Senin, 15 Oktober 2012

Warna-warni Hari Kemarin

 
Sabtu kemarin bisa dibilang hari yang uckup menyenangkan, ketemu temen-temen lama, meski hanya sebentar. Sama seperti tahun lalu acara Social Media Festival atau lebih sering disingkat menjadi SocMed Fest menjadi agenda yang harus didatangi. Awalnya saya datang kesana untuk main ke stand Indonesia Berkebun, cukup lama berada di stand tersebut baru ingat kalau ada temen-temen dari Story Lab Bandung dan Kampung Fiksi juga ikut berkolaborasi bikin acara di SocMed tahun ini.

Saya telpon Mas Nur, berharap dia beneran ada di Jakarta di acara ini. Ternyata memang pas, acara temen-temen Story Lab dan Kampung Fiksi akan berlangsung sebentar lagi. Mereka ngadain diskusi mengenai visualisasi cerita pendek menjadi sebuah karya audio visual yaitu film pendek.

Setelah telpon yang kedua saya langsungmenuju ke lokasi acara, disana sudah ada temen-temen dari Kampung Fiksi dan Story Lab tentu saja Mas Nur yang kumisnya saya lihat makin tipis. Ada juga Babeh Helmi yang selalu menyempatkan hadir acara temen-temen dari kompasiana. Kagetnya lagi ternyata ada mbak Endah yang jauh-jauh dari Jogja untuk acara ini. Salut untuk kekompakan temen-temen eh emak-emak dari Kampung Fiksi, jauh di Jogja saya merindukan bisa ngumpul kayak gini bersama temen-temen Canting :D.

Acara hampir dimulai, saya sempatkan duduk-duduk leyeh didepan lokasi bersama mas Edu dan Bintang Utamanya Emak Winda dan mas Nur, kemudian datang dengan cukup ramai NdiGun yang selalu24 jam full nonstop di timeline twitter. Seorang dengan monopod kamera video ditangannya, matanya tertuju pada viewfinder kamera sesekali menatap objek yang ada didepan kameranya dia kang Srondol lengkap dengan reporter dadaknnya yang katanya terpaksa,Naim Ali.

Diskusi dimulai oleh NdiGun dengan kecentilannya menggoda peserta yang hadir. Mbak Winda mulai mengajak peserta bermain dengan imajinasinya untuk mulai menulis dan menulis. Kemudian, Mas Nur atau orang lebih mengenal mas Dimas bercerita mengenai proses visualisasi dari cerita pendek berubah jadi karya film pendek. Cerita pendek dari mbak Ramdhani Nur yang berjudul Warna-warni Marni yang kemudian diadaptasi menjadi film pendek oleh Story Lab Bandung. Cerita mengenai seorang ibu dengan keaadannya, seorang pramuria. Ia hidup bersama anaknya. selama 7 tahun Marni menjalani kehidupanseperti itu dan berharap anaknya Upi tidak seperti dirinya.

Sayang, ketika pemutaran audio film tersendat karena masalah tekhnis dari perangkat sound. Tapi semuanya tetap berjalan menyenangkan, apresiasi terhadap film pendek masih terus dinikmati.

Ramai dan selalu menyenangkan memang bisa kumpul bersama temen-temen lama. untuk di Kampung Fiksi memang beberapa hanya mengenal namanya yang sudah cukup malang melintang didunia maya, kecuali mbak Endah dan mbak Winda yang pernah dan sering bertemu. Bertemu mereka adalah seperti sejenak melupakan rutinitas kerjaan di Jakarta, melihat sebuah karya dari temen-temen sendiri diapresiasi merupakan kenangan tersendiri.

Meski tak bisa mengikuti acara sampai akhir, tapi cukup menyenangkan bertemu dengan mereka. Terus berkarya temen-temen dari Story Lab dan Kampung Fiksi, semoga suatu saat kita bisa berkolaborasi untuk sebuah karya yang lebih baik untuk semuanya.