Senin, 04 Oktober 2010

Harmoni Dua Beringin

Ditemukan sebuah harmoni dipinggir jalan. Itu milik siapa tidak ada yang tahu. Harmoni itu tak berbentuk berwarna kuning kebahagiaan. jika saya mendekat harmoni itu memberikan keharuman kabut pagi Dieng. Pernah saya mau mencoba memegangnya, dia begitu keras seperti karang di pesisir Pacitan. Namun, seorang teman yang duduk memperhatikan tingkah saya dengan harmoni itu penasaran. Ia meniupnya, dan lihat tiba-tiba harmoni itu seperti kapas yang terhempas kena tiupan angin tepi pantai parang Ndog.

Harmoni memberikan citranya kepada seseorang dengan telapak tangan kasar diantara dua beringin alun-alun kidul. Dia sengaja datang diundang melalui penyatuan dua simphoni. Hasrat dan sayang, harmoni mengatakan 2 hal itu yang akan disatukan kepada seorang dengan telapak tangan kasar diantara dua beringin.

Temanku kembali meniup harmoni itu, kali ini dengan hasrat untuk memilikinya. Kembali harmoni berubah menjadi sekeras karang yang menjulang tinggi. Si telapak tangan kasar diantara dua beringin sudah hadir. Dengan kasihnya ia menyibak harmoni yang ada, bukan dengan hasrat matanya yang nampak kaku melihat keindahan harmoni itu. Harmoni itu begitu indah berada ditangan yang tepat. Semua orang tertuju pada telapak tangan kasar itu, ia memainkan harmoni itu dengan penuh keindahan. Terbentukalah sebuah Harmoni dijalan itu, seorang dengan telapak tangan kasar telah membuat harmoni diantara dua beringin menjadi lebih menarik.

Harmoni itu ada, masih tersimpan diantara dua beringin. Ia menjaganya dengan kasih, ia lupakan hasratnya. Sesekali saya masih bisa menikmati harmoni itu dari kejauhan, sungguh perpaduan yang menarik. Sri Bintang Delima, suatu waktu akan kuajak engkau menikmati harmoni itu. Akan kutunjukan sebuah harmoni dari telapak tangan kasar diantara dua beringin.

4 komentar:

Mari kita buat semua ini menyenangkan.