Jumat, 02 September 2011

episode: Sebentuk Kerinduan

29 Agustus 2011 | Pulang untuk sebentuk Kerinduan

Ini tentang sebuah kerinduan,karena semua akan bergembira menyambutnya. Di sudut dapur belakang rumah mulain terdengar suara pisau besar yang sedang memotong ayam, teplak-teplok-teplak, saling berirama. Ibuku, orang yang selalu membuat saya ingin pulang setiap lebaran, tentang sebuah perasaan tenang, syahdu, bahagia , bergembira bisa pulang lebaran kali ini. Suara pisau yang beradu dengan talenan kayu kalah dengan suara anak-anak yang bernyanyi lagu "Lebaran sebentar lagi,..." kalau gak salah lagu ini dipopulerkan oleh band Gigi. Mereka bernyanyi dengan serentak sambil masing-masing dengan bangga bercerita tentang pakaian barunya yang bergambar ipin-upin dan kaos merah timnas bernomer milik Cristian Gonzales. Mereka ceria di sudut senja akhir ramadhan kali ini.

2 hari yang lalu tepatnya pada tanggal 26 Agustus, saya dan rombongan teman-teman dari Jakarta masih terjebak macet setelah keluar dari jalan tol Kanci, perjalanan sampai tegal kami tempuh lebih dari 6 jam, bisa dibayangkan betapa lamanya saat itu. Ya, kami sempat mengeluh. Tetapi jika melihat lalu-lalang kendaraan roda dua yang berhasil melewati kami, ada sedikit perasaan yang membuat saya sendiri termenung jika mengingat kejadian itu.

Satu buah sepeda motor matik yang dikendarai oleh seorang ayah dengan anaknya berada ditengah dipeluk ibunya dengan balutan jaket yang menurut mereka telah terlindung dari angin sepanjang perjalanan. di depan kami sebuah truk dengan terpal biru, dari pinggiran pintu bak truk tersebut keluar beberapa kepala yang terlihat sendang mencari udara segar, mereka bergantian. saya sempat perhatikan, setiap tidak lebih dari 2 menit kepala itu masuk kedalam bak truk kemudian keluar kepala yang berbeda.

Kemudian saya kembali teringat seorang teman baru yang saya kenal ketika menunggu jemputan mudik, apakah hari ini mereka sudah sampai tujuannya? 2 buah sepeda diantara ramainya kendaraan bermotor roda dua tiba-tiba berhenti ditempat saya berdiri didekat pintu tol Cibitung. keringat terlihat pada raut muka mereka menandakan sebuah perjalanan yang mereka tempuh tidak dengan mudah. Saya iseng bertanya karena penampilan mereka yang berbeda dari semua orang ditempat itu "apakah mau mudik juga?" salah satu dari mereka menjawab, "Iya, kami mau bersepeda ke Wonosobo." wow, amazing. Saya sempat kagum dengan yang mereka lakukan, akhirnya kami berkenalan. mereka bernama Ocat dan Boy, mereka berasal dari komunitas Backpacker Indonesia Sepeda. Mereka sebenarnya tidak mudik, tapi ikut mengantarkan teman mereka yang masih tertinggal jauh dibelakang yang akan mudik ke Wonosobo, tentu saja dengan sepeda onthel juga. Gila sekaligus sangat pantas mereka diancungi jempol, sebuah hoby yang mereka lakukan dengan senang hati di suasana mudik yang selalu ramai dengan kendaraan bermotor, 4 orang pemuda dengan komitmen bersepedanya ikut menyemarakan mudik tahun ini dengan bersepeda.

bersepeda dari jakarta-wonosobo

Ada perasaan yang berbeda ketika kita bisa pulang ke kampung, dengan bersusah payah seperti itu untuk bisa menunjukan identitas dirinya. Dengan motor baru mereka pulang dengan senyum sumringah. Ya, perassaan bergembira campur aduk bisa memberi angpao kepada keponakan mereka. perasaan puas karena bekal sukses bisa dibawa pulang ke kampung halamannya, namun tidak hanya itu saja. ketika saya tanya kepada teman saya yang telah sukses di Jakarta mereka selalu bilang, "perasaan ini tidak bisa dihargai dengan apapun, berapapun mahalnya kerja lembur di bayar, saya emoh. saya pernah nangis batin ketika lebaran tidak pulang, melihat teman kerja yang lain bisa bertemu dengan keluarga mereka, saya malah masih bekerja demi uang lembur yang besar, aku wegah (gak mau) mengulangi kesalahan seperti itu." Sebuah motor melaju dengan tulisan yang membuat saya tertawa jika mengingatnya"Pulang malu, tidak pulang Rindu." tulisan itu cukup menggambarkan perasaan seoarang.

Memang sebuah momen yang menyenangkan bisa merayakan lebaran. Bisa sungkem di lebaran kali ini, mengucapkan kalimat maaf sepenuh hati kepada Ibu, ayah. Sampai tak terasa airmata telah membasahi pipi. entah, apakah ini salah satu keajaiban Idul Fitri, dan saya selalu menangis jika mengucapkan kata maaf kepada Ibu ketika Idul Fitri tiba.

Bisa menelungkupkan tangan, bersalaman sambil mengucapkan mohon maaf lahir dan batin kepada semua kerabat. mengetuk pintu tetangga sambil melirik makanan yang tersaji di mejanya. menghadapi keponakan yang bersiap meminta angpau lebaran. ini hanya kembali tentang sebuah perasaan syahdu, bahagia semua bergembira menyambut kemenangan yang tiba di Ramadhan tahun ini.

Aroma opor ayam sudah mulai terasa, setelah tadi hanya terdengar suara pisau yang sedang memotong ayam. inilah rasa yang selalu membawa untuk pulang. Ah, mungkin ini aroma masakan dari tetangga sebelah menurutku, tak mungkin kan memasak daging sebegitu cepatnya.

Jauh diseberang sana, ratusan bahkan mungkin ribuan kilometer dari tempat saya saat ini, seorang teman atau bahkan masih banyak orang yang tidak bisa merayakan lebaran kali ini bersama keluarga maupun orang-orang terkasih. Seorang teman menuliskan statusnya di facebook dan twitter itu membuat saya semakin bersukur bisa merayakan lebaran dirumah bersama keluarga. Kawan, aku ingat engkau pernah bercerita tentang makna pulang. itu tentang perasaan hati yang tidak bisa ditawar dengan apapun, namun itu tentang kewajiban yang harus dilaksanakan lebih dulu disana. Semoga akan ada gantinya lebaran kali ini, karena kita selalu percaya kan, bahwa orang baik akan selalu mendapatkan yang terbaik, meski tidak bersama keluarga kita tetap bisa menikmati kemenangan ini. lakukan yang terbaik lebaran kali ini kawan.

30 Agustus 2011 | Perbedaan itu menyenangkan

Seharusnya hari ini saya sudah bisa merayakan lebaran, ketupat yang sudah dibuat, bumbu opor yang sudah disiapkan sedari kemarin, setiap sudut lemari, kursi yang ada di meja tamu sudah mengkilap dibersihkan, semuanya tidak jadi terlaksana. Memang ada perasaan aneh mendengar lebaran kali ini diundur.

Jam 19.00 WIB saya dan beberapa orang tua yang lain dengah hikmat menyaksikan sidang itsbat yang sedang live di salah satu stasiun TV. kami semua tahu bahwa dari hasil pemantauan bilal yang sudah didapat kemungkinan besar bahwa lebaran memang dilaksanakan di hari Rabu. beragam komentar yang semuanya sebenarnya setuju saja dengan ketetapan itu, tapi memang kita hidup didesa beragam argumen untuk memperramai suasana mulai keluar dari mulut ke mulut para orang tua di kampungku ini. Ada yang bilang bahwa, beginilah kalo agama juga dipolitisasi. payah, coba dulu kita punya pemimpin yang kuat, gak mungkin plin-plan kayak gini.

Apalah artinya ketupat yang tidak jadi buat lebaran besok toh kita tetap bisa berlebaran dengan ketupat kemarin kan, opor yang dimasak menggunakan santan tentu tidak sesegar ketika baru memasak kemarin, tapi ada yang menarik dari ini semua. Sahur kali ini mendapat menu spesial ketupat opor, saya tersenyum mendapati hal unik ramadhan tahun ini. berpuasa ketika 1 syawal adalah haram, ketupat lebaran jarang sekali buat sahur, tapi kali ini ketupat untuk lebaran berfungsi ganda sekaligus untuk menu sahur.

Sore kemarin ratusan kembang api telah menyalakan langit kampung kami, saling bersautan memberi warna-warni di langit ujung ramadhan ini. setiap anak meneriakan takbir, bermain, barnyanyi. Kembang api yang habis ratusan ribu itu sudah tidak ada ditangan, lebaran tidak jadi, dan tahukah kita semua tetap merayakan labaran ini penuh kemenangan, biarpun kembang api untuk perayaan malam takbiran sudah sedikt habis. Anak-anak itu apakah tahu apa yang sebenarnya terjadi dibalik diundurnya 1 Syawal ini, yang saya tahu adalah bahwa selalu penuh keceriaan kapanpun lebarannya.

Akhirnya genap juga 30 hari saya dan keluarga menunaikan kewajiban ini, ada baiknya juga lebaran diundur, adik ipar saya semalam tidak ikut sahur karena keyakinannya yang melaksanakan Idul Fitri hari Selasa ini, kami selalu menghormati keputusan yang baik, jadi dia tidak ikut berpuasa hari ini karena berpuasa di Idul Fitri haram hukumnya. menjelang matahari terbit, ia sudah bersiap mengeluarkan sepeda motor untuk ikut Sholat Ied di kampung sebelah. Menikmati perbedaan memang menyenangkan. Dan, ini hari terakhir Ramadhan, kita pasti menang.



31 Agustus 2011 | Kutemukan arti Kerinduan

Gema takbir semalam suntuk masih terdengar jelas sampai saat ini. Mushola kecil tempat dulu saya mendalami ilmu agama telah mempersiapkan euforia kecil di malam takbir. Di mushola kecil ini yang baru 3 kali sebagai tempat pelaksanaanSholat Ied, karena dulu sholat ied dilakasanakn di markas besar batalyon TNI-AD 405 secara serempak TNI dan masyarakat, entah kenapa sekarang tidak lagi diperbolehkan sholat dilapangannya yang cukup menampung ribuan jamaah itu. mushola kecil kami tidak bisa menampung jamaah sholat ied yang begitu banyaknya, di shoft belakang yang kebagian ibu-ibu berdesakan mencari tempat nyaman untuk beribadah, kertas flexi bekas baliho produk seluler digunakan sebagai alas selain terpal-terpal biru tempat biasa menjemur padi. Mushola kecil ini yang pernah mengajarkan bagaimana mengucap takbir dengan benar, bagaimana kami anak-anak kecil dulu menabuh bedug seenaknya hingga biasanya imam mushola akan menegur kelakukan kami. Mushola kecil ini selalu menjadi kerinduan untuk sekedar merasakan ketenangan ramadhan.

Keluarga besar telah berkumpul dirumah mbah buyut kami, beliau orang yang paling tua disusunan keluarga saya. Saudara dari jauh sudah berdatangan. Seperti biasa, ramai anak-anak menjadi cerita tersendiri. mereka bersiap berbaris menodong setiap orang yang datang. ada yang sedang menghitung berapa banyak ia sudah mendapatkan salam tempel, ada yang menangis karena mendapatkan lebih kecil. bahkan ada yang mash belum mengerti salam tempel itu apa hanya ikut-ikutan kakak-kakaknya yang semuanya ceria di hari ini.
Saya selalu mendahulukan orang tua sendiri dulu sebelum sungkem kepada yang lainya, nuansa haru ketika semua orang sungkem sungguh sangat terasa. Apa arti keharuan tersebut, terdengar isak tangis, alunan doa yang terdengar seperti rintihan seorang anak kepada kepada ibunya. Dan, inilah sebentuk kerinduan yang selalu ditemukan hanya setiap lebaran tiba.

Menu spesial lebaran sudah bersiap diatas meja, bagiku ini yang istimewa. Indonesia, penyeragaman unik melalui kuliner, dimanapun lebaran entah kenapa sangat dekat dengan ketupat. dari sabang sampai merauke, ketupat menyatukan rasa ketika lebaran. Entah siapa yang sebenarnya memulai kebudayaan ala ketupat ini. Meski ketupat yang keluarga saya bikin sudah tidak lagi sesegar biasanya karena ketupat ini telah dibuat 2 hari menjelang hari raya, karena diundurnya lebaran kemarin. Semua melahap makanan itu, kuah kekuningannya kadang membuat nangis anak kecil dengan baju barunya yang terkena cipratan kuah kuning tersebut, deterjen manapun sepertinya tidak sanggup membersihkan bekas kuah kuning tersebut, saya pernah jadi korbannya.

Di hari fitri, kita bisa menyatukan hati, bersilaturahmi mengucap maaf. berterimakasih karena telah diberi kesempatan untuk bisa menikmati lebaran kali ini dengan penuh kesenangan. Kerinduan yang selama ini dirindukan, rasa yang ingin tersampaikan di kesempatan ini. Apakah kerinduan ini yang selalu dicari setiap orang menjelang lebaran hingga harus bersusah payah mudik Untuk sekedar melepas kerinduan untuk tradisi rutin yang selalu ditunggu., menyiapkan makanan lezat, ketupat, suara gema takbir yang selalu menimbulkan kesan tersendiri. bersilaturahmi kepada sanak saudara. kerinduan seperti itu yang selalu saya ingin rasakan setiap tahun. semoga kerinduan ini telah terobati di hari fitri ini. Akhirnya catatan ini saya tutup sama seperti saya membalas sms yang sangat banyak masuk ke handphone kecil saya. "ngaturaken sugeng riyadi lan nyuwun agunging pangapunten sedaya khilaf kulo lan keluarga, mohon maaf lahir batin, piss."

2 komentar:

  1. Saya malah heran. ketika mudik untuk sungkem kepada bapak dirumah. beliau bilang 'kenapa pulang?'

    BalasHapus
  2. kebetulan tuk lebaran kali ini saya gak banyak mengkonsumsi ketupat mas ;(
    minal aidin ya .. mohon maaf lahir dan batin :)

    BalasHapus

Mari kita buat semua ini menyenangkan.