinginnya puncak Cipanas. Dalam perjalanan saya sedikit mendapat hiburan yang menyenangkan selain gerimis yang menemani dari Bandung-Cimahi hingga Cianjur, tak henti-hentinya gerimis menyiram aspal yang sudah basah sedari sore. Hiburan menyenangkan lainnya adalah ketika berada di Pinggiran kota Cianjur. Sebuah neon box dari jarum super itu ternyata bisa membuat saya tertawa sendiri melihat model-model dalam iklan tersebut. Djarum super versi World Cup 2010 menampilkan model berupa binatang khas Africa Selatan, namun yang sanggup menarik perhatian adalah pas bagian burung onta. Mungkin bagi temen-temen yang sudah menyaksikan film Prince of Persia akan mengalamin nasib yang sama denganku. tertawa melihat adegan burung Unta sedang beradu cepat dengan jokinya yang lucu.

Pasti semua akan tertawa ketika scene dimana pangeran Dastan dan Putri Tamina terjebak disituasi yang sangat konyol di daerah hitam perbudakan. Dari situlah saya baru tahu bahwa ternyata ada balapan burung unta. Lucu, konyol dan terlihat kasihan juga melihat ekspresi burung terbesar didunia ini. Setelah mendapat adegan balap burung itu akhirnya penasaran saya terbayar setelah membaca beberapa artikel mengenai keunikan burung unta di beberapa situs.

Puncak semakin dekat, dingin juga semakin terasa. Motor hanya bisa bertahan 40 km/jam dibeberapa tanjakan. Jalan yang terlihat licin juga membuat Ipey melambatkan laju Mionya. Ini pengalaman pertama saya di Cipanas, melihat perempuan-perempuan cantik di setiap warung. Wah ada yang mirip Song Hye Kyou bahkan sejenak ada juga yang mirip Suzan Cofeey. Kalo duit kita banyak baru kita mampir kesana.... hahaha obrolan konyol diatas Mio yang kedinginan. Di Warung depan parkiran masjid besar akhirnya saya, Fery dan Bebi(tambahan teman perjalanan) mampir sejenak menikmati dinginnya Cipanas. saya pernah bilang bahwa ingin sekali menikmati jagung di CIpanas, ternyata sama saja. Hanya teringat kaliurang yang sudah lagi tidak dingin.

Jakarta we're coming. Setelah dua hari ini menikmati hari bebas dengan berjalan-jalan di Bandung. Bertemu Rindu dengan realitas yang sejenak terbuka. Terimakash buat mas Nuraziz, saya selalu menunggu saat itu. Bertemu dengan temen-temen Mapala Giriraya Uninus, semoga camping di Kepulauan Serbu terlaksana kawan, Salam Lestari buat semua. Serta menikmati dingin Cipanas bersama teman. Dan segala apa yang sempat dan telah terekam di setiap pandangan sudut kota Bandung dan Cipanas.

Kita bisa menikmati apabila kita tahu dimana kita berdiri saat itu dan percayalah bahwa tidak ada tempat yang membuat kita merasa tidak nyaman.Tetap melangkahkan kaki untuk menikmati Nusantara yang katanya indah ini, lakukanlah meski itu hanya sedekat jangkauanmu hingga kita benar-benar merasakannya. From Bandung with Realitas.

Gugun 7
Djakarta. 070610
masih di Pinggir Rel Cawang
dikancani lagune Mocca - Do What You Wanna Do.

***

Rabu, 02 Juni 2010

Pakaian(template) Baru buat Episodetu7uh

Ini menjadi seperti buku kedua. didalamnya berisi pemikiran yang kadang telalu aneh untuk ditulis pada sebuah buku. Beberapa orang pernah mengatakan "keabsurdanmu tidak terdapat disini, tapi itu bisa dirasakan." Setelah selama lebih dari 3 tahun akhirnya rumah kecil ini berganti pakaian.

Masih ingat ketika pertama kali bermain dengan yang namannya blogger. Dari sekedar karena ketertarikanku dengan menulis film hingga menulis catatan harian meski ditulis bulanan, blog ini ternyata menjadi teman setia yang mau menjadi temat berkeluh kesah. Beragam tulisan yang kalo dibaca bisa membuat sedikit tersenyum dan juga sampai berpikir "ternyata saya pernah nulis ini ya?" meski tidak sebagus tulisan idola saya, yang penting itu bisa membuat sedikit kebanggaan karena ternyata pemikiran saya dan penulis idola saya itu hampir mirip meski hanya 7%.

Beberapa kali mencoba berargumen, tapi lebih sering menulis dengan rasa aman. Tidak perlu memberikan tanggapan atau argumentasi yang penting tulisannya bisa dibaca dan tidak membuat orang kecewa.

Dari blog ini juga saya bisa mendapatkan teman yang lebih banyak, dari sekedar chating kemudian kopdar. Sempat beberapa kali mendapat tawaran untuk iklan, bisnis online, nitip gambar (sebelumnya bangga juga ketika ada orang yang menawarkan itu), eh ternyata niat saya buat ngeblog tidak hanya untuk bisnis. ya meski beberapa kali mendapat job yang lumayan gede karena ada orang yang mampir dan melihat beberapa portfolio Grafis maupun fotografi yang pernah saya tampilkan.

Sekarang pakaianmu sudah baru, meski tidak banyak yang di ganti. banner atas masih saja foto di pantai Depok. sedangkan warna kesukaanmu orange sedikit saya kurangi, tapi tidak apa semoga oang tetep suka dengan warna baju barumu ini. Link temen-temenmu masih aku pasang, dari pertama kali kita ngeblog bersama. kamu ingat dengan Mbak Ratih, dia ini kawan pertama kita. Dia guru bahasa inggis sepertinya, masih ingat juga gak bahwa dia adalah oang yang diajak curcol ketika sepatu baru saya dicolong didepan kost dulu. Semoga saja sampai sekarang mbak Ratih masih ingat.

Sepertinya tidak usah terlalu membanggakan wajah barumu ini ya, tetep katamu bahwa kita tidak boleh sombong, nanti ada waktunya kok. Oke my episodetu7uh mari kita lanjutkan petualangan kita, saya sudah siapkan beberapa kantong baju untuk rencana kita melintasi nusantara dengan jalan-jalan ke pantai, gunung, melihat seni budaya, bahkan jalan-jalan tanpa arah. saya juga menyiapkan kantong untuk beberapa lagu yang sering kita dengarkan. dan yang masih tetep kita juga akan tetep nonton film-film yang bermutu. Masih banyak kok kantong yang lain, semoga saja itu sanggup menampung semuanya.

Terimakasih buat semua temen-temen blogger. terutama buat yang punya template ini, Mr. Ipietoon. Thanks for your template, it's very amazing for me. Dan tetep Mr. Dodi Sunardi yang lebih mengenalkan tentang jurnalisme online.

Oke teman mari kita ngeBlog, karena ngeblog itu menyenangkan menegangkan, menyedihkan dan mengispirasikan. Tetap kabarkan Nusantara yang katanya indah ini melalui blog hingga kita dan yang lain bisa benar-benar merasakan keindahannya.

Salam.