Jumat, 04 Desember 2009

Opening Festival Film Dokumenter 2009

Siang ini saya baru saja mendapatkan poster dari FFD 2009 (Festival Film Dokumenter) , posternya sangat menarik dengan permainan typografi. Kemungkinan tidak banyak orang mengira bahwa ada sebuah tulisan dalam poster tersebut yang digunakan sebagai tema tahun ini. FFD 09 UP CLOSE AND PERSONAL, tulisan ini berada dalam segi enam poster FFD 09. sebelumnya saya juga tak mengira bahwa akan menemukan tulisan yang menarik dalam segi delapan tersebut. Yups, sungguh poster yang menarik semoga saja acara tahun ini lebih menarik dari posternya. dan saya masih tetap suka dengan poster FFD tahun 2006 dulu. (sayang sofcopy poster terbaru tidak bisa saya dapatkan)

FFD 2009 akan dimulai pada tanggal 6 - 12 Desember 2009 bertempat di Komplek Taman Budaya dan Benteng Vredeburg. Sebagai acara pembuka sebuah film dengan judul Burma VJ "Reporting from a Closed Country" akan menjadi opening screen dalam ajang tahunan ini. Acara pembuka ini dilakukan di Societed Militaire Taman Budaya pada jam 19.00 WIB.

Jadual lengkapnya belum saya dapatkan, tapi yang pasti beragam acara seperti pemutaran film, diskusi, temu komunitas dan workshop yang menarik seperti workshop masterclas akan tetap ada, sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Ah, sayang tahun ini masih belum bisa ngirim film dan menjadi film seleksi FFD. mungkin tahun depan atau 2 tahun lagi. Tapi yang jalas, mari kita ramaikan acara FFD 2009 ini, bravo documentary movie, bravo movie mania.

Cerita singkat VJ Burma "Reporting from a Closed Country"
Bersenjatakan kamera, joshua terlempar kedalam konflik dan tiba-tiba menjadi seorang pemimpin gerakan citizen journalism, yang melawan represi rezim militer Burma, ketika ribuan biksu turun kejalan memulai perlawanan. Setelah puluh tahun Burma tenggelam, reportas jaringan Joshua ini kembali membawa muncul ke pentas dunia, memperlihatkan represi militer terhadap media lokal dan internasional. Ditengah-tengah barisan para biksu, inteligen polisi dan letusan senjata militer, mereka bekerja tersamar ditengah bahaya, mengumpulkan footage untuk mengabarkan kepada dunia update dari negara yang tertutup. Mereka tak berniat berlaku heroik, tapi keadaan menjadikan mereka sebagai pejuang kebebasan. Rezim cepat memahami kekuatan kamera, dan para wartawan terus-menerus dikejar oleh agen intelijen pemerintah yang melihat “sabotase media” sebagai mangsa terbesar mereka. Selama September yang bergejolak, Joshua menemukan dirinya di rollercoaster emosional antara harapan dan keputusasaan, ketika ia panik ketika para reporternya dijalanan menyingkapkan pemberontakan besar dan mengarah ke akhir yang tragis. (sumber:festivalfilmdokumenter.org)

Salam

Gugun Junaedi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita buat semua ini menyenangkan.