Rabu, 26 Januari 2011

Bus, Pak Sopir, Penumpang & Canting

Seperti sebuah bus tua antar propinsi yang kadang harus berhenti lama untuk mengistirahatkan mesinnya karena melakukan perjalanan yang cukup jauh. Jalan panjang yang ditempuh, keluar masuk hutan, jalan yang penuh dengan tikungan, tanjakan, dan bahkan jalanan berlubang yang memaksa penumpang didalamnya berteriak. Begitu juga dengan Canting, sebuah komunitas yang terbentuk karena memiliki aktifitas yang sama, baik itu aktifitas dalam dunia maya maupun dunia nyata.

Canting seperti hanya sebuah bus yang penumpangnya entah berasal dari mana. Seorang sopir mengantarnya, sopir yang menjalankan kendaraan ini. Sopir tersebut adalah ‘kesenangan(baca: bersenang-senang)’ dalam situasi apapun. Terkadang ada juga kondektur yang ikut membantu sang sopir(baca; bersenang-senang) itu adalah; bersenda gurau, tertawa, sedih dan bergembira itu semua bagian dari kesenangan. Itulah kekompakan sopir dan kondektur yang membawa Canting.

Lalu apa yang membawa mereka, kendaraan itu, bus itu, apa yang dibawa pak Sopir? Bus itu adalah merupakan sebuah kebersamaan. Kebersamaan dalam bersenang-senang, kebersamaan dalam tertawa dan bahkan kebersamaan dalam melakukan hal gila. Kebersamaan itulah yang membawa canting seperti sekarang ini, menembus perjalanan yang memang belum cukup panjang. Tikungan tajam, jalanan berlubang belum begitu dirasa, namun sejauh perjalanan yang dibawa, Canting telah memberikan pengalaman yang cukup melewati batas kegilaan.

Lihatlah, penumpang dalam bus itu sangat beragam. Tidak perlu banyak dijelaskan disini, sepertinya teman-teman harus ikut naik bus ini agar bisa merasakan, melihat setiap kegilaan penumpang bus ini, mendengar apa yang mereka bisikan dan teriakan. Saya yakin, pengalaman tersebut akan memberi jawaban tentang keberagaman penumpang bus Canting ini. Jangan heran jika mendengar ketidakwajaran disini, apalagi melihat keganjilan bahkan hal absurd yang sering terjadi selama perjalanan ini.

Seorang penumpang bertanya, “mau kemana kalian ini?” penumpang yang lain saling berpandangan, tidak ada yang menjawab. Pak Sopir yang sedari tadi diam kemudian berujar. “Kami akan bersenang-senang.” Kondektur juga memberi penjelasan. “Kita akan bersenang-senang disini, bersama-sama melakukan apa yang kita senangi dengan senang hati.” “Kita senang bergembira, kita juga tidak melupakan yang lain.” Penumpang itu kembali bertanya. “Apa kalian selalu bersenang-senang.” Secara serempak seluruh penumpang berteriak “Ya, kami selalu bersenang-senang.”

“Kami senang berbagi kepada yang lain, kami senang melihat teman kami yang kesulitan bisa dibantu sebisa kami, kami senang berada dalam kondisi penuh ketegangan seperti ketika berada dibawah gunung Merapi yang sedang marah untuk memberi bantuan. Kami senang bermain di pantai, sambil menanam pohon bakau. lebih menyenangkan. Kami senang ke pinggiran kali dan berinteraksi dengan warga pinggiran disana. Dan kami selalu dengan senang hati melakukan apa yang memang ingin lakukan. Kami orang-orang yang pernah dianggap gila, kami orang yang tidak suka dengan kata-kata tidak mungkin. Dan kami bersenang-senang dengan perjalanan ini. Ini semua yang mempertemukan kami semua, Kesenangan dan Kebersamaan.”

Perjalanan masih sangat panjang teman. Tetap bersenang-senang, ekspresikan itu dengan kegilaan yang akan terus dilakukan, keabsurdan akan terus diciptakan. Bus ini akan terus berjalan mengantarkan harapan dan keceriaan.

Bus berhenti pada sebuah tempat peristirahatan. Pak sopir tersenyum kepada penumpangnya. “Tidak selamanya kita akan terus bersenang-senang, kita istirahat dulu, nanti kita pasti akan lanjutkan lagi.”

———————————————————————————————————————————–

Selamat menjelang ulangtahun temen-temen di Canting & petualangan tidak ada batasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita buat semua ini menyenangkan.