Rabu, 23 Desember 2009

Sang Pemimpi

Akhirnya film yang paling ditunggu ini bisa ditonton juga “Sang Pemimpi” sekuel dari film Laskar Pelangi. Film ini masih bercerita tentang kondisi pendidikan di Belitong, kondisi sosial masyarakatnya serta cerita tentang masa remaja karakter dalam sang pemimpi, Arai, Ikal dan Jimbron. TIdak berbeda dengan film terdahulunya kondisi alam di Belitong tergambar dengan bagus dalam sekuelnya ini, keindahan alam, kondisi sosial dan pendidikan masyarakatnya tergambar dalam setiap detail adegannya.

Untuk film ini kondisi kemirisan pendidikan tidak diberikan banyak, kemungkinan karena lokasi SMA tokoh sudah berada di Manggar, sebuah kota yang harus ditempuh berpuluh-puluh kilometer. Berbeda dengan SD Gantong yang memang berada di pelosok, mungkin masih ingat penggambaran kondisi sekolah Ikal kecil bersama laskar pelanginya.

Banyak pesan yang muncul dalam film ini seperti bagaimana seorang pendeta yang mau anak didiknya menjadi seorang religious padahal berbeda ajaran, sebuah kejadian yang sangat langka di sekitar kita. Cerita seorang guru yang ingin menjadikan muridnya menjadi seperti yang ingin dicita-citakannya dengan caranya masing-masing. Dan masih banyak pesan yang disampaikan dalam film ini.

Sang Pemimpi bercerita tentang mimpi-mimpi seorang remaja di Belitong yang ingin belajar di Eropa. Mereka tinggal bersama, berjuang bersama jauh dari keluarga mereka, sebelum mereka meraih cita-cita, bermacam-macam masalah bermunculan yang membuat konflik tersendiri dalam cerita. Terkadang keteguhan tentang mimpi itu hilang, namun karena seseorang yang ia anggap galak malah membuatnya sadar bahwa ada seseorang yang berharap banyak kepadanya. Perjalanan cerita ketiga orang tokoh sentral sang pemimpi ini memang sangat menarik untuk diikuti.

Yang paling menarik selama film ini adalah acting dari masing-masing karakter yang dimainkan dengan bagus oleh para pemainnya. Selain gambar yang bagus sebagai penuntun cerita kita akan dibawa dengan dialog-dialog yang penuh inspirasi.

Sang Pemimpi kembali menghadirkan pemain asli dari Manggar, pemeran tokoh Arai kecil Sandy Pranatha sedangkan Arai remaja diperankan oleh Rendy Ahmad yang juga menyanyikan 2 lagu dalam album soundtrack Sang Pemimpi. Pemeran Ikal kecil masih diperankan oleh Zufany, sedangkan Ikal remaja diperankan oleh Vikri Septiawan. Tokoh bertubuh besar Jimbron diperankan oleh Azwir Fitrianto. Dan salah satu pemain yang sangat berpengaruh dalam cerita Sang Pemimpi lainnya adalah bang Zaitun tokoh kocak dengan kisah cintanya dan yang pastinya penggemar Novel tertralogi Laskar Pelangi tak akan bisa lupa dengan tokoh ini, Bang Zaitun diperankan dengan sangat unik oleh Jay Wijayanto yang juga seorang pelatih vocal di The Indonesian Choir. Tokoh lainya yang diperankan oleh pemain asli Belitong adalah Laksmi, perempuan yang sangat diidolakan oleh Jimbron ini diperankan oleh Cindy Dwitasari yang selama film ini ia tidak mengucapkan dialog namun ia berhasil membawakan karakter Laksmi yang selalu bersedih karena ditinggal keluarganya akibat kecelakaan perahu.

Sekarang saatnya bicara tentang para pemain yang layak kita beri bintang dalam Sang Pemimpi ini. Aktor pertama yang langsung membuat saya terpesona adalah pemeran tokoh Pak Mustar,kepala sekolah SMA tempat Arai, Ikal dan Jimbron sekolah. Pak Mustar diperankan dengan sangat sempurna oleh Landung Simatupang. Gila, apa yang pak Mustar dialogan seperti tertuju tidak hanya kepada Ikal, Arai, Jimbron, tapi saya yakin itu masuk kedalam setiap penonton yang menonton film ini. Adegan yang sangat saya suka ketika Pak Mustard an Pak Balia tanpa dialog ketika pulang sekolah. Memang tidak sama ketika adegan antara Pak Harfan (Ikranegara) dan Pak Zulkarnaen (Slamet Raharjo) dalam Laskar pelangi dulu dalam satu frame, saya tetap pengagum adegan ini. Tapi coba bayangkan seorang actor-aktor senior itu beradu acting, Pak Mustar, Pak Harfan dan Pak Zulkarnaen berada dalam satu Frame, wah saya sangat terimajinasi dengan hal ini dan mudah-mudahan akan bisa saya lihat meski entah kapan. Saya memberikan Bintang 5, perfect untuk Pak Landung Simatupang dalam memerankan tokoh Pak Mustar. Ditambah bonus 2 bintang khusus yang tak terlihat karena bisa berdialog dengan penonton. Total ada 7 Bintang.

Karakter kedua yang mempesonakan adalah “Ayah” Ikal yang diperankan oleh Mathias Muchus, juara no 1 di dunia laskar pelangi ini sangat berpengaruh dalam plot Sang Pemimpi. Seorang ayah yang sangat mendambakan anaknya menjadi seorang juara yang rela berpuluh-puluh kilometer bersepeda dengan baju safari kebanggannya hadiah dari PN Timah untuk mengambil rapot untuk anaknya di Manggar. Adegan yang sangat personal bagi saya ketika Ikal membonceng Ayahnya bersepeda. Bintang 5 untuk Mathias Muchus yang tetap sebagai Juara No 1 di dunia.

Karakter ketiga Ikal kecil yang masih diperankan oleh Zufany. Meski tidak banyak tampil, karakter ini tampil sangat kuat dan diperankan dengan sangat baik oleh Zufany. Zufany mendapatkan adegan flashback ketika menjemput Arai, mengaji dan dalam adegan kenaikan pangkat. Dari adegan menjemput Arai bahasa visual yang diterjemahkan dengan rapi oleh Riri Riza membuat saya memilihnya serta bayangan seorang anak ketika tidak ingin melihat ayahnya kecewa saat tahu Ayahnya tidak naik pangkat. Zufany mendapat Bintang 4 juga
Karakter Arai yang menjadi pusat cerita Sang Pemimpi terjaga dengan baik. Ikal kecil, ikal remaja dan Ikal Dewasa. Ketiga karakter tersebut menjadi satu kesatuan dalam situasi yang berbeda. Karakter Arai memang tidak bisa dilepaskan dalam Tetralogi Laskar Pelangi ini memang sudah terpatri dalam penggemarnya. Kejelian produser memilih Ariel yang disebutkan nama aslinya Nazril Irham dalam kredit titelnya membuat penggemar Cerita ini dibuat tidak berkutik. Track record Ariel menjadi pilihan yang baik dalam pemilihan karakter Arai ini, semua sudah sangat dekat dengan Arai dan mimpinya begitu juga semua orang mengenal Ariel dengan segala ceritanya yang selalu menarik. Kedekatan penonton dengan karakter Arai yang sebelumnya didapatkan oleh Arai remaja tidak hilang ketenaran Ariel, kesan super bintang itu tertutup oleh karakter Arai yang sudah terjaga sebelumnya. Untuk semua karakter Arai ini mendapatkan bintang 4. Penggambaran kondisi dan situasi yang berbeda dijadikan menjadi kesatuan yang utuh oleh Riri Riza.

Ikal remaja dengan banyak masalah yang ia rasakan sendiri diperankan bagus oleh Vikri Septiawan, setiap konflik yang muncul terlihat ia mainkan dengan natural. Jimbron remaja yang lebih banyak membuat penonton tertawa ini patut diberi penghargaan khusus sebagai penyeimbang cerita yang melo-drama ini. Gaya tubuh, bahasa visual yang mampu membuat penonton merasa terhibur dengan apa yang ingin disampaikan oleh Sang Pemimpi. Dari Jimbron penonton dibawa masuk kedalam sebuah inspirasi unik seorang sahabat, “kudaku yang akan membawa kalian ke Eropa.” Secara diam-diam film ini menyajikan tokoh Jimbron, seorang yang kocak penggembira dibalik tragedy gagapnya membuat penonton terdiam dalam dialog ketiga sahabat di Pelabuhan Manggar. Ikal dan Jimbron mendapat 4 bintang, Jimbron mendapat bonus penghargaan khusus karena spirit mimpi Lintang kembali hadir darinya. Ingat ketika Lintang tidak berhasil sekolah tinggi maka ia berharap anaknya yang akan meraih mimpinya dulu, Jimbron kembali hadir lewat celengang kudanya yang akan mengantar sahabatnya meraih mimpinya.

Karakter lain yang tidak bisa lepas dalam Sang Pemimpi adalah Pak Balia, seorang guru yang menjadi motivator para sang pemimpi itu. Film ini merupakan debut pertama Nugie dalam layar lebar. Yups, adegan Pak Balia ketika pulang bersama dengan Pak Mustar menjadi tantangan bagi Nugie, serta Pak Balia yang berada di Pelabuhan tempat Ikal bekerja. Nugie menunjukan keahliannya dalam berakting, debut pertama film panjangnya mendapat 4 bintang ditambah bonus penghargaan karena Nugie juga menciptakan lagu Zakiah Nurmala yang dinyanyikan oleh Rendy Ahmad.

Bang Zaitun digambarkan dengan khusus dalam Sang Pemimpi, musisi Melayu ini seperti diberikan porsi khusus oleh sang sutradara. Dari ketika adegan pertama kali muncul beberapa shoot kamera mengarah pada Bang Zaitun ini, sebuah scene khusus pengenalan karakter ini lebih banyak dibandingkan ketika kita mengenal Pak Balia. Musisi kebanggaan Arai ini diperankan oleh Jay Wijayanto. Kekocakan musisi ini mendapat 4 bintang juga.

Karakter pendukung lainya seperti yang tidak boleh terlewatkan adalah Laksmi, keunikan tokoh ini dibawakan dengan baik. Bang Rokib seorang Nahkoda kapal yang sempat membuat Ikal berubah haluan. Ibu Ikal tetap mendapat bagian yang penting, adegan saat Ikal dan Arai pulang karena PN Timah ditutup menjadi bagian penting Rieke yang masih memerankan Ibu Ikal. Terakhir ada Zakiah Nurmala wanita pujaan Arai yang diperankan oleh Maudy Ayunda yang pernah beradu acting dengan Surya Saputra dalam film Untuk Rena.

Hampir lupa si Ikal dewasa oleh Lukman Sardi, selama film ini kita akan mendengarkan narasi darinya yang akan membawa film ini lewat cerita-ceritanya. bayangkan kalo film ini tanpa narasi dari Ikal dewasa, rumit deh kalo yang belum tahu ceritannya.

Keberhasilan para pemain yang memerankan tokoh-tokoh dalam Sang Pemimpi ini tak lepas dari peran crew produksi yang sangat ahli. Sinematografi yang baik dalam film ini adalah hasil kolektif para pekerja film professional dari divisi artistik yang menambah kedalaman kesan cerita, fotografi yang mampu menerjemahkan gambar itu menjadi lebih bercerita. Bagaimana sebuah gambar yang menarik secara artistic dan teknik ini tersusun dan membentuk gambar yang sesuai dengan cerita. Selain itu masih banyak crew produksi seperti Penata Kostum, Penata Rias, Penata Suara, Penata music. Penyatuan pekerja kreatif itu tidak terlepas dari sang Produser Mira Lesmana yang pasti sangat bekerja keras menyatukan ide-ide kreatif dari timnya itu. Yups sang Sutradara, pengendali cerita ini Riri Riza sangat berhasil membuat Film ini, tidak membuat penonton bosan, adegan atau gambar tidak terlihat klise selalu segar meski beberapa bagian sama seperti di Laskar Pelangi. Triple penulis scenario Salman Aristo, Riri Riza dan Mira Lesmana yang membuat penokohan dalam Sang Pemimpi menjadi lebih hidup dengan konflik-konflik yang ditampilkan, bagaimana dialog yang diucapkan pemain memberikan cerita tersendiri.

Sampai sekarang saya masih belum dapat alasan yang tepat untuk menggambarkan transisi editing Sang Pemimpi. Transisi fade to black yang mengganggu dalam penggantian adegan sangat banyak dan sangat mengganggu sekali. Padahal sepertinya masih banyak cara yang digunakan untuk perpindahan adegan dalam film ini. Ataukah karena memang cerita yang dibuat Andrea Hirata memang mosaic yang sulit disatukan dengan kontiniti bahasa visual yang pas dalam Sang Pemimpi ini. Masalah transisi ini mungkin saja terlewat setelah memasuki adegan. Penonton kembali dibawa dengan kelancaran cerita melalui rangkaian gambar yang tersusun rapi.

Tanggapan buruk saya terhadap transisi gambar dalam setiap pergantian adegan itu memang tertutupi oleh keindahan segala unsure yang ada dalam film Sang Pemimpi. Film ini sangat berhasil dengan cerita yang ingin disampaikan, peran masing-masing pendukung film menjaga keseluruhan tema film ini.

Bagian yang kocak adalah ketika Ikal berseru tentang kata motivasinya dari Bang Haji Rhoma yang beberapa lagunya menjadi theme songs mengalahkan OSTnya sendiri. Coba lagunya bang haji di remake ulang dan dijadikan OST dan yang nyanyi Ikal remaja. Setiap ada Jimbron dengan cerita kudanya. Arai kecil yang melengking panjang ketika mengucapkan Amin pada saat sholat. Dan ketidak percayaan tukang pos ketika salah alamat.

Spesial dramatic points: adegan Pak Balia dengan pak Mustar pulang, Ikal dan ayahnya menjemput Arai, adegan Ikal dan ayahnya berboncengan, adegan Arai, Ikal dan Jimbron ketika berangkat ke Jakarta.

Sebuah kebanggaan tersendiri bisa melihat acting yang sangat bagus dari Landung Simatupang dalam Sang Pemimpi. Perubahan karekter yang dibentuk oleh cerita dari yang awalnya digambarkan sangat galak selama diawal dan tengah film menjadi seorang yang sangat berwibawa pada akhir filmnya. Selamat buat seluruh crew produksi Sang Pemimpi. Tampilkan terus yang terbaik. Saya tunggu Endensornya.

Salam

Gugun Junaedi

Foto by SANG PEMIMPI - THE MOVIE - A Sequel To Laskar Pelangi!

Sabtu, 12 Desember 2009

Where The Place I Wanna Go

Getaran itu memang sangat terasa malam itu tapi anehnya tidak berjejak. Ternyata masih harus mencari tempat yang dituju lagi. Where The Place I Wanna Go? Catatan kecil tentang konser musik Risky Summerbee & The Honeythief

Kamis malam 10 Desember Teater Garasi kembali menghadirkan tontonan yang menarik, malam itu Garasi menghadirkan Risky Summerbee & The Honeythief sebuah band dengan permainan jazz blues dan apapun itu yang pastinya sangat menarik. Malam itu saya mencoba membuktikan beberapa informasi yang pernah saya terima tentang perform dari band ini yang konon katanya sangat menarik. Tidak banyak lagu yang saya tahu dari band ini, tapi setelah mendapatkan lagunya ternyata memang sangat mempesonakan permainan mereka. Kunang-kunang sedang mencari tempat untuk dituju, eh ketemunya di Teater garasi.

Permainan skil tingkat tinggi dari masing-masing player memang menjadi tontonan menarik sepanjang konser malam itu, Risky, Erwin, Doni, Sevri Hadi dan Nadya menghadirkan permanian yang mempesonakan malam itu, antusias penonton menambah panas gig dengan tepukan tangan mereka.

Salah satu pengisi acara malam itu adalah Frau, kekaguman terhadap penyanyi satu ini memang tak akan berhenti, penampilannya malam itu semakin menambah kekaguman kepada perempuan yang bernama darat Lani. Ini kali keempat saya bisa melihatnya bermain dengan jemarinnya yang menekan-nekan setiap tuts hitam putih. Malam itu dia kembali berduet dengan Nadya pada lagu tentang sahabat, duet mereka berdua juga pernah terjadi di LIP Nadya juga menemani Frau dalam konser Run With The Girl. Pada lagu tersebut mereka bermain tanpa iringan Risky Sumerbee & The Honeythief, Frau dan Nadya yang bermain juga dengan Armada Racun membuat orang didepan saya menggeleng-nggelengkan kepalanya.

Naomi Srikandi hadir ditengah-tengah penonton membawakan sebuah cerita tentang seorang seniman panggung. Kalau tidak salah dia membawakan cerita tentang Tiaf. seorang penyanyi dari Perancis yang menceritakan tentang kehidupan panggungnya dengan menyanyi. Dengan gayanya yang selalu menarik di atas panggung Naomi Srikandi berhasil membuat penonton berhenti sejenak menyaksikan Riski Summerbee & The Honeythief. Sejenak panggung itu menjadi miliknya.

Seorang pianis perempuan lainya selain Frau adalah Andrea, dia membawakan satu komposisi yang sangat menarik malam itu. Penampilannya malam itu menjadi point tersendiri pada konser Risky Summerbee & The Honeythief. Malam itu Andrea menggunakan gaun dengan motif bunga yang sangat menawan dengan wajahnya yang memang cantik mengingatkanku pada cerita seorang gadis sadis dalam film Kado Hari Jadi dari Paul Agusta yang sangat ingin saya tonton, sekedar informasi gadis dengan gaun motif bunga itu diperankan oleh Tika.

Salah satu penampilan yang ditunggu-tunggu di konser malam itu adalah Tika. Tika malam itu datang tidak dengan bandnya Tika and the Dissidents. Penampilan Tika malam itu menjadi semakin menambah suasana panggung yang sudah terasa panas. Penyanyi yang terbiasa dengan lagu-lagu penuh dengan kesan kepedihan, sorrow ini membawakan 3 lagu, sebuah lagu dari Riski Summerbee & The Honeythief yang berjudul Fireflies dinyanyikan olehnya dengan berduet dengan Riski. Pada akhir lagu ia menceritakan bahwa ia baru melihat Fire Flies (kunang-kunang) ketika ia baru berumur 21 tahun. Lagu kedua yang ia bawakan malam itu adalah Clausmophobia sebuah lagu miliknya sendiri yang bercerita tentang realitas homoseksual dimasyarakat. Lagu terakhir menjadi lagu pamungkasnya malam itu adalah May Day, lagu yang membawa persamaan terhadap “buruh” ini dibawa dengan penuh semangat. Diiringi Risky Summerbee & The Honeythief kesan dari lagu ini tidak menjadi hilang dan menjadi sebuah getaran yang memang terasa tapi tidak berjejak pada akhirnya.

Sebetulnya ada beberapa tanggapan buruk dari penonton malam itu yang sempat saya temui dalam acara malam itu, namun keburukan itu saya kira pasti tertutupi oleh penampilan atraktif seluruh pengisi acara malam itu. Riski Summerbee & The Honeythief ditambah dengan Frau dan Tika tentunya yang bermain-main dengan para penonton menggunakan harmonisasi nada-nada dan skill mereka dalam bermusik. Iringan tepuk tangan panjang selalu menutup akhir lagu dengan sangat meriah ini membuktikan penampilan mereka memang sangat layak untuk mendapat atensi yang meriah dari penonton yang kebanyakan anak muda.

Nuansa konser malam itu tidak terlepas dari peran dari artistic panggung. Sebuah background 2 hati menggantung dan saling terbalik. Selain itu di samping panggung terdapat WC, ini bener-bener bilik termenung bagi penonton yang ingin memberi kesan maupun saran terhadap acara malam itu. Namun ada yang mengganggu malam itu dengan keartistikannya panggung malam itu, pada stand mik terdapat sebuah senapan kayu yang sampai acara selesai saya dan teman saya tidak berhasil mencari tahu maksud dari senapan kayu tersebut. Kemungkinan terlalu nyeni jadi saya tidak bisa mengartikannya.

Pada akhirnya malam itu adalah milik semua orang yang malam itu berada di Teater Garasi, menikmati komposisi yang sangat cerdik dari Riski Summerbee & The Honeythief tidak akan pernah bosan, dan ternyata mereka memang bener terlihat nggregeti setiap . Frau tetep Frau dengan keindahan dalam keunikan lagu yang ia mainkan. Tika dia tetap menyuguhkan yang menarik bagi penontonnya dengan suaranya yang mengesankan. Naomi Srikandi yang sejenak mencuri panggung dan Andrea tidak terlupa, penampilannya membawakan satu komposisi menarik menjadi point tersendiri malam itu. Inilah para musisi dan seniman yang tidak hanya mengandalkan teknik tinggi melainkan juga mempertimbangkan rasa dalam setiap lagu yang terdengar malam itu.

Lagu Risky Summerbee & The Honeythief bisa didengarkan di MySpace.


.:Gugun Junaedi sedang bingung mencari tempat yang ada kunang-kunang:.

.:Spesial matur nuwun gak pake martabak BCA kagem mbak Cahya. love yu pull deh:.




Jumat, 04 Desember 2009

Opening Festival Film Dokumenter 2009

Siang ini saya baru saja mendapatkan poster dari FFD 2009 (Festival Film Dokumenter) , posternya sangat menarik dengan permainan typografi. Kemungkinan tidak banyak orang mengira bahwa ada sebuah tulisan dalam poster tersebut yang digunakan sebagai tema tahun ini. FFD 09 UP CLOSE AND PERSONAL, tulisan ini berada dalam segi enam poster FFD 09. sebelumnya saya juga tak mengira bahwa akan menemukan tulisan yang menarik dalam segi delapan tersebut. Yups, sungguh poster yang menarik semoga saja acara tahun ini lebih menarik dari posternya. dan saya masih tetap suka dengan poster FFD tahun 2006 dulu. (sayang sofcopy poster terbaru tidak bisa saya dapatkan)

FFD 2009 akan dimulai pada tanggal 6 - 12 Desember 2009 bertempat di Komplek Taman Budaya dan Benteng Vredeburg. Sebagai acara pembuka sebuah film dengan judul Burma VJ "Reporting from a Closed Country" akan menjadi opening screen dalam ajang tahunan ini. Acara pembuka ini dilakukan di Societed Militaire Taman Budaya pada jam 19.00 WIB.

Jadual lengkapnya belum saya dapatkan, tapi yang pasti beragam acara seperti pemutaran film, diskusi, temu komunitas dan workshop yang menarik seperti workshop masterclas akan tetap ada, sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Ah, sayang tahun ini masih belum bisa ngirim film dan menjadi film seleksi FFD. mungkin tahun depan atau 2 tahun lagi. Tapi yang jalas, mari kita ramaikan acara FFD 2009 ini, bravo documentary movie, bravo movie mania.

Cerita singkat VJ Burma "Reporting from a Closed Country"
Bersenjatakan kamera, joshua terlempar kedalam konflik dan tiba-tiba menjadi seorang pemimpin gerakan citizen journalism, yang melawan represi rezim militer Burma, ketika ribuan biksu turun kejalan memulai perlawanan. Setelah puluh tahun Burma tenggelam, reportas jaringan Joshua ini kembali membawa muncul ke pentas dunia, memperlihatkan represi militer terhadap media lokal dan internasional. Ditengah-tengah barisan para biksu, inteligen polisi dan letusan senjata militer, mereka bekerja tersamar ditengah bahaya, mengumpulkan footage untuk mengabarkan kepada dunia update dari negara yang tertutup. Mereka tak berniat berlaku heroik, tapi keadaan menjadikan mereka sebagai pejuang kebebasan. Rezim cepat memahami kekuatan kamera, dan para wartawan terus-menerus dikejar oleh agen intelijen pemerintah yang melihat “sabotase media” sebagai mangsa terbesar mereka. Selama September yang bergejolak, Joshua menemukan dirinya di rollercoaster emosional antara harapan dan keputusasaan, ketika ia panik ketika para reporternya dijalanan menyingkapkan pemberontakan besar dan mengarah ke akhir yang tragis. (sumber:festivalfilmdokumenter.org)

Salam

Gugun Junaedi

Sabtu, 28 November 2009

Kethoprak Mranggas

Malam minggu kemarin saya mendapat kesempatan untuk menyaksikan pertunjukan kethoprak di gedung Societed Taman Budaya Yogyakarta. Pertunjukan ini merupakan salah satu dari bagian pertunjukan dalam festival kethoprak antar kabupaten dan kota se-DIY yang berlangsung selama 3 hari pada tanggal 20-22 November lalu.

Pertunjukan malam minggu kemarin yang saya saksikan merupakan pertunjukan dari Kota Yogyakarta, grup ini mempertunjukan lakon Mrangas, dari sinopsis yang saya terima cerita ini adalah kisah yang awalnya merupakan persahabatan antara dua orang anak, Taruna dan Sembada. Mereka menandai persahabatan mereka dengan menanam sebuah pohon perdu di pinggir sendang Manisrenggo. Taruna merupakananak seorang demang di Manisrenggo dan Sembada merupakan anaka dari seorang petani biasa. Taruna tumbuh menjadi seorang prajurit sedangkan Sembada tetap menjadi seorang biasa. Waktu yang berlalu seiring semakin tumbuh besar pohon Perdu yang pernah mereka tanam di pinggir sendang. Sebuah Konflik muncul setelah berdirinya tanah perdikan baru bernama Mataram yang berkembang dan menimbulkan ketidaksukaan Pajang. diantara konfilk daerah tersebut, muncul pula konflik yang terjadi antara Taruna dan Sembada dan Kenanga dan Telasih, konflik pribadi yang nantinya memperburuk keaadan yang telah mereka jalin ditambah konflik daerah saat itu. Ending cerita ini bisa dengan mudah diterka diantara mereka yaitu salah satu dari mereka akan meninggal.

Setelah gamelan ditabuh dan kelir dibuka, terlihat sebuah set panggung yang menarik. Sebuah lampu menyorot pada dua orang anak kecil yang bermain disebuah set yang terlihat seperti gunungan tanah yang memiliki sendang (mata air) sebelumnya suara dari kedua anak kecil langsung menarik perhatian penonton didalam societed malam itu. kedua anak kecl itu merupakan Taruna dan Sembada yang sedang menanam sebuah pohon perdu kecil di tepi sendang.

Setengah pertunjukan mengalir dengan biasa tanpa ada unsur kejutan yang saya rasa menarik, setting lampu yang kadang sering terlewat dan juga tidak pas menjadi sedikit masalah selama saya menonton, barulah setelah selingan komedi (saya kurang begitu tau sebutan dagelan dalam kethoprak) penonton bisa dibuat seperti memiliki interaksi dengan tontonan di depan mereka. sebuah cerita dagelan antara seorang pemuda dengan 2 orang gadis desa yang sedang mencuci di sendang. Permainan dari ketiga aktor diatas panggung tersebut mampu membuat penonton terawa terbahak melihat setiap adegan yang memang saya rasa cukup bisa membuat penonton yang tidak mengerti bahasa jawa pasti akan ikut tertawa.

Klimaks dari pertunjukan ini adalah saat Sembada akhirnya tewas ditangan Taruna, saya masih bisa teringat jelas adegan tewasnya Sembada diatas panggung itu. sebuah lampu spot kepada mereka berdua, tepat dimana mereka dulu menanam pohon perdu yang sudah cukup besar. beberapa lama kemudian muncul suara anak-anak, Taruna dan Sembada kecil berlari-lari ditepi panggun sebelah kanan. Visualisasi yang menarik dari sebuah pertunjukan, saya juga baru mengerti ternyata dalam kethoprak juga bisa berlaku teknik split screen dua adegan yang menjadi satu. ditambah penataan panggung yang menarik, saya bisa terbawa dramatikal dalam adegan itu. Emosi yang ingin disampaikan saya rasa sangat berhasil.

Akhir adegan itu bisa mengobati rasa penasaran saya, karena saya ingin melihat sebuah koreografi yang menarik dan ternyata tidak saya temukan selama pertunjukan lakon Mranggas ini. Namun penutup pertunjukan itu bisa membayar semuanya, selamat kepada grup dari kota Yogyakarta, semoga mendapat yang terbaik dalam festival itu. Salam kesenian rakyat.

Gugun Junaedi

Selasa, 24 November 2009

Catatan Kecil dari Budi Kurniawan

Cut away atau Cut to Cut. dari perbincangan inilah semua mengalir begitu saja tentang teknik editing yang benar. Perbincangan ini berlangsung di Ina Frontier jalan Palagan KM 7,-- 20 November 2009 diiringi hujan sore-sore bersama seorang editor baik hati Budi Kurniawan .

Obrolan sore itu langsung dimulai dengan pertanyaan dari saya dan Habibi mengenai proses editing dengan masalahnya seperti perdebatan antara seorang editor dan sutradara juga bagaimana meminimalkan gambar agar tidak terlalu panjang dan membosankan. Dari Aris (tanpa H) kita mendapat pernyataan mengenai pembentukan struktur dalam proses editing, pertanyaan Haris bagaimana membentuk cerita dengan struktur yang di putar balikan.

Setelah kami memberikan pertanyaan, Mas Bud memberikan intro bagaimana profesi editor dalam manajemen produksi, bahwa sebuah film itu merupakan kerja kolektif dari seluruh kru yang terlibat dalam pembuatan film. Sistem Triangle seorang produser, sutradara dan penulis masih menjadi poros dalam sebuah produksi, dari triangle sistem itulah sebuah film akan terencana dengan baik selain didukung oleh crew yang lain seperti DOP, editor, artistik, costum bahkan katering. Tiga Kunci sebuah managemen Produksi Film .: ON Schedule ON Time ON Budget :. kembali ke masalah Editing, dari Mas Bud saya mendapatkan bahwa seorang editor adalah seorang yang harus memiliki second opinion terhadap hasil produksi. Pembentukan Mindset seorang editor dibahas sore itu, "bahwa seorang editor itu harus memiliki mindset tentang Frame hanya frame". Seperti gitar dengan not-notnya maka seorang editor harus memahami frame demi frame.Perbincangan sore itu semakin menarik setelah Budi Kurniawan memberitahukan elemen yang ada dalam editing seperti dasar-dasar penyambungan yang ternyata juga tak lepas dari unsur-unsur grafis. Juga masalah transisi seperti Fade, Disolve, Wipe dan split screen (pemotongan gambar/2 frame dalam satu layar). Selain itu kami juga mendapat ilmu baru mengenai rasio frame dan rasio shoot (pas bagian ini saya menulis dengan cepat, setiap informasi yang mas Bud berikan) pembentukan tiap scene tentang shoot dibahas, bagaimana kita mengganti angle tiap shoot. berapa kali kita take untuk mengambil gambar yang kita anggap sempurna, intinya tetep sama membangun lewat rasio untuk irama gambar yang lebih dinamis seperti itu kalo saya menyimpulkan.

Untuk masalah transisi mungkin sudah banyak orang tahu, jadi saya mencoba menulis ulang apa yang saya dapat dari obrolah sore kemarin tentang dasar penyambungan editing. Dasar penyambungan pertama adalah menggunakan Dimensi Grafis, seorang editor dengan jeli bagaimana menyambungkan sebuah gambar melalui unsur grafis dengan melihat Light Directional, komposisi, angle, warna dan garis. Menurut saya dimensi grafis yang ada dalam gambar merupakan sebuah hasil yang terencana seorang Director dan DOP juga artistik bagaimana mereka menentukan tiap shoot hingga membentuk mood tersendiri. dari hasil tersebut seorang editor akan dengan mudah mengedit gambar, hingga tidak perlu memutar balikan shoot hingga membentuk mood dikarenakan gambar yang ada memang sudah memiliki "nyawa".

Dasar penyambungan kedua adalah menggunakan dimensi ritmis melalui gerak, audio, type of shoot dan durasi. irama sebuah film akan terbentuk dengan kesatuan yang saling bersinambungan melalui gerak, suara, shoot dan durasi yang terjaga. Kemudian dimensi ketiga adalah mengenai ruang dan waktu. Mas Bud memberikan contoh mengenai Ruang dan waktu ini lebih kepada kejadian "kronologis" urutan demi urutan hingga tidak membuat penonton merasa tertipu atau ragu mengenai sebuah kejadian.

Sepertinya semua dimensi yang kita bahas merupakan variabel yang saling berhubungan dari aspek estetis maupun fungsional dasar penyambungan yang mas Budi berikan, itu semua merupakan tahapan sinematografi mengenai teknik editing untuk menjaga kontiniti sebuah cerita. wah menyenangkan obrolan ini, padahal baru ngomongin editing.... ini yang aneh, kebanyakan orang itu kalau melakukan sesuatu dari depan eh obrolan ini malah dimulai langsung ke tahap editing. Management pra produksi dikemanakan, juga proses produksi yang bahkan belum tersentuh sama sekali di skip dan langsung menuju editing..... Kram otak bisa-bisa, belum produksi saja bisa membayangkan fantasi seorang editor yang mampu membentuk sebuah film menjadi lebih hidup.

Saya jadi ingat tentang sebuah tulisan tentang bagaimana sebuah film itu menjadi tontonan yang hidup mengenai editing ini. Bahwa hanya editing yang baik yang mampu memberi hidup pada film, aneka shoot yang tak karuan sebelumnya dirakit secara ahli melalui tahap editing. pemilihan shoot, timing menjadi satu kesatuan yang enak dilihat, disinilah peran seorang editor.

Sore itu menjadi semakin menyenangkan setelah kita membahas mengenai struktur, Mas Budi memberikan contoh praktek yang sangat mudah bagaimana cara kita membentuk struktur film kita (cara ini juga ternyata setelah saya coba di rumah juga bisa berlaku untuk pembentukan sebuah struktur apapun bukan hanya untuk film bisa juga untuk menulis cerpen). banyak terima kasih untuk bagian ini, imajinasi saya dipancing untuk mencoba membentuk struktur yang bolak-balik.

Sepertinya saya menulis cukup sampai disini dulu, banyakan teori gak ada praktek. bisa pusing otak bisa kram. eh sudah temen saya sudah teriak-teriak "Kapan Bikin Film?"

Banyak terima kasih untuk Budi Kurniawan (sayang cuma sebentar) dan mbak Jim yang gak bosen-bosen mengadakan perbincangan ini.

Salam

Gugun Junaedi


Senin, 23 November 2009

Loves Frau.

Sepertinya ini kelanjutan dari tulisan saya tentang Frau, musisi yang akan memegahkan indonesia lewat lagunya. Setelah kemarin Frau tampil diacara Kick Andy Metro TV pada Jum'at 20 November 2009, beberapa message datang ke saya. entah kenapa, saya anggap musibah karena saya belum sama sekali ada hubungan dengan Frau bahkan tidak mengenalnya namun lebih banyak saya menyebutnya sebagai anugerah yang hadir tiba-tiba dari Frau. Frau memang mempesonakan seperti hanya dengan hujan dalam lagunya Mesin Penenun Hujan.

Saya selalu ingat pertama kali menanyakan pada teman sekaligus partner in crime saya mas Kusen tentang siapa orang yang ada dibalik keyboard besar yang setelah saya tahu bahwa keyboard itu bernama "oscar", she's Frau, dia anak antropologi lho. dengan sombong dan bangganya abang saya itu malah bercerita tentang dunia antropologinya dengan kehadiran Frau anak antro yang jago nyanyi. sejak saat itu saya juga terasa bahwa dialah jagoan saya di Jogja...
kemudian samar2 terdengar didepan panggung beberapa orang berteriak "Loves Frau"....

Setelah melihat penampilan Frau di Kartapustaka, penampilan kedua dari Frau saya bisa melihat dengan sempurna adalah ketika dia mengadakan konser tunggalnya dengan pantomim yang sangat memikat di Lembaga Indonesia Perancis LIP Jogja. ulasan tentang Konser Frau saya tulis disini.

Hingga beberapa hari menjelang Frau tampil di Kick Andy seseorang yang tidak saya kenal memberi kabar melalui Facebook bahwa Frau akan tampil di Kick Andy. langsung saja saya tulis memo kecil bertuliskan "Frau Jumat malam Kick Andy" dan saya tempel di komputer saya. Jum'at itu menjadi hari istimewa, setelah seharian mendokumentasikan heritage Jogja, beristirahat di kost teman. eh sudah jam setengah sepuluh.... saya harus nonton metro.

Penampilannya di Kick Andy memang mempesonakan, temen saya gak percaya bahwa ada talenta seperti itu di Jogja... bercerita tentang Frau di Kick Andy wah... siapa sih yang tak ingin tampil di Kick Andy? orang-orang yang ada di Kick Andy adalah orang yang hebat(yang bagian ini pedulikan saja masalah promosi merk---- temen saya tertawa ketika melihat area promosi produk di acara idealisme dalam bermusik Kick Andy itu) bukan masalah promosi yang penting orang sa-Ind One Sia- bisa melihat Frau. dan tahu bahwa ada Frau di Indonesia, saya yakin ini.

Tapi masalah tiba-tiba timbul, masalah yang sebenarnya saya anggap kecil. tapi dari masalah yang kecil ini bisa menimbulkan masalah yang lebih besar... beberapa message datang ke saya menanyakan lagunya Frau dapat didownload dimana? bagaimana ini seperti yang saya tulis di awal, saya bukan apa-apanya Frau. saya hanya pengagumnya sama seperti kalian. tapi dari masalah ini saya lebih menganggap bahwa ini sebuah anugrah, kok bisa anugrah, yap. saya harus minta ijin dari Frau untuk bisa mengirim lagunya ke temen-temen saya agar mereka bisa menikmati lagu dari Frau. Nanti saya akan coba menghubungi Frau wah kalo sudah seperti ini saya harus menghubungi Lani atau Frau..... spechlessss

Dari beberapa page di mas Goggle memang blog saya ini juga muncul jika menuliskan Frau, ini dia masalahnya beberapa orang yang bertanya tentang Frau malah bertanya pada saya. sekedar informasi buat temen temen. Frau bisa dikenal lebih deket dengan link dibawah ini lho.
> http://www.myspace.com/ffrau
> http://frau-lyrics.blogspot.com/
> http://www.last.fm/music/Frau

silahkan mengenal Frau lebih deket kawan. Loves Frau.
Oh ya penayangan ulang Frau di Kick Andy bisa dilihat lho di hari Minggu besok jam 2 kalo gak salah, dan juga bisa dilihat di Kick Andy Websitenya.

Salam

Gugun Junaedi


Senin, 16 November 2009

Perjalanan Mencari Heritage Jogja.

Saya akan mulai bercerita tentang perjalanan ini dengan sebuah kebetulan yang membawa cerita tersendiri bagi saya, Perjalanan yang seperti napak tilas ini sebenarnya dilakukan untuk kebutuhan pendokumentasian beberapa gedung-gedung di Yogyakarta yang memiliki nilai historis dan non historis sejarah di kota ini. Pendokumentasian ini saya dapati dari seorang mantan dosen yang bekerja di DInas Pariwisata & Kebudayaan Kota. Dengan tulisan ini saya hanya sekedar ingin berbagi perjalanan saya bersinggah di beberapa bangunan di Jogja dengan nilai historis tinggi yang pasti akan mempesonakan bila ditelusuri lebih lanjut.

Pagi ini saya sudah bersiap dengan Oskar (Vega R ber-Plat R biru tumpangan saya) untuk menjelajah tempat-tempat di Jogja yang selama ini belum pernah saya kunjungi. Pagi ini sangat menyenangkan bisa menyapa mentari dipagi hari, tujuan pertama saya adalah mengambil kamera Canon 30D milik seorang teman di Bantul. khayalanku tertuju pada cerita orang-orang yang pernah aku dengar jika kita berkendara di pagi dan sore hari melalui jalan Bantul. Kita akan banyak bertemu dengan pengendara sepeda yang saling beriringan. Kenyataan itu memang benar meski tidak seindah cerita orang-orang yang pernah aku dengar ketika bercerita jalan pagi dan sore hari di Bantul. Oh ya ada plesetan lucu yang pernah saya dengar mengenai ciri-ciri orang Bantul, kita akan mampu mengenali bahwa orang tersebut adalah orang bantul hanya dengan melihat wajahnya, yaitu jika orang tersebut memiliki warna kulit gelap sebelah pasti itu orang Bantul soalnya jika pagi hari matahari akan menyinari sebagian wajahnya begitu pula ketika sore wajah tersebut akan disinari kembali oleh matahari, hal tersebut menyebabkan warna kulit berubah sebelah. (terimakasih buat pak Agus, mantan dosen saya yang memiliki kulit gelap setengah atas cerita ini)

Dan perjalanan inipun dimulai setelah mendapatkan pinajaman kamera, tempat yang pertama kali dikunjungi adalah nDalem Tejokusuman, lokasi ini bertempat di ngampilan tepatnya. Berada sebelah barat keraton Jogja, dulu Ndalem Tejokusuman dulunya meurut cerita yang saya dapat merupakan tempat berlatih tari klasik diluar keraton oleh pangeran Tejokusuman karena nDalem Tejokusuman ini berada diluar tembok keraton. Biasanya masyarakat Jogja menyebutnya njeron benteng (didalam Keraton) dan Njaba Benteng (diluar Keraton) saat ini beberapa bangunan yang ada dikomplek Tejokusuman digunakan untuk tempat Radio Sonora (sekedar informasi Radio Sonoro memberi manfaat yang sangat besar ketika gempa berlangsung, hanya radio ini yang mengudara ketika bencana 2006 lalu

Lokasi kedua adalah komplek Gedung PAPMI, komplek gedung ini dulunya pernah digunakan sebagai tempat balai kota pemerintahan Jogjakarta . saat ini bangunan kuno ini digunakan sebagai usaha beberapa perusahaan dan juga ada Galery karya seni. Komplek ini berada di Jalan Ahmad Dahlan. Beberapa detail bangunan kuno masih bisa terlihat diantara perubahan yang terjadi pada komplek tersebut. Sisa-sisa arsitektur peninggalan Belanda masih bisa dilihat dengan bentuk bangunan yang menjulang Tinggi meski hanya satu tingkat, dan juga bentuk jendela dengan ukuran lebar dan tinggi.

Setelah dari gedung PAPMI saya akan menuju Akper Notokusuman. Melewati gedung-gedung yang sudah banyak orang kenal. Mungkin bagi orang yang biasa mengunjungi Kota Gudeg ini akan terbiasa melihat ikon kota ini seperti Gedung BNI 46 yang berada tepat di titik nol kilometer, juga gedung Kantor Pos Besar yang bersebelahan dengan gedung BI. Dan Gedung Agung istana presiden. Bangunan itu seperti menjadi saksi kota Jogja bagi wisatawan banyak orang rela kepanasan hanya untuk mengabadikan moment mereka ketika berada di Jogja, semua orang langsung menyebut beberapa gedung itu bila ditanyakan mengenai gedung yang memiliki nilai historis di Jogja ini. Padahal selain gedung tersebut masih banyak lagi gedung-gedung bersejarah di Jogja dengan nilai historis tinggi dan akan mulai dilupakan. Tempat ketiga yang akan saya kunjungi adalah Gedung Akper Notokusumo. Gedung ini berada di sebelah barat Puro Pakulaman tempat tinggal Sri Pakualam. Dari namanya kita bisa mengetahui bahwa Notokusumo adalah sebuah nama Pangeran Notokusumo sebelum bergelar Sri Paku Alam . Gedung tersebut berada dalam Yayasan Notokusumo yang didirikan pada tanggal 7 Juni 1979 oleh Sri Paduka Paku Alam VIII. Namun sayang karena ada sedikit kekeliruan dengan petugas, saya tidak jadi untuk mengambil beberapa detail bangunan bersejarah itu.

Dari Notokusuman saya langsung menuju Stasiun Lempuyangan, Stasiun Lempuyangan merupakan salah satu stasiun tertua yang ada di Indonesia, sebelumnya mengisi perut dengan 2 bungkus nasi kucing di angkringan depan Notokusuman. Stasiun ini baru saja direnovasi, dan menjadi lebih nyaman dari sebelumnya. Ada tempat parkir baru dan ticketing sudah berubah posisi di sebelah Timur. Jangan hanya melihat trayek yang dilayani stasiun ini, meski hanya melayani kelas ekonomi, stasiun ini memiliki nilai historis yang tinggi bagi perkembangan perkeretaapian di Indonesia. Stasiun Lempuyangan menjadi saksi hadirnya kereta api di Jogja ketika pada tahun 1872 stasiun ini diresmikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Dan stasiun ini tercatat dalam sejarah terbentuknya jaringan rel yang berada di pulau Jawa. Begitulah sedikti cerita yang bisa saya sampaikan mengenai Stasiun Lempuyangan yang menjadi saksi sejarah.

Bagian ini yang paling saya suka, Kotabaru, kota dengan banyak bangunan yang memiliki nilai historis. Ada Gedung Asuransi Jiwasraya yang berdiri megah jika anda melewati Kotabaru, sebelumnya dari jembatan Kewek (wah jembatan kewek ini juga memiliki cerita yang seru untuk diceritakan tapi belum memiliki kesempatan untuk lebih mengetahuinya) anda akan melihat bangunan gereja Santo Antonius yang sangat megah seperti di Eropa. Kawasan ini merupakan kawasan yang katanya paling maju ketika jamannya. Di gedung asuransi Jiwasraya Disini saya juga tidak mendapat cerita banyak tentang keberadaan gedung tersebut dijamannya, namun saya sempat merasakan suasana gedung tersebut dengan tangga yang masih asli terbuat dari kayu jati, jendela yang tinggi dan besar dengan ornament khas Eropa. Sangat mengesankan berada di gedung ini. Selain Gedung Jiwasraya kita akan dengan mudah menemukan gedung lain seperti Gedung dinas Pariwisata & Kebudayaan Kota (gedung ini merupakan tempat dimana berakhirnya gerilnya Jendral Sudirman), Perpusda Kota yang masih berdiri kokoh dipinggir jalan Suroto Yogyakarta. Tempat selanjutnya dengan historis sejarahnya adalah SMAN 3 Yogyakarta, SMPN 5 Yogyakarta, dan SMA BOKPRI 1 dari ketiga sekolah tersebut kita akan mendapatkan cerita tentang latihan militer dan pendidikan pada masa itu. Ciri-ciri gedung peninggalan Hindia Belanda itu akan dengan mudah ditemui dengan detail bangunan yang menjulang tinggi, memiliki sudut setiap bagian bangunan yang tidak meruncing juga atap dan jendela serta pintu yang masih berukuran besar. Dan ini bagian yang ingin paling saya ceritakan adalah Asrama Kompi TNI, asrama ini berada tepat didepan SMA BOKPRI 1. Bagian depan merupakan asrama yang dikhususkan bagi tingkatan yang lebih tinggi seperti perwira sedangkan bagian selatan adalah asrama yang dibuat untuk para prajurit. Tidak banyak cerita seperti yang saya kira sebelumnya tentang asrama ini, sebelumnya saya membayangkan sebuah asrama yang seperti kebanyakan asrama seorang tentara yang pernah saya temui. (saya tinggal di komplek asrama TNI). Entah kenapa saya merasakan hal yang sangat dramatis ketika berada di Asrama TNI ini, dengan ukuran petak yang sempit, jalan setapak yang memisahkan bangunan hanya beberapa depa. Inilah kondisi yang saya tidak pernah mengerti. Ketika saya duduk menunggu petugas RW saya mendapati beberapa orang dengan seragam TNInya lalu lalang didepanku(aku kira juga banyak pribumi yang sudah banyak tinggal disini menyatu dengan TNI), senyum ramah mereka tak bisa kubayangkan ketika beberapa puluh tahun yang lalu mereka berjuang demi Negara ini. Ah itu khayalan tingkat tertinggiku untuk apresiasi seorang tua yang sedang duduk sendiri diteras maaf saya tidak bisa menyebut itu teras karena itu dijalan setapak yang sempit kubayangkan gelora perjuangan orang tua itu hanya beberapa detik. Sedikit kudengar percakapan seseorang yang berseregam lainya, ia berkata kepada tetangganya dengan senyum kemerdekaan bahwa ia akan mengurus tempat pindah, pindah dari tempat yang dramatis ini. Dilain komplek masih di Asrama Kompi saya melihat 2 orang dengan mengenakan seragam ditambah seorang balita mungkin itu adalah seorang ayah, anaknya juga anak dari anaknya. Saya merasakan kebahagiaan dari permainan mereka. Ah sudahlah banyak yang ingin saya ceritakan namun sepertinya ada batasan yang menghentikan jari ini untuk mengungkapkannya. Persinggahan saya berakhir setelah seorang ibu menghampiri saya dan memberittahukan bahwa Pak RW sedang keluar, Pak RW yang akhirnya saya tahu ternyata seorang anggota DPRD kota. Dan saya akan mengunjungi tempat ini lagi besok.

Perjalanan saya berlanjut menuju RS. Mata dr. YAP atau biasa disingkat menjadi RSM sebuah rumah sakit yang cukup terkenal di Jogjakarta setelah dari utusan kantor Dinas memberitahukan bahwa gedung RRI Nusantara II tidak perlu diambil gambarnya. Di RSM saya langsung diantar oleh seorang security dengan senyum ramahnya menuju urusan Rumah Tangga RSM tersebut. Detail-demi detail bangunan historis itu mulai saya ambil gambarnya didampingi oleh seorang pegawai yang menceritakan kondisi RSM jaman dulu. Dari cerita beliau saya mendapati bahwa RSM ini dari mulai diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII sampai pada beberapa perbaikan fasilitas gedung ini tanpa merubah struktur bangunan. Saya bisa melihat kepedulian pihak RSM ini dengan menjaga keutuhan bangunan RSM ini. Saya juga baru tahu bahwa RSM ini memiliki sebuah meseum khusus.

Sepertinya cukup sampai disini dulu saya mencoba menceritakan hari yang cukup menegangkan, menyenangkan dan menyedihkan melihat kondisi beberapa bangunan yang memiliki nilai historis ini. Masih ada beberapa tempat yang harus saya kunjungi dan ingin saya ceritakan perjalanan saya menyinggahinya. Ada Gedung Hotel Toege yang sudah berubah fungsi, Ex markas tentara pelajar yang sekarang digunakan sebagai kantor Dinas Perhubungan, Museum Sasmitaloka, Gedung Balai Kajian Jarahnitra gedung setan atau gedung DPRD propinsi dan pastinya Asrama Kompi TNI yang memberi cerita tersendiri bagi saya.

Salam

Gugun Junaedi

Kamis, 12 November 2009

Melihat Sisi Lain Uang dan Perangko

Banyak sekali saya temui artikel dengan tema ekonomi khususnya yang berkaitan dengan uang, setiap hari akan ditemukan tulisan tersebut melalui surat kabar. Namun, tak jarang seseorang menuliskan sisi lain dari uang. Lewat tulisan Bambang ‘Toko’ Witjaksono saya menemukan kembali tulisan mengenai uang dari sisi lain, tulisan tersebut membahas tentang uang dan perangko yang mampu membentuk pengaruh visual bagi masyarakat. Disertakan pula bagian dari sejarah uang yang beredar di Indonesia serta lelucon kecil yang berkaitan dengan uang.

Dalam awal artikel diceritakan perbincangan ringan mengenai uang antara penulis dengan Pakdhe Kamit seorang kolektor uang kuno, sedikit sejarah uang dibahas pada awal alinea tersebut melalui uang logam bernilai 5000 yang dibuat pada tahun 1974. Dari alinea tersebut saya akhirnya menemukan beberapa data yang memang menyebutkan pada tahun tersebut beredar uang logam dengan pecahan 5000 bahkan lebih. Pada tahun tersebut beredar terbatas uang logam yang dibuat dalam rangka memperingati 25 tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang disebut Commemorative Coins. Commemorative Coins merupakan uang logamyang tidak diedarkan sebagai uang logam biasa tetapi dijual kepada kolektor dalam atau luar negeri. Pecahan tertinggi Commemorative Coins saat itu adalah 25.000 yang dibuat pada tahun 1970.

Pada alinea berikutnya diceritakan bahwa uang sebagai alat pembayaran, kondisi keuangan masyarakat pada saat itu digambarkan dengan jelas oleh penulis lewat gambaran kondisi transaksi yang melibatkan uang sebagai alatnya. Barter, sebagai system yang digunakan saat itu. Juga istilah ‘Gunting Syafrudin’ pengguntingan uang secara fisik yang terjadi pada tahun 1950.

Tertera pada akhir tulisan bahwa penulis merupakan staf pengajar di Jurusan Seni Grafis ISI Yogyakarta, perhatian akan bentuk visual sebuah uang maupun perangko menjadi tema utama dalam tulisan tersebut. Pengaruh visual yang mempengaruhi masyakarat melalui uang dan perangko, dari tulisan tersebut saya menambahkan bahwa visual yang tertera pada uang maupun perangko merupakan gambaran bagaimana kondisi pada waktu itu. Dalam tulisan dicontohkan uang sebagai alat propaganda pemerintah melalui gambar yang tertera pada uang ketika terjadi ‘pembebasan Irian Barat’, pada saat itu gambar yang terdapat pada uang merupakan bagian dari Irian Barat saat itu bereda uang dan perangko dengan seri gambar yang berhubungan dengan Irian Barat. Soekarno juga menjadi bagian yang penting dalam sejarah uang, gambar-gambarnya tertera pada cetakan seri uang kertas saat itu.

Pada tulisan tersebut juga bisa ditemukan bagaimana uang menjadi bahan lelucon dan permaian yang saya yakin beberapa orang pernah melakukannya. Perubahan waktu juga menjadi keprihatinan penulis, kemajuan tekhnologi, perubahan struktur social serta perkembangan desain. Uang kini muncul dengan tidak berbentuk fisik, fenomena e-buy maupun credit card membuat masyarakat tidak lagi memperdulikan bentuk uang secara fisik. Pada tulisan akhir penulis kembali menyampaikan mengenai desain yang ada pada uang 100.000 dan 10.000 melalui pertanyaan. Gambar pada uang tersebut tidak mengacu pada ilmu desain tetapi berdasakan ilmu perhitungan ekonomi. Berbagai pandangan masyarakat mengenai uang bisa menimbulkan argumennya sendiri-sendiri tapi jika melihat tulisan dari Bambang W kita bisa melihat pengaruh visual dari uang maupun perangko yang tertera sebenarnya tidak langsung memberi kita gambaran kondisi keaadan pada waktu itu namun kebanyakan orang tidak terlalu peduli dengan gambar yang digunakan sebagai pesan itu. Beredarnya uang palsu yang membuat akhirnya orang melihat gambar dan kondisi fisik uang secara teliti.

Uang tetaplah uang tidak ada yang menarik selain nilainya, salah satu tulisan mengenai uang yang ditulis Bambang W, bisa memberi pengetahuan baru mengenai uang tidak hanya dari sisi nilai dari uang tersebut tetapi pengaruh visual yang ada, dari uang kita bisa melihat kondisi saat itu. Kecuali dari judul tulisan tersebut, saya bisa mendapat pengetahuan baru mengenai sejarah uang Indonesia dan pengaruh-pengaruh visualnyanya kepada masyakarat.

Bahan bacaan:
SURAT, edisi Februari – April 2006, hal 8 surat YSC esai tentang uang dan perangko “Ada Uang Abang Disayang, Tak Ada Uang Dompet Melayang”. oleh Bambang ‘ Toko’ Witjaksono.
Katalog Pameran Senirupa Numismatik “Duit, Munten”, 16-27 Januari 2009, Bentara Budaya Yogyakarta.

Gugun Junaedi

Minggu, 08 November 2009

3 Perempuan Plaosan Lor

Panas, adem, panas & rame. Pemotretan kali ini merupakan proyek yang bisa dibilang dadakan. persiapan tidak lebih dari beberapa hari. Brief pemotretan hanya ingin memberikan kesan abhwa Kebaya ini memang nyaman dipakai alias comfortable kata orang. Jam 9 pagi talent udah memake-upkan diri, Gesta, Omi & Sekar adalah pilihan terakhir untuk talent yang digunakan dalam sesi pemotretan kali ini. Lokasi yang dipilih adalah Candi Plaosan dan Candi Sewu, namun karena ada halangan kecil candi sewu tidak jadi menjadi tempat pertama buat eksekusi pemotretan. Candi Plaosan yang terkenal dengan mitos sebagai candinya wanita, candi yang menggambarkan tokoh-tokoh wanita menjadi tempat pemotretan keseluruhan busana dari Larasgriya.

sebenarnya tidak banyak masalah dalam pengarahan gaya dari beberapa model itu selain rasa panas yang panas banget. Panas beberapa bulan terakhir ini memang sangat menyiksa. Tapi dengan semangads 45 para model berakhir melaluinya dengan menyenangkan.

Title : 3 Perempuan Plaosan Lor
Fotografer: Sigit Pamungkas
Client: Larasgriya Salon
Ass Fotografer: Bimo Wikan, Gugun Junaedi
Wardrobe & Make up : Larasgriya Salon by Yulia Djayusman
Digital Imaging: episodetu7uh
Talent: Gestari Loren, Omi, Sekar
Special Guest : Bang Nawir
Location: Candi Plaosan - Klaten

Minggu, 01 November 2009

Tiga Hari untuk Selamanya

Saya kembali menemukan jalan yang telah lama tertutup, jalan itu dulu telah lama saya tempuh. Jalan yang sangat saya hafal dari setiap tikungan maupun jalan mana yang buntu, sekarang saya mulai merasakan jalan itu lagi. Merasakan jalan yang belum rata, jalan yang masih berkerikil tajam, jalan yang memiliki banyak genangan, jalan dengan bunga di setiap pinggirnya bahkan jalan dengan air jernih yang berada tepat disampingnya. Jalan itu telah lama tertutup, jalan yang ingin saya lalui. Jalan yang bisa membawaku pulang dengan rasa bangga. Melalui jalan itu saya bisa melihat senyuman dari orang-orang, teman, sahabat, keluarga, guru. Senyuman dari seseorang yang tak pernah melewatkan namaku dalam setiap doanya. Melalui jalan itu saya bisa merasakan pandangan orang yang melihatku dari ujung rambut hingga kaki dengan ketidak percayaan. Di jalan itu pernah kurasakan tepukan pundak dari seorang kawan juga tamparan keras dari seorang sahabat. Jalan yang dulu ingin saya lalui kembali terlihat didepan mata. “saya ingin melaluinya, kembali melaluinya.”

Sulit juga memulai tulisan dengan prolog yang agak puitis, maunya ngomong apa jadinya seperti apa. Berikan saya beberapa lembar halaman kosong saja untuk bisa menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan saat ini. Kamu percaya dengan ‘kebetulan’, seperti itulah. Seperti kebetulan, kebetulan yang memang sudah lama saya persiapkan dengan tenang.

Pertama saya akan bahas judul yang saya tulis diatas, seperti judul film saja ‘tiga hari untuk selamanya’ film yang disutradarai Riri Riza dan dibintangi Adinia Wirasti dan Nicholas Saputra. Tiga hari itu hari yang sangat cepat, tiga hari itu semuanya berlalu begitu saja, tiga hari itu saya menemukan tenaga lagi, tiga hari itu saya bertemu sesuatu yang baru, tiga hari itu adalah workshop film dokumenter yang diadakan oleh Ina Frontier.

Sebelumnya saya ingin menceritakan pertama kali tau informasi workshop tersebut. Malam minggu sepertinya tepat 9 hari sebelum workshop itu berlangsung, di IVAA Indonesian Visual Art Archive ketika saya menghadiri bedah buku dari Krishna Murti tentang New Media Art. Dari acara tersebut saya mendapat flyer tentang acara tersebut, kemudian saya minta keterangan dari teman saya Surya dia aktif di FFD jogja jadi pasti dia tahu seluk beluk tentang film dokumenter . Jawaban yang dia kasih memberikan keyakinan untuk saya agar harus mengikuti workshop tersebut walaupun investasinya mahal juga menurut saya. Saya berterimakasih buat IVAA untuk informasinya walau secara tidak langsung, tapi matur nuwun karena mengundang acara kemarin jadi saya tau ada informasi ini.

Wrokshop ini berjudul Intensive Workshop – memproduksi film dokumenter yang menjual – bersama Nick Deocampo, Garin Nugroho, Gunawan Kusmantoro dan Dicky Sofyan.

Hari ke-1
Workshop Film Dokumenter yang saya ikuti kemarin memberi banyak hal. Pertama saya bisa kembali mendapatkan teman-teman baru, yang pasti ilmu baru dan pengalaman seru yang akan beratus-ratus halaman jika diceritakan. Dari tadi ngomong workshop, tapi belummengenalkan pembicara dalam workshop tersebut. Nick Deocampo, Garin Nugroho, Gunawan Kusmantoro dan Dicky dari Ina Frontier. Mereka adalah orang-orang yang mengisi workshop ini menjadi menarik. Hari pertama kami para peserta workshop dikenalkan kembali mengenai esensi film dokumenter . Sesi ini diisi FULL DAY oleh Nick Deocampo (orang ini sangat hebat, lain hari saya akan tuliskan khusus profil buat dia) dia mengenalkan kembali film dokumenter . Creativity interpretation of reality - John Grierson, mengambil istilahnya om Grierson mas Nick memberi keterangan kepada peserta workhop pagi itu. Adalagi pengertian lain dari film dokumenter yaitu, real time, real people in real time in real situation & in real events.

Hari itu workshop diisi dengan pemahaman peserta terhadap “idea”. Bagaimana kita bisa mencari ide, mendeskripsikan ide itu menjadi bahasa visual yang menarik. Dari seluruh peserta yang ada kebanyakan mereka memberikan ide mengenai isu global yang sedang semarak dan selalu panas untuk diikuti. Beberapa diantara mereka ada yang memberikan ide tentang Yahudi, Gender, Boundaries(bener gak ni nulisnya) Feminisme, organic pestisida, religious, street child, kebudayaan, adventure. Untuk ide saya yang terlintas saat itu adalah “hujan” tema saya sepertinya yang paling kecil diantara beberapa tema yang diajukan teman-teman perserta. Mas Nick diam saya bisa melihat kerutan diantara di tengah mata kanan dan kirinya ketika mas disky menerjemahkan ide saya, coba saya bisa bahasa inggris dengan fasih ya. Dari beberapa tema entah kenapa tema saya ini yang sering banyak ditertawakan, kenapa hujan, apa yang bisa ditampilkan oleh hujan, apa yang ingin disampaikan. Padahal ada beberapa tema yang juga ringan. Ah biarkan saja soalnya hujan ingin menyampaikan pesan itu baru kepada saya.

Dari workshop hari pertama itu saya menemukan kata yang benar-benar baru. “Diagesis – Imagine, sebuah pengertian tentang dunia imaginasi. Lain kali saya akan mencari tau lebih tentang hal ini. Dalam film dokumenter kita harus mengerti representation dari cerita yang akan dibuat, mas Nick Deocampo memberikan strategi dalam film dokumenter , Plan strategy. Dimulai dari Theme tentu saja seperti yang telah saya sampaikan diatas, banyak sekali tema seperti juga yang telah saya sebutkan seperti juga tema hujan lho. Tema yang ingin disampaikan itu tentang apa, what is about? kalo film saya akan bercerita tentang hujan. Yang kedua Story, cerita apa yang ingin disampaikan. Yang ketiga adalah Character, who story, siapa yang akan menjadi jalan cerita. Karakter tidak saja manusia, yang jelas bisa berarti sebagai subjek dalam cerita yang akan dibuat, seperti Hujan karakter dalam film yang akan saya buat. Yang keempat adalah Structure, bagaimana struktur film yang akan kita buat nantinya. Kalo untuk struktut akan lebih baik dibahas dengan sendirinya. Yang kelima adalah Process/Method, ini juga harus diterangkan sendiri. Dan yang terakhir adalah Audience Impact, untuk apa film ini dibuat nantinya kalau tidak untuk ditonton, jadi audience impact merupakan tujuan dari film ini dibuat. Menjelang akhir mas Nick Deocampo memberikan tugas untuk membuat story line dengan tema yang sudah kita buat tadi dalam presentasi.

Hari ke-2
Hari kedua kita ada Garin Nugroho yang sudah banyak orang kenal dengan karya-karyanya yang selalu menarik untuk diikuti. Dihari ketiga itu kami mendapat banyak info seperti elaborasi dari tema yang sudah kita buat. Elaborasi dalam naskah yang nantinya akan membantu. Selain itu mas Garin juga memberikan informasi yang akan selalu saya ingat, ia menjelaskan tentang Shoot, ya just shoot. Dalam sebuah shoot ada tiga element yang harus ada kalo gak ada gimana ya, elemen dalam shoot adalah, Informasi, Dramatic, Estetik. Dia juga menceritakan bagaimana kita harus menghormati karakter dalam film yang akan kita bikin. Dihari kedua ini peserta diperlihatkan sebuah film dokumenter dari mas garin yaitu Free Jazz, sebuah permainan music yang disandingkan dengan Borobudur, sangat cantik dan manis melihat Borobudur ternyata memiliki arti yang indah tidak hanya sebuah relief-relief yang saya juga belum tahu artinya, sangat menarik dan kreatif idenya ya. Kok bisa ya.

Ditengah acara hujan datang, temen-temen peserta yang lain langsung melihat kearahku. Begitu juga mas Nick yang langsung menyuruh saya untuk mengambil gambar hujan diluar. Kesempatan itu tidak saya sia-siakan, langsung saja saya mengambil kamera mas Nick ditemani oleh mas Aris untuk mengambil hujan yang sedang turun diluar. Oh hujan begitu berartinya kau, hingga kau turun disaat yang tepat.

Sepertiga hari workshop digunakan untuk produksi dari storyline yang sudah kami buat, untuk saya karena sudah mengambil gambar hujan siang tadi jadi untuk produksi tidak mendapatkan kesempatan lagi. Seluruh peserta dibagi menjadi beberapa tim. Ada Tim Street Child, Tim Banana Vendor, Tim Boundaris, Tim wayang, Tim Aksara, Tim Pustakawan, Tim Monkey Man, Tim Pestisida dan tentu saja tim Adventure yang saya ikuti dengan Mas Doni. Seluruh peserta saling bantu membantu dalam produksi ini, sangat menyenangkan ada yang sampai ke UIN jauh juga, tapi percayalah kawan perjuangan itu tak pernah sia-sia.

Malam hari setelah makan malam hasil bidikan peserta dipresentasikan, semua sangat bangga dengan karyanya masing-masing. Setelah itu mas Nick memberikan analisisnya, ketiga film yang mendapatkan apresiasi paling banyak adalah dari Tim Jakarta (tadinya Monkey Team nih), Tim Adventure dan Tim Banana Vendor. Wah saya sangat salut dengan analisa yang begitu dalam dari mas Nick untuk sebuah satu shoot, analisa semoitika, analisa komposisi semua diterangkan dengan sangat menarik malam itu. Tidak ada yang bagus dan jelek malam itu, saya yakin semua itu karena setiap shot yang kami bikin adalah keyakinan yang ada dalam diri kami bahwa kami mampu membuat film.

Hari kedua ini sepertinya sangat singkat tapi sangat-sangat menyenangkan, soalnya dihari kedua ini kami para peserta workhop sudah semakin dekat dan mengenal.

Hari ke-3
Hari ketiga diisi dengan sesi Director, penyutradaan, bagaimana seorang sutradara membuat setiap shoot dalam film dokumenternya memiliki nilai estetis, informative dan dramatis. Kali ini peserta duduk di lantai, mas Nick memperagakan bagaimana menjadi seorang sutradara film dokumenter yang baik. Peserta dikasih tahu bagaimana sinematic element sebuah film dokumenter . Shot, Cut, Camera Movement dan Effect, ada empat elemen yang biasa digunakan dalam pembuatan film.

Pada sesi ini mas Nick memberikan contoh teknik Cuting dari film Stanley Kubric 2001:a spacey oddisey film yang sangat saya ingin tonton dari semenjak baca majalah film. Kemudian mas Nick lebih banyak memberikan komposisi kamera dari mulai size komposisi pada gambar seperi Close up, Long Shot, Medium Shot. Angle kamera(low angle dan High angle). Juga kamera movement(teknik Pan, Tilt, dan Track)

Setelah sesi dari mas nick selesai, sehabis makan siang peserta di beri informasi mengenai market film dokumenter oleh mas Gunawan Kusmantoro juga Mas Nick yang tak kenal lelah. Dalam market dokumenter mas Gunawan lebih kepada televise, ini juga karena beliau pernah bekerja di stasiun tv yang baru kehilangan tanda bintangnya. Kemudian mas nick juga menambahkan bagaimana proses sebuah film dokumenter dari tahap ide, pra produksi +produksi + pasca produksi, kemudian lewat distribusi film untuk kemudian menjadi sebuah tontonan yang menarik seperti di Festival, School, Media TV(apalagi ya saya lupa) tidak lupa mas Nick menambahkan peran Internet dalam distribusi sebuah film.

Workshop tiga hari ini ditutup dengan kesan-kesan peserta tentang workshop ini, kebanyakan dari peserta memang memberikan acungan jempol kepada pembicara kami, Mr. Nick Deocampo atau Mas Nick teman-teman memanggilnnya, setiap peserta memberikan tanggapanya. Sebenarnya saya juga ingin memberitahukan kesan saya, tapi ya sudah tetap sama kok kesannya. Yang jelas saya tidak puas sampai disitu, tidak puas karena masih banyak ilmu lainya yang belum saya dapat. Saya akan terus mencari ilmu lain lagi sampai tidak perlu lagi ada kata puas. Dan saya orang yang tidak pernah puas.

Sebelum acara bubar kita ramai-ramai nonton acara berita di TV, soalnya mas Doni bilang bahwa akan memasukan workshop ini diacara berita sore di TVRI. Sebelumnya peserta tidak banyak yang tau bahwa liputannya akan ditayangkan, sialnya katanya mas Doni akan memasukan saya pas waktu dikali eh ternyata?

Buat Ina Frontier dan all crew panitia terimakasih atas kesempatannya, jangan bosen untuk mengadakan acara serupa ya, tapi dengan tutor yang sama seperti mas Nick boleh diatasnya tapi jangan sampai dibawah mas Nick. Many tahnks to para pengisi Nick Deocampo, Garin Nugroho, Gunawan Kusmantoro, Dicky Sofyan. Teman-teman peserta I Love You Pull. Kapan Kita Bikin Film.


Salam

Gugun Junaedi

Jumat, 30 Oktober 2009

KOMPETISI FILM PENDEK HELLOFEST 6

PENGHARGAAN
Juara 1 HelloFest 6 (Pilihan Penonton)
Hadiah Yahud dari Detik.Com - iMac

Juara 2 HelloFest 6 (Pilihan Penonton)
Hadiah dari Cams Solution

Special Jury Prize HelloFest 6 (Pilihan Juri HelloFest)
Hadiah dari Sponsor


CARA IKUTAN

  1. DOWNLOAD & isi formulir pendaftaran dengan lengkap.
  2. Pendaftaran tidak dipungut biaya.
  3. Jika kamu ingin mengirim lebih dari 1 karya, kamu dapat mengkompilasinya dalam 1 Kaset Mini Dv / DVD / CD, jangan lupa mengisi 1 formulir per karya.
  4. Kirim formulir & materi karya ke :
    HelloFest 6
    Jl. Tebet Raya 45 C
    Jakarta 12820 Indonesia

  5. Khusus untuk materi berbentuk file sharing dari Rapidshare, kamu cukup mengirimkan scan formulir dan link Rapidshare yang harus kami download melalui email.

  6. Kami akan menayangkan snapshot karya kamu melalui website kita sebagai tanda karya kamu sudah masuk.
  7. Jika kamu tidak mendengar kabar ( melalui email ) hingga 10 hari setelah masa pengiriman, berarti proses pendaftaran bisa dikatakan gagal.
  8. 15 Karya finalis akan kita umumkan pada H-10 melalui email masing - masing.

JENIS KARYA YANG DAPAT DIKIRIM

Kami menerima apapun jenis karya kalian ( mulai dokumenter, video klip, live shoot, animasi, hingga karya yang tidak bisa dikategorikan )

Karya dibuat minimal tahun 2000, dan durasi maksimal 10 menit pas ! (durasi minimal 30 detik )

Kami juga menerima karya yang sudah pernah diikutkan di festival diluar HelloFest.

Format : Mini DV, DV Cam, CD/DVD File (720 x 576 mov/avi), kami tidak menerima format lain diluar ini.

Memiliki minimal 1 dari 3 unsur berikut :

* INOVATIF
Kami suka formula penyampaian serta penggarapan yang tidak lazim, liar, dan tidak terpikirkan oleh orang awam, Karena memang itulah kreator yang sejati, memberi pencerahan dalam hal - hal yang baru.

Contoh :
Karya dari Firman Widyasmara - Jakarta. Ia cukup menggunakan kapur dan papan tulis dalam pembuatan animasinya dan ternyata film ini menjadi salah satu karya favorit pilihan penonton HelloFest Vol.2.
Lihat Contoh >

* INSPIRATIF

Penonton jangan dibikin mengambang, mereka sudah merelakan duduk untuk menonton karya kalian. Setidaknya kasih pesan yang dapat diserap oleh penonton. Lebih baik lagi jika bisa mempengaruhi pola pikir penonton ke arah yang lebih baik lagi. Tapi jangan coba - coba menggurui penonton, he..he..
Contoh : Karya dari Jangan Menangis Oh Mama Organization - Jakarta. Mereka menyadarkan penonton agar memilih sinetron yang berbobot. Bukan sinetron yang membuang - buang waktu dan membisingkan telinga. Penyampaian yang unik tanpa embel - embel menggurui. Film ini menjadi film dengan jumlah pemilih terbanyak di HelloFest Vol.3.

Lihat Contoh >

* TIDAK MEMBOSANKAN

Banyak ekspetasi penonton bahwa karya - karya yang ada di festival biasanya membosankan, aneh dan harus berpikir berat. Buktikan bahwa karya kalian bisa tetap dinikmati dengan tidak membosankan ( tips dari kami, biasanya dengan sedikit unsur komedi atau alur yang dinamis, karya kalian akan berhasil masuk dalam kategori ini ).
Contoh :
Karya Tosan Priyonggo - Surabaya. Menampilkan sosok super hero Indonesia dengan penuturan yang sangat lucu. Film ini menjadi salah satu film favorit pilihan penonton HelloFest Vol.4

Lihat Contoh >

semoga bermanfaat

Salam

Gugun junaedi

Senin, 07 September 2009

Behind the Scene Cheating Tragedy

Puasa Vs Pemotretaan Final Project Koh Yohan behind the scene

Title: Cheating Tragedy
Fotografer: Yohan Gunawan
Ass Fotografer, Set Buliding, Artisitik: Iput, Gde, Sigit
Wardrobe & Make Up: Joko
Digital Imaging: Episodetu7uh
Talent: Josephine Nandy, Dias, Ronny.
Special Guest Crew: Mas Tri Love, Mas Ferry Thah Jogja
Location: Galery Win Dwi Laksono Nitipuran Jogjakarta.

Synopsis: Cerita ini dimulai ketika Lastri (Josephine Nandy) datang untuk bekerja pada seorang bangsawan Broto (Ronny) dan istrinya Ny. Delilas (Dias). Broto yang tertarik dengan Lastri mencoba merayunya, beberapa kali Lastri digoda oleh majikannya. Tanpa sepengetahuan Ny. Delilah Broto masih juga menggoda Lastri, Lastri yang merupakan gadis kampung hanya diam saja tanpa memberontak. Cerita ini berakhir setelah Ny. Delilah meracuni suaminya Broto lalu iapun mencoba membunuh Lastri karena telah merusak keutuhan keluarganya. Seperti itulah gambaran Story Telling yang baru saja diproduksi. Semoga saja tidak ada halangan untuk post production sotry telling ini. Bleending gambar untuk menjadikan layout yang menarik. hasil akhirnya nanti saja setelah diaprove sama pak Fotografer.


Jumat, 12 Juni 2009

South to South Film Festival 2010

WE CARE - KITA PEDULI

South to South Film Festival 2010

Isu lingkungan bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat perkotaan. Kata Climate Change atau Perubahan Iklim diserukan disetiap penjuru, dilengkapi dengan ajakan untuk merubah gaya hidup untuk merespon fenomena tersebut. Begitupun bencana alam yang acapkali melanda. Kondisi alam dan lingkungan sering dituding sebagai penyebab dibalik semuanya.

South to South Film Festival (StoS) adalah sebuah Film Festival pertama yang mengkhususkan diri untuk menayangkan film-film mengenai lingkungan hidup serta berbagai kegiatan pendukung lainnya. Festival ini diadakan di Jakarta, lalu dilanjutkan dengan rangkaian StoS keliling di beberapa SMU di Jabodetabek. Berbagai film yang pernah dibuat oleh para sineas atau aktivis yang peduli lingkungan dari berbagai belahan dunia dikumpulkan untuk kemudian ditayangkan kepada masyarakat umum agar bisa memberikan gambaran yang lebih komprehensif serta menyuarakan cerita menarik dari berbagai komunitas. Dengan pengemasan informasi dalam bentuk yang menarik dan populis, StoS bisa menjadi sebuah ruang penting untuk menggugah kesadaran publik dalam mendukung upaya-upaya mengatasi berbagai tantangan lingkungan.

StoS 2010 adalah StoS ketiga yang pernah diadakan dan didukung oleh lembaga-lembaga seperti Walhi, Jatam, FWI, Gekko Studio, Ecosisters, Kiara, Goethe Institute, Solidaritas Perempuan, SBIB, CSF dan Sawit Watch. StoS sebelumnya diadakan pada awal tahun 2007 dengan tema “We Are Connected” untuk melihat keterkaitan fenomena alam antara negara-negara selatan dengan negara-negara industrialis di utara. Kali ini South To South ketiga akan mengusung tema “We Care/Kita Peduli“ dan kembali mengajak masyarakat untuk terlibat dan berperan lebih aktif terhadap lingkungan sekitarnya. Kampanye publik yang dibangun melalui media visual ini akan menayangkan berbagai potret perjuangan dan cerita-cerita sukses dari para penggerak lingkungan hidup, isu-isu lingkungan hidup urban seperti gaya hidup ramah lingkungan, ancaman yang mungkin ditimbulkan, serta keterkaitannya dengan berbagai pemangku kepentingan seperti perempuan, anak-anak, masyarakat adat, dan sebagainya.

kami mengundang kawan-kawan untuk ikut berpartisipasi dengan menyiapkan film yang akan ikut diseleksi dan ditayangkan dalam acara StoS 2010 nanti. Film yang akan disertakan bisa berupa dokumenter maupun animasi atau fiksi. Kami akan mulai membuka pendaftaran film pada bulan Juli 2009 nanti. Kami akan sangat senang jika rekan-rekan sekalian bisa membantu menyebarkan informasi ini kepada jaringan anda.

Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kirim email ke mnurmawati@gmail. com atau dwi.rahardiani@ gmail.com

Salam,

Melly Nurmawati

------------ ---------
Melly Nurmawati
GEKKO STUDIO
Perumahan Taman Yasmin V
Jl. Palem Putri III No. 1
Bogor 16112Indonesia
Telp: +62 251 8431516
Fax : +62 251 8431514

Dapat info dari milis mudah-mudahan dapat berguna.

Salam Gugun 7

Sabtu, 23 Mei 2009

Frau, A Girl On The Run


Frau, A Girl On The Run
Tiba-tiba keramaian malam itu terheti sejenak oleh harmoni suara vocal seorang perempuan dan alunan tuts piano. Semua mata tertuju dipojok Kartapustaka, seorang perempuan sedang bernyanyi dan memainkan sendiri pianonya. Lagu itu mampu membuat semua orang yang berada disitu terpana melihat performing dari orang dibalik piano besar itu. Saya memang tak tahu siapa dia, lagu apa yang sedang ia mainkan, tapi mendengar ada lagu seperti itu saat ini di jogja dengan nada-nada, lirik yang berkelas dan berbeda tentu saja semua orang pasti suka. Frau, dia menyebutnya seperti itu, pendatang baru? Bukan, yang jelas dia yang akan menjadi salah satu orang yang mempermegah music Indonesia.

Jumat, 22 Mei 2009 ketika membuka facebook, saya mengetahui bahwa Frau yang sempat saya dengar dari kejauhan dulu akan pentas di Lembaga Indonesia Perancis (LIP), apalagi diiringi dengan seni pertunjukan Pantomim. Awalnya ketika mencoba menghubungi panitia, saya mendapati info bahwa semua tiket telah habis. Untungnnya seorang di telp itu bilang bahwa, masih ada waiting list yang masih bisa dipakai bila penonton tidak datang. Akhirnya saya dan teman saya mendapat pertnujukan sesi ke-2.

Frau, siapa yang mengenal perempuan ini, berapa banyak yang mengenal, mengetahuinya. Tidak perlu mengenal dia untuk mengenal lagunya. Simak saja dengarkan dengan baik, dan aku berharap siapkan juga rokok serta kopi hangat disebelahmu. Ketika mulai mendengar lagu dari Frau pasti ada sesuatu yang berbeda, perasaan menikmati kenyamanan tiba-tiba datang. Kenyamanan yang semua orang inginkan, dari lagu Frau saya mendapatkannya, namun sayang saya hanya baru tahu 3 lagu yang ada di profil myspacenya, dan satu lagu yang ada dalam daftar list no 1 winamp komputerku. Simaklah Mesin Penenun Hujan dari Frau, liriknya, nada-nadanya menjadi kesatuan yang utuh, membentuk kesederhanaan yang berkelas.

Malam itu pentas yang berlangsung selama 1 jam, memang menunjukan sesuatu yang menarik. Pentas acara yang diadakan oleh musicbox records itu merupakan sebuah catatan diary dari Frau yang terbentuk dari lirik lagu-lagunya. Diiringi oleh Bengkel Mime Theatre yang mempu membuat penonton terbahak-bahak ketika menyaksikannya. Tidak jelas berapa Frau malam itu membawakan lagu-lagunya, namun sangat jelas bahwa pertunjukan itu membuat tepuk tangan yang meriah untuknya dan tim pendukung malam itu. Didukung oleh elemen yang ada dalam pertunjukan itu seperti koreografi, tata artistic, lampu, soundscape juga kolaborasi dengan seorang pianis wanita lainya juga sang ibunda , acara itu menjadi acara yang menyenangkan.

A girl on the Run , sendiri menceritakan tentang anakmuda ditengah dunia yang bergerak, seorang gadis yang berada ditengah-tengah lingkungan yang terus bergerak dan dinamis. Seorang gadis yang memiliki imajinasi-imajinasi unik bersama pianonya sebagai tempatnya berlari dan menemukan dirinya ditengah dunia yang tak pernah berhenti bergerak. :::www.itsmusicboxtoday.com:::

Melihat pertunjukan malam itu memang seperti berada dalam dunia Frau yang bergerak-gerak mendengar dari tiap lagu-lagunya yang santai, kita terbawa santai. Kesan saya adalah tidak berkata apa-apa, hanya jari-jari melipat saling menggenggam dan menjadi penopang dagu menyisakan telinga yang siap mendengar lagu-lagu yang ingin saya dengar malam itu.


::::::: Gugun 7 :::::::
::::::: Episodetu7uh with Frau a Girl in the Run May, 22, 2009 :::::::

Lirik "Mesin Penenun Hujan" Frau

merakit mesin penenun hujan/hingga terjalin terbentuk awan/sebuah tentang kebalikan/terlukis, tertulis, tergaris diwajahku/

keputusan yg telah terputuskan/ketika engkau telah tunjukan/semua tentang kebalikan/kebalikan diantara kita/

kau sakiti aku, kau gerami aku/kau sakiti, gerami, kau benci aku/tetapi esok nanti, kau akan tersadar/kau temuakan sebuah hal yang lebih baik/dan aku kan pergi /kuakan jadi hujan/tapi tak akan lama ku akan jadi awan/

merakit mesin penenun hujan/ketika engkau telah tunjukan/semua tentang kebalikan/kebalikan diantara kita


:::kalo mau nikmatin lagunya FRAU just Click here:::

Sabtu, 16 Mei 2009

Hanya Sebuah Kursi

Saya ingin mengawali tulisan ini dengan berterima kasih kepada seorang teman, saat itu dia sedang terkena bencana, dompet yang berisi uang hasil kerjanya sebulan hilang didalam kamarnya. Tarno, saya mengenalnya sebagai penjaga kampus, saat saya datang ia bercerita bahwa dompetnya hilang dikamar, dikamar yang pernah saya gunakan juga sebagai setting film tugas kuliah dulu. Di perbincangan sore itulah saya teringat ketika saya pernah juga duduk disini bersama teman.

Kami duduk berdua setelah sebelumnya melahap bakso bakar di Wirosaban. Duduk di kursi yang akhirnya menimbulkan beragam argumen dari teman-teman di AKRAB yang memang sengaja saya upload lewat facebook, dari postingan mereka saya bisa tahu bahwa kursi itu memiliki banyak kenangan. Beragam cerita timbul dari yang belum saya ketahui dan cerita-cerita lama tentang angkatanku. Salah satu postingan menyebutkan sebuah nama, nama yang pernah saya cukup kenal. Marina, seorang anak yang menutup dirinya, juga selalu menutup kepalanya dengan topi. Kabar terakhir yang saya dengar bahwa ia akhirnya menikah dengan seorang yang juga pernah saya kenal.

Cerita lain dari sebuah kursi itu muncul, kursi itu hanya sebuah kursi, bukan kursi yang menarik. Dari kursi itu saya bisa memandang seluruh kelas-kelas yang pernah membuat saya kecewa dan bangga dengan keadaan kampus kecil itu. Dari kursi itu saya mendengar cerita-cerita yang ingin saya dengar. Dari kursi itu saya mendengar harapan, cita-cita, impian serta musibah. Teman saya bilang itu hanya sebuah batu, yang akan diam walaupun dikentuti. Sejenak, saya teringat kuliah umum bersama Heri Dono beberapa waktu lalu, ia percaya bahwa semua benda memiliki roh, keyakinan animismenya membuat saya bertanya, apa ada sesuatu yang lebih dari sekedar kursi?

Kursi, apa yang pernah kamu dengar dari semua harapan kami?

Pertanyaan ini kembali muncul setelah sudah lebih dari setahun saya bersertifikat kelulusan dari kampus kecil ini. Pertanyaan yang sama ketika pertama kali menjatuhkan pilihan kepada kampus yang hampir tidak dikenal di Jogja. Apakah saya tidak salah memilih, apakah saya hanya korban iklan seperti teman yang lain bilang. Tidak, semua ini dengan sengaja dan tidak sengaja terbentuk disini. Hingga jawaban dari pertanyaan itu hanya jawaban paling bodoh yang pernah saya pikirkan. Kenapa saya kuliah dan untuk bilang kenapa saya kuliah, kenapa saya memilih kampus ini ternyata harus melalui 4 tahun yang begitu cepat untuk mencari jawaban itu. 4 tahun hanya di buat untuk bisa bertanya, kenapa kuliah? Kenapa di AKRAB? Bagaimana kalau saya tidak kuliah, tidak akan ada pertanyaan konyol ini.

Dan semua ini berawal dari mimpi kecil seorang anak kampung, yang kembali nyata ketika duduk di kursi halaman kampus kecil itu. Kursi yang selalu mengingatkan kenangan akan kekecewaan dan kebanggaan. Berada disana, hanya akan menemukan tanah lapang kosong. Tanah lapang itu bisa saya isi dengan harapan dan semua harapan yang seseorang titipkan kepadaku. Di kursi itu, aku tunggu kedatangan kalian teman lama, ceritakan padaku cerita mengenai indahnya kebanggaan, harapan dan impian.

Gugun 7